muallif sholawat wahidiyah

muallif sholawat wahidiyah

Al hikam-bag: 1 -

Alhamdulillahi bifadlillahi ta’ala wabi Syafa’ati Rasulillahi SAW wabi Nadzroti Ghoutsi Hadzaz-Zaman ra, serta Restu Beliau Hadrotul Mukarrom Romo K.H. Abdul Hamid Madjid, kami bisa menghadirkan kembali buku “Pengajian Kitab Al-Hikam dan Kuliah Wahidiyah Minggu Pagi” yang disampaikan oleh Beliau Hadrotus Syaikhina wa Murobbi Ruuhina Mbah K.H. Abdul Madjid Ma’ruf Mu’allif Sholawat Wahidiyah Qs. Ra. dihadapan para pembaca sekalian. Penerbitan buku ini terdiri dari tiga Edisi, yaitu Edisi I, II dan III yang setiap Edisi memuat 10 Pengajian.KATA PENGANTAR

الَسَّلاَمُ عـَلـَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وبـَرَكاَتـُهُ
ِبـسْمِ الله ِالرََّحْمَـنِ الرَّحـِيْمِ

اْلوَاحِدُ الصَّمَدُ يَهْـدِ لِلرَّشَادِ * الحَمْد ِللهِ الَّـذِىْ هُوَ اْلأَحَدْ
يَارَبَّنَا صَلِّ عَلَيْهِ سَــلِـّمِ * بِخَيْرْ خَلْقِكَ شَفِـيْعِ اْلأُمَمِ
فِى كُلِّ حَالٍ دَائِمًا وَسَعَـتِهِ * وَاْلأَلِ غَرِّقْـنَا بِبَحْرِ اْلوَحْدَةِ
عَـلَـيْكَ رَبِـّنِى بِإِذْنِ اللهِ * يَاأَ يُّــهَا الْغَوْ ثُ سَلاَمُ اللهِ
مُوْصِلَةِ لِلْحَضْرَةِ اْلعَـلِـيَـّهْ * وَانْظُرْ إِلَيَّ سَـيِّدِى بِـنَظْرَهْ


Alhamdulillahi bifadlillahi ta’ala wabi Syafa’ati Rasulillahi SAW wabi Nadzroti Ghoutsi Hadzaz-Zaman ra, serta Restu Beliau Hadrotul Mukarrom Romo K.H. Abdul Hamid Madjid, kami bisa menghadirkan kembali buku “Pengajian Kitab Al-Hikam dan Kuliah Wahidiyah Minggu Pagi” yang disampaikan oleh Beliau Hadrotus Syaikhina wa Murobbi Ruuhina Mbah K.H. Abdul Madjid Ma’ruf Mu’allif Sholawat Wahidiyah Qs. Ra. dihadapan para pembaca sekalian. Penerbitan buku ini terdiri dari tiga Edisi, yaitu Edisi I, II dan III yang setiap Edisi memuat 10 Pengajian.

Dimohon dengan sangat kepada para pembaca sekalian khususnya para Pengamal Sholawat Wahidiyah supaya dengan hati yang ikhlas untuk senantiasa mempelajari/membaca buku ini, semoga hati kita yang buta, oleh Allah SWT segera dibuka sehingga semakin meningkat rasa pengabdian diri dan kesadaran kita kepada Allah wa Rasuulihi saw.

Oleh kerenanya dalam mempelajari/membaca buku ini, di mohon untuk senantiasa memperhatikan dan melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1. Bermujahadah baik sebelum, sesudah atau di tengah-tengahnya membaca buku ini, adapun bilangannya supaya di sesuaikan dengan situasi dan kondisi.
2. Senantiasa berdepe-depe dihadapan Allah SWT wa Rasuulihi saw wa Ghoutsi Hadzaz-Zaman ra. Lillah-Billah, lir Rosul-bir Rosul, lil Ghouts-bil Ghouts senantiasa menjiwai dalam membaca buku ini.
3. Senantiasa muhasabatun nafsi atau koreksi diri terhadap nafsu dan proyek-proyek nafsu selanjutnya hayati dan amalkan isi atau maksud yang terkandung dalam pengajian ini.

Mudah-mudahan penerbitan buku ini benar-benar mendapatkan Ridho dari Alloh SWT wa Rosuulihi saw wa Ghoutsi Hadzaz-Zaman RA yang sehingga membuahkan barokah, peningkatan yang sebesar-besarnya dalam segala bidang. Khususnya bidang Perjuangan Kesadaran Fafirruu Ilolloh wa Rasuulihi saw. Amin-amin yaa Robbal ‘alamin.



وَبِاللهِ اْلَتَّوْفِيْقِ وَالْهِدَايَة وَمِنَ اْلرَسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ
الشَفَاعَة وَمِنَ اْلغَوْثِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ النَّظْرَهْ وَاْلبَرَاكَة وَاْلعَفْوَ مِنْكُمْ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Kedunglo, 18 Mei 2004
Jama’ah Perjuangan Wahidiyah
Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah
Miladiyyah Mu’allif Sholawat Wahidiyah



PENGAJIAN KITAB AL-HIKAM


Al-hikam 1 hal 2.
BISMILLAHIRROHMANIRROHIM
Yang disebut kitab al-hikam yaitu yang berada didalam kurung.Adapun yang lain-lain seperti mukodimah itu tadi adalah syarah ( penjelasan )daru Syekh Abdulloh As-syarkqowi.
Setengah dari pada peraturan pengarang kitab,kitab agama terutama dimulai dengan BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ataun menyebut nama Alloh, kemudian “Alhamdulillah ........dst” pernyatan syukur kepada Alloh, didalam Al-Quur’an dimulai dengan “Bismillah”.....Bismillah atau Billah istilah Wahidiyah. Tauhid.”Ar-Rohman Ar-Rohim”ini sifat”Jamal”atau sifat kasih sayang.Menunjukkan Tuhan lebih banyak kasih sayangnya ada dawuh :

سَبَقَتْ رَحْمَتِى غَضَبِىْ
(Rohmat-KU mendahului amarah-KU)

Kasih sayang-KU lebih dahulu, lebih menonjol dari pada murka-KU.ini supaya hambanya atau manusia senantiasa mengharap kepada Alloh SWT. Jangan sampai putus asa atau Rohmat itu min ‘indillah.Rohmat atau nikmat baik nikmatul-Ijaad, ni’mat diwujudkan oleh Alloh, maupun ni’matul imdaad –ni’mat dipelihara

   •  
(Dan Rohmat-KU meliputi segala sesuatu).

Tapi kalau ghodob atau murka Tuhan,itu hanya sebagian.Dan adanya kemurkaan Tuhan itu sebabnya dari SI Hamba.Jadi Rohmat atau kasih sayang Tuhan itu lebih kuat dari pada ghodlob atau murkaNYA.Disamping itu,sekalipun manusia itu slalu berlarur-larut,kalau dibanding dengan belas kasihan Tuhan, bukan bandingan. Jadi terkecam sekali kalau berputus asa karena berlarut-larut.
Penyarah Hikam Syekh Abdulloh As-syarkqowi mengatakan daripada isi kitab Al-Hikam pada umumnya meningkatkan Tauhid dan ubudiyah.Dan memang sudah seharusnya kita sebagai manusia dan lebih-lebih sebagai umat islam meningkatkan Tauhid dan ubudiyah kepada Alloh SWT.
Pada minggu yang lalu saya kemukakan Syekh pengarang Al-Hikam, Syekh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim, terkenal sebagai sebutan Ibnu’Athoillah, As-Sakandari.Beliau berguru kepada Syekh Abul Abbas al Mursi.sebelum beliau terjun dalam bidang tasawuf sudah menguasai bidang syariat.Disampinbg memperdalam bidang syariat beliau terjun pula dalam bidang Hakekat atau tasawuf Syekh Abul Abbas al Mursi tadi adalah muridnya Syekh Abul Hasan as-Syadzali dean beliau ini adalah murid dari Syekh Ibni Abdussalam Al Masyis.Tanggal kelahiran beliau Ibnu ‘Athoillah tidak disebutkan dalam kitab At-Thobaqotus Syafi’iyah. Wafat di Qohiroh Mesir pada bulan Jumadil Akhir tahun 709 H.Entah masuknya kitab Al-Hikam ke Indonesia atau ke Jawa khususnya Jawa Timur, kita tidak tahu.Begitu juga tidakdiketahui tahun berapa kitab Al-Hikam dikarang.

Arab hal 3

Itulah kalimah hikam yang pertama.Disebut “hikam”,kata jama’ dari kata “hikmah”. Artinya kata-kata yang berguna biasa kata-kata hikmah itu singkat,tapi tegas dan luas.Hikam atau kata mutiara.Setengah dari pada tandanya menjagakan kepada amal ibadah atau perbuatannya,atau usahanya,yaitu turun harapan atau tipis harapanya ketika menemui kemancetan atau kegagalan atau kenegatifan atau kesalahan,disengaja atau tidak.
Ketika mengalami atau menemui kesalahan dalam usaha atau ibadahnya lalu tipis harapan.Pesimis,kecil hati,tapi kalau mengalami keberhasilan atau kemajuan,menjadi tambah atau menjadi besar harapan.Besar hati atau optimis.itu tadi setengah daripada tandanya menjagakan amal.Amal jawarih seperti dzkir,sembahyang ,puasa dan lain-lain.Atau ya bahkan amal anggota lahir maupun batin mestinya.Terutama amal anggota lahir.Karena kalau amal batin,bagi orang yang sudah bisa menggunakanya,lebih selamat.Adapun amal lahir seperti baca sholawat,dzikir atau mujahadah sekalipun dan sebagainya,amalan yang secara langsung kepada Tuhan seperti sembahyang,baca Qur’an,dzikir dan sebagainya,atau amalan-amalan yang hubungan dengan masyarakat seperti zakat.atau menolong, atau memberi sedekah,memberi petunjuk dan sebagainya,itu semua jika tidak tepat atau salah,menjadi tipis harapan.Harapan berhasil,harapan diridloi Tuhan,atau harapan selamat.
Itu semua bagi orang yang masih menjagakan kepada amal-amalnya.yaitu mereka yang masih tebal nafsunya.Masih dikuasai nafsu,lalu mengaku bisa berbuat begitu bisa begitu,bisa beramal dan sebagainya,sehingga menjagakan atau membanggakan kepada amalnya atau usahanya.Malah disini seterusnya disebutkan :
Orang yang menjadi tipis harapan ketika menemui kesalahan atau kenegatifan yaitu orang yang menjagakan amalnya itu tadi,ialah mereka ‘ubbad,orang-orang ahli ibadah lahir,dan mereka muriiduun,orang-orang yang menginginkan wusul atau sadar kepada Alloh SWT.Kalau ditegaskan ‘ubbad atau muriiduun,ya otomatis mereka begitu,karna mereka belum sadar.Pasti !
Kalau salah atau berkuramg, itu menjadi berkurang harapanya.Otomatis, karena mereka belum sadar kepada Aloh SWT.

Arab hal 4

Golongan pertama,orang ahli ibadah itu yang diinginkan surga.atau istilah lain selamat dunia akhirat.Dan surga yang tinggi yang megah dan sebagainya.Adapun”Muriiduun”yaitu murid,.....orang yang menghendaki.Menghendaki wusul atau sadar kepada Alloh SWT.Muriiduun atau “Saalikuun”.Dalam satu hal sama tapi sebenarnya yang dimaksud “Muriiduun”itu adalah orang yang baru melangkah atau akan melangkah,dan “saalikuun “ orang yang sudah atau sedang belajar.Tapi itu tadi, kalau kedua kata itu berjajar.Sadangkan kalau tidak berjajaran,terpisah,yang dimaksud “saalikuun”juga “Muriiduun”.
Jadi kalau muriiduun,mereka menjagakan amalnya untuk wusul kepada Alloh SWT,kalau saya mujahadah mempeng,giat,pasti cepat mencapai wusul atau sadar.Itu pikiran mereka.Lha kedua kelompok “ubbad”.dan “muriiduun” tersebut,didalam menjagakan amal mereka,itu terkecam.Mengapa terkecam ?.Sebab yaitu tadi masih mengaku.Mengaku bisa amal bisa berusaha.Masih memandang kepada nafsunya.Memandang kepada pribadinya.Aku ada,dan aku bisa berbuat bisa beramal.Ini terkecam, sebab bukankah sesungguhnya “Laa haula walaa quwwata illa Billah” ?.Kokm dia mengaku ada,mengaku bisa berbuat,bisa beramal dan sebagainya.Itu terkecam.
Para hadirin hadirot,mari kita koreksi !mari kita koreksi keadaan diri kita masing-masing.Terutama ini soal yang pokok !.Sebelum kia melangkah,harus sudah kita deder tanaman itu.Harus kita sadari memakai dasar yang teguh dan kuat.Ibarat bangunan,itu pondasinya.Bangunan yang tidak ada pondasinya yang kokoh,pasti hancur.Begitu juga amal perbuatan.Kalau tidak ada pondasi ini, otomatis hancur tak berguna !.Hancur menjatuhi pada yang membangun.Ngebruki atau menjatuhi soal dunia itu sudah berat,lebih-lebih ngebruki soal akhirat,itu lebih berat.
Itu tadi soal tauhid yang penting dan pokok sekali.Bagaimana kita didalam mujahadah,didalam kita beramal,apakah harapan kita tetap atau berubah-ubah pasang surut.Menurut keadaan kita itu berarti belum tepat,menurut keadaan kita itu berarti belum tepat.Kalau hati pasang surut rojaknya atau optimisnya, bnerubah-ubah menurut keadaan diri kitra,berarti itu tidak tepat !.Mestinya harapan itu harus hanya diarahkan kepada Alloh SWT kok lalu diarahkan pada amal kita,itu makanya tidak tepat.Kalau perlu ini su’ul adab !salah alamat!.
Mari kita dirikan pondemen didalam hati sanubari kita.Pondemen dari segala amal,yaitu tauhid didalam hati sanubari kita yang sekokoh-kokohnya!.Jangan sampai kita menjagakan kepada amal kita!.Kalau kita sregep menjadi besar harapan,tapi ketika sedang nggelonjom,lalu tipis harapan.Itu namanya masih memperTuhan kepada nafsunya,kepada amalnya,kepada usahanya ! kita harus memandang kepada Alloh SWT !.Sekalipun bagaimana giat kita,tapi kita harus tetap takut kepada Alloh SWT.Sebab hanya Alloh yang hanya ditakuti,sekalipun bagaimana baiknya keadan kita !.Sekalipun nggelonjom kita,kita harus tetap mengharap kepada Alloh SWT !.Mengharap kepada Alloh SWT !karena sifat Tuhan,penberian Tuhan tidak digantungkan kepada keadaan atau usaha kita.Sebelum ada apa-apa,Alloh SWT sudah “Warohmatii wasingat kulla syai’in”.Bismillahir rohmanir rohim sperti pada permulaan tadi. Sama sekali tidak terpengaruh oleh keadaan kita karena nggelonjom atau giat,....sama sekali tidak.
Lha kalau begitu Nabi Adam AS itu salah semua,misalnya.jangan begitu, jangan tergesa-gesa,menyalahkan suatu persoalan sebelum menguasai dengan sepenuhnya.Segala sesuatu yang versabgkutan dengan persoalan.Kalau memang sudah menguasai suatau persoalan secara obyektif,secara menyeluruh,itu boleh menyalahkan sesuatau.Menguasai jumlah dan tafsilnya sampai menyeluruh.Baru boleh menyalahkan.
Para hadirin hadirot.Ketika kita nggelonjom,kita diperintahkan supaya mengecam kepada pribadi kita sendiri.Tetapi ketika kita baik keadaanya,...........fal-nahmadillah,kita harus muji kepada Alloh SWT. Muji atau syukur kepada Alloh SWT,dan terima kasih kepada makhluk lain yang ada hubungan dengan baik keadaan kita.Soal moril atau materiil.Tapi kalau buruk keadan kita,....falaa taluumanna illa anfusana.Jangan mengecam selain kepada diri kita sendiri !.Dan didalam kita mengecam diri pribadi itu harus didasari LILLAH.LILLAH-BILLAH istilah wahidiyah.Dan itu harus senantiasa menjadi dasar dalam gerak-gerik kita.Tuntunan islam.Tuntunan Rosululloh SAW,bahkan tuntunan segala agama yang berTuhankan Tuhan Yang Maha Esa.Untuk Tuhan dan sebab Tuhan.Yang berbeda hanya istilahnya saja mungkin.Bahkan bagi kita bangsa indonesia yang punya pancasila sila pertama KeTuhanan Yang Maha Esa.Harus mendasari segala amal perbuatan kita dengan LIL-TUHAN dan BIL-TUHAN YANG MAHA ESA.
Mari para hadirin hadirot,sekali lagi kita mengecam kepada diri kita sendiri,tapim harus didasari LILLAH-BILLAH!.Diwaktu kita nggelonjom kok kita mengharap,itu dalam satu hal terkecam !,terkecam!.Dalam Al-Qur’an ada kata-kata “Illa amanniyya”.Yaitu orang yang hanya menduga-duga.Nglamun,mengharap agar rojak tapi tidak mau berjuang dan tidak mau berusaha,itu namanya nglamun.Bukan rojak,ini terkecam.Yang dinamakan mengharap atau rojak,sekalipun tidak harus menjagakan amalnya,perbuatanya,ibadahnya,tapi harus,....harus giat berusaha.Bersungguh-sungguh.Bermujahadah !.Jadi kita jangan salah paham atau salah menempatkan segala bidang dimasing-masing tempatnya !.Kalau kita dalam menempatkan segala sesuatuanya ditempatnya,itu namanya DHOLIM.
Definisi Dholimyitu:yaitumenempatkn sesuatu bukan pada tempatnya.Begitu juga kalukita menjagakn amal,itu namanya salah alamat.Dholim,mestinya harus menjagakan kepada Tuhan ,kok mejagakan kepada amal,itu dholim
Sekalipun ngglonjom,tetap harus menjagakan kepada Tuhan !.Tapi dalam pada kita mejagakan kepada Tuhan kok tidak mau berbuat atau berusaha,itu namanya “amani”lamunan.Dan terkecam !.Jadi sekalipun mengharap atau rojak kepada Tuhan itu penting,tapi yang lehib penting lagi, prinsip adalah tepatnya.Hubungan ini mungkin ,orang yang slalu kuat tekun non stop usahanya,mujahadahnya, tapi tidak ada rojak kepada Tuhan melaikan menjagakan kepada amalanya, mungkin masi lebih baik oyang tekun amalnya, seting istrahat, tapi dia tepat. Tapi kita harus sebanyak mungkin dan sebanyak mungkin dan setepat mungkin. Ini seharusnya, tapi al- aham sedapat mungkin. Dan Insya Allah kemampuan kita masih banyak untuk usaha setepat mungkin dan sebanyak mungkin. jadi Jangan sampai kita menyalagunakan . misalnya : aah, biarlah sedikit saja asal tepat. Sekalipun banyak sekali tidak tepat itu tak berarti, dan sebagainya, itu namanya menyalagunakan. Tidak boleh otomatis terkecam. Terkecam karena penyalagunaan. Dus sekali lagi kita harus setepat mungkindan sebanyak mungkin, Al-aham, yang lebih prinsip “ setepat mungkin” istilah umum kwalitas atau kualitet. Adapun kwatintas atau banyaknya itu nomor dua, atau isi atau mutu dari pada itu semua. Kwalitas ! tapi kita harus berusaha mengisi kedua hal tersebut. Ya kwalitat dan kwantitas
Itu umum, soal apa saja, misalnya soal LILLAH-BILLAH. Yang paling pokok adalah BILLAH. Karena hubungan dengan Tauhid. Dan LILLAH hubungan dengan ‘ubudiyah. Tapi ya itu tadi mungkin lalu disalahgunakan. Kalau berani menyalagunakan, itu berati bunuh diri. Jadi yang paling prinsip BILLAH atau Tauhidnya. Tapi kita harus berusaha bersama-sama mengisi BILLAH dan LILLAH. Haqiqot dan Syari’at begitu hubungan dengan rojak dan ikhtiar atau usaha.
Kembali lagi kepada pengajian, setengah dari pada alamat atau menjagakan amal. Yaitu “ Nuqshonur – rojak “ berkurangnya harapan atau pesimis ketika dalam keadaan terpeleset. Wahidiyah harapan tipis dapat selamat dunia dan akhirat, dapat diridloi Allah SWT, atau dapat whusul kepada Tuhan, ketika dalam keadaan maksiat, ketika dalam keadaan ngolonjom. Itu namanya menjagakan amal atau usahanya, tidak menjagakan kepada Tuhan. Istilah Wahidiyah menjagakan nafsu, tidak menjagakan Allah.! Para hadirin-hadirot mari soal yang pokok ini kita tempatkan juga pada yang pokok juga. Kita harus “Yukti Kulla Dzii Haqqin Haqqoh” soal yang pokok harus ditempatkan kepada yang pokok dan yang kurang pokok juga pada tempatnya masing-masing. Dan seterusnya. Kata Sayyidina Ali Karromallahu Wajhahu.

Arab hal 8

( tidak akan mengalami kerusakan orang yang akan kedudukanya )

Kebalikan dari ini adalah dholim tadi. Yaitu menempatkan sesuatu yang bukan pada tempatnya.
Arab hal 8


Ototmatis yang dikatakan “Ubbad” yang menjagakan amal tadi adalah orang yang ahli ibadah yang belum sadar ada kata-kata :

Arab hal 9

( orang yang sembahyang lima waktu pada awalnya waktu, disamping ibadah-ibadah yang lain, itu dinamakan – ‘abidah ahli ibadah )

Arab hal 9

( orang yang keluar dari dunia, orang yang menjauhi dunia, fanak atau rusak pandanganya terhadap dunia, dinamakan orang yang ahli bertapa – zahidaan )

Arab hal 9

( barang siapa yang keluar dari nafsunya, yang bebas dari nafsunya, dinamakan orang ‘arif, orang yang sadar kepada Alloh SWT )

Tapi ya bisa merangkap-rangkap. Artinya ya Al-arif orang sadar kepada Alloh dan disamping itu ia juga ahli ibadah dan Zuhud-bertapa. Ada istilah :

Arab hal 9

Orang ‘arif itu kaainun, tetap diantaranya manusia yang lain. Dalam bidang apa saja, segala bidang, tapi baainun dia diluar manusia. Ujudnya ya sama-sama kepasar, ya sama-sama tukang jahit, ya sama-sama kesawah, tapi yang satu hanya lahirnya saja dan yang satu lagi luar dalam. Orang ‘arif lahirnay bersama makhluk, tapi batinya bersama Alloh.
Ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot, pengajian pagi ini diridloi oleh Alloh wa Rosulihi SAW, membuahkan manfaat yang sebanyak-banyaknya. Menjadi sebabnya kita sadar dan mningkat kesadaran kita kepada Alloh wa Rosulihi SAW aamiin amiin.


Arab hal 10


Setengah dari pada alamat atau tandanya orang itu minal ‘arifin, orang yang sadar kepada Alloh SWT, dia fana’ dari pandangan terhadap nafsunya. Nafsunya tidak jadi acara.


Arab hal 10

Ketika dianya terjatuh atau terkenah musibah lupa, dia selalu sadar akan berlakunya kekuasan Tuhan. Dalam istikah Wahidiyah BILLAH.
Bidang BILLAH. Baik dalam keadaan maksia atau thoat ini harus senantiasa BILLAH tapi kalau LILLAH atau bidang syari’at, itu hanya soal thoat yang boleh diberi dasar LILLAH, kalau diwaktu maksiat tidak boleh didasari LILLAH. Seperti rukun iman dalam nomor enam.

Arab hal 10
Harus yakin bahwa baik dan buruk itu sudah qodar dari Alloh.Ta’ala. ibarat bangunan yang sudah direncanakan oleh yang membangun. Baik itu buruk atau baik. Begitu makhluq, sudah direncanakan oleh Alloh SWT. “ Khoiri wa Syairrihi minalloh”. Baik dan buruk, itu hanya dari Alloh SWT. Itu bidang BILLAH. Harus kita isi, disamping mengisi, bidang LILLAH
Lhah itu orang ‘Arifin, ketika dalam keadaan terblegong, dia tetap menyadari BILLAh. Menyadari itu dari Alloh. Ini tidak berarti lalu tidak mengisi bidang LILLAH. Yang sempurna, yang seharusnya ialah di samping mengisi bidang BILLAH, bidang haqiqot, harus mengisi bidang syari’at bidang LILLAH.!.
Ketika dalam maksiat misalnya.Dalam bidang haqiqot, harus tetap BILLAH.Dan dalam bidang syariat harus tobat “Robbanaa dholamna anfusanaa” misalnya. Mengecam nafsunya.Tapi ya harus didasari LILLAH, mengecam nafsunya tidak didasari LILLAH, itu berarti masih nuruti nafsu.Masih dijajah dikuasai oleh nafsunya. Ini mungkin sangkin licinnya nafsu. Bermujahadah, dzikir sekalipun kepada Alloh, tapi tidak dasar LILLAH, ini berarti nafsu. Oleh karena syariat baik perbuatan lahir maupun perbuatan hati, yang tidak didasari LILLAH, itu otomatis nafsu. Dzikir kepada Alloh, baik dzikrul-lisan atau dzikrul-qolbi jika tidak didasari LILLAH, ini otomatis LINAFSI-BINAFSI.Adapun bidang tauhid, tidak ada hubungan dengan LILLAH.Ya BILLAH itu sudah !. Saya BILLAH ini saya dasari LILLAH umpamanya, itu tidak benar, BILLAH ya BILLAH itu sudah.
LILLAH atau syariat itu tidak hanya bidang lahir saja.Tapi juga batin atau hatinya.Misalnya punya niat, dzikir sekalipun, kalau tidak dialamatkan kepada LILLAH, otomatis LINAFSI-BINAFSI.
Meneruskan pengajian.Dos orang ‘artif, ketika dia mengalami kebaikan, dia tidak mengaku diri. Tetap sadar BILLAH. Tetap “Laahaula walaa quwwata illa billah”. Tidak ada bedanya baginya, baik dalam keadan baik ataupun dalam keadaan tidak baik tetap dia BILLAH.Teatap bertauhid.
Arab hal 11
Dia tetap tenggelam didalam samudra tauhid.
Arab hal 11

Tetap sama khouf dan rojaknya. Tetap sama kuat dan harapannya. Karena sifat Tuhan itu ditakuti dan diharap. Buktinya lagi yaitu BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIIM.ar-Rohman ar-Rohiim. Kasih sayang.Ini berarti sekalipun keadaan kita bagaimanapun juga, tetap harus mengharap kasih sayang Alloh. Kalau karena berlarut-larut lalu berputus asa, itu terkecam. Dalam Al-Qur’an sudah diperingatkan .

         

(Sesungguhnya tiada yang putus asa dari rohmat Alloh kecuali orang-orang kafir)
Orang yang putus asa, berarti orang yang meniadakan Tuhan,orang yang menutup-nutupi kemurahan Tuhan. Istilah manusia, orang yang melukai Tuhan.Tuhan tidak dapat dilukai. Jadi dalam keadan buruk atau berlarut-larut harus mengecam kepada dirinya sendiri.

Arab hal 12
Barang siapa keadaanya belum cocok dengan itu tadi, harus usaha sekuat mungkin !. Usaha sekuat mungkin, Usaha sekuat mungkin, dengan riadloh-riadloh dan banyak dzikir.
Hubungan dengan itu Imam Syazali bersabda :
Arab hal 12
(Barang siapa yang belum mengecakkan atau merasakan ilmuku ini, dia berdosa. Sekalipun bagaimana baiknya dan dianya tidak sadar tidak merasa kalau berdosa besar).
Bermujahadah dan riadloh, lahir batin !, bermujahadah itu yang penting hatinya, bersungguh-sungguh !, bermujahadah lahiriyah itu sebagai pupuk. Hatinya harus senantiasa titi ngati-ngati. Senantiasa waspada !. Kalau menyeleweng harus cepat-cepat kembali. Senantiasa memusatkan perhatian !. Senantiasa Fafirru Ilalloh wa Rosulihi SAW. Sekuat mungkin !, ibarat anak-anak yang bermain jumpritan, harus selalu kuat-kuat memegang jumpritannya. Kalau sampai benggang, sekalipun hanya satu senti, pasti ditelan oleh lawan.Yaitu nafsu !. Tapi kalau sungguh-sungguh kuat memegang jumpritannya, dalam keadaan bagaimanapun tidak apa-apa. Malah dapat memanfaatkan.
Jadi kalau orang merasa belum memiliki, atau belum memiliki dengan tanda-tanda itu, sebab mungkin belum memiliki tetapi merasa sudah memiliki mungkin, kalau belum memiliki harus berusaha sekuat mungkin dengan segala kemampuan yang ada padanya !. Sebab hal ini yang akan menentukan kelak. Kita maklum, kita akan hidup di alam akhirat sak jeg-jumbleg selama-lamanya.

           

(Dan barang siapa yang buta (hatinya)niscaya di akhirat kelak dia akan lebih buta dan lebih tersesat jalannya).
Orang yang didunia buta, tidak tahu siapa Tuhannya, otomatis di akhirat akan lebih jauh dari pada Tuhannya.
Kalau sugdah memiliki harus terus ditingkatkan, kemudian Syekh Syarqowi Pensyarah Hikam mengatakan maksudnya adalah maksud dari pada pengarang Hikam menguraikan hal tersebut ialah supaya orang jangan sampai menjagakan selain Tuhan.Kok berarti jangan beramal, pokok sudah sadar.....tidak !. Seperti saya utarakan tadi.Menjagakan Tuhan tanpa beramal namanya lamunan. Tapi kalau menjagakan amal, namanya syirik !, Dus yang dimaksud ialah supaya senantiasa mengoreksi diri, sehingga dapat setepat-tepatnya.
Arab hal 13
“Tajrid” itu sepi, tidak bekerja, tidak usaha, hanya tawakkal pasrah bongkokan kepada Tuhan, melulu ibadah saja, tetapi harus bekerja, tapi dia hanya tawakkal saja dan ibadah saja.Pada hal dia masih cocok harus usaha atau bekerja.Itu namanya “minas-syahwatil khofiyyah”. Dia terjebak oleh imperialis nafsu tidak merasa. Sehingga hal yang sesungguhnya buruk disangkanya baik, tidak tepat dianggapnya tepat.
Tawakkal dan tidak bekerja, tidak uasaha soal ekonomi, itu mungkin saja terjadi atas diri seseorang. Tapi harus ada syarat-syaratnya, dan ada sebab-sebabnya, apa itu syarat-syaratnya insya Alloh nanti dibelakang atau mungkin besok minggu lagi diterangkan. Disini mengenai pendahuluan itu saja dahulu.
Jadi orang yang masih dalam maqom asbab, masih berkecimbung di bidang ekonomi, harus kesawah, harus kepasar, harus ......... usaha ini itu dan sebagainya. Kok dianya tidak mau berkerja denganalasan aku ini tajrid, tawakkal hanya melulu ibadah saja, aku mau bermujahdah saja. Aku mau sembahyang saja, mau ....... puasa saja dan sebagainya misalnya, padahal sesungguhnya dia tidak memenuhi syarat-syarat itu itu. Itu namanya dia terjebak oleh bujukan nafsunya yang sangat halus. Lalu syarat-syaratnya apa saja ? nanti insya Alloh pengajian besok m inggu lagi. Jadi , mudahnya kita harus sentiasa menyerah kepada Alloh SWT . lha tahunya kalau hal tersebut yang dikehendaki lloh Ta’ala bagaimana ?. insya Allohnanti atau pengajian yangakan datang terkadang ada orang yang salah paham. Menyerahkan bongkokkan kepada Tuhan, ini harus seratus persen, bulat-bulat menyerah segala-galanya tanpa reserve. Andai kata di suruh mejerumus kedalam neraka seklipun misalnya, harus, ..... harus dijalani, itu namanya betul-betul menyerahbongkokkan. Tidak hanya menyerah sebagian-bagian saja. Tapi satu bidang kita yakin Tuhan tidak mungkin menjerumuskan hambanya kedalam neraka sengsara. Begitu juga menyerah dan tidak mau berbuat apa-apa, itu sallah paham.

Arab hal 14

( Sesungguhnya aku menyerah kepad Tuhan Semesta alam )
Yang menyerah itu hatinya, biar disuruh mengerjakan apa saja haru dikerjakan dengan ikhlas dan dengan gembira. Hatinya menyerah tapi tidak mau melaksanakan apa-apa yang diperintahkan, itu namanya ..... ya tidak cocok.
Ya mudah-mudahan para hadirin – hadirot, kita diridloi oleh Allah SWT memperoleh fadlolnya Alloh SWT yang sebanyk-banyknya dan syfaat Rosulillahi SAW, barokahnya Ghoutsu Hadzaz Zanman wa A’waanihi wasaairi Ahbaa billah rodiyallohu Ta’ala anhum yang sebanyak-banyaknya, sehingga kita dapat tepat yang setepat-tepatnya didalam segala bidang !. Amiin, amiin, amiin.
Sekiranya pengajian cukup sekian, waktu dan tempat dipersilakan kepada Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat.

SAMBUTAN PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT
Disampaikan oleh Bapak Moh. Ruhan Sanusi

Beliau mengemukakan betapa pentingnya pengajian Kita Al-Hikam dan kuliah Wahidiyah tiap minggu pagi di Pusat Wahidyah Kedunglo ini Kitab Al Hikam sudah berkali–kali dikhatamkan disini. Mungkin sudah kesembilan kali atau kesepuluh kalinya. Dan alhamdulillah pagi ini tadi kita dapat mengikuti permulanya lagi. Sekalipun sudah berulang kali. Namun insinya, dawuh-dawuh penguraianya, kuliah-kuliah Wahidiyahnya tetap merupakn hal baru yang sangat penting yang sangat kita butuhkan, dan dibutuhkan oleh ummat dan masyarakat. Yaitu membangun, membina, dan meningkatkan mental kesadaran Fafirruu Ilallooh wa Rosulihi SAW. Membina akhlaqul kalrimah pada umumnya.
Bagi kita pengamal Wahidiyah, khususnya yang mengikuti pengajan ini, minggu pagi ini merupakan pelurus jalam bagi yang menyimpang atau menyeleweng. Ibarat kita akan terperosot kedaam jurang kesetan kita diperingatkan didalam pengajian ini. Malah, yang sudah terperosot sekalipun, dientaskan di selamatkan lagi. Malah yang sudah gluprut dengan lumpurnya nafsu, dimandikan dan dibersihkan kembali dibebaskan dari cengkeraman imprialisme nafsu.
Kita sebagai pengamal Wahidiyah disamping merasakan isi- isi pengajian ini, berkewajiban menyampaikan meratakan isi-isi pengajian itu kepada umat dam masyarakat. Selanjutnya Pusat mengajak kita semua untuk meningkatkan rasa tanggung jawab kita sebagai pengamal Wahidiyah. Sebagai pejuang Fafirruu Ilallooh wa Rosulihi SAW. Kita didorong dan dituntun oleh Romo Yahi dalam pengajian pagi ini untuk meningkat. Meningkat disegala bidang, bidang syari’at, bidang haqiqot, bidang rumah tangga, bidang hubungan didalam masyarakat, soal politik sekalipun soal ekonomi , soal sosial dan lain-lain, harus senantiasa diisi sepenuhnya dan diarahkan untuk peningkatan kesadaran Fafirruu Ilallooh wa Rosulihi SAW.
Hubungan dengan akan datangnya bulan Rojab,penyiar pusat mengutarakan rencana mujahadah Kubro dalam rangka memperingati Isro’ Mi’roj junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW,yaitu kira-kira pada pertengahan bulan Rojab 1397 H.Siaran tertulis akan menyusul.Dikatakan bahwa mujahadah Kubro Wahidiyah nanti menurut rencana akan diadakan selama empat hari empat malam.Yaitu dimulai malam jum’at,dan berakhir hari senin pagi,malam jum’at disediakan bagi seluruh panitia penyiar Sholawat Wahidiyah mulai dari tingkat pusat,daerah kabupaten,tingkat kecamatan,dan imam-imam jama’ah serta sponsor Wahidiyah dari berbagai daerah.Demikian antara lain isi sambutan dari penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat sehabis pengajian minggu pagi ini.

KEMBALI DAWUH-DAWUH DARI ROMO YAHI
Para hadirin hadirot,mari keterangan-keterangan dari Pusat tadi kita perhatikan dengan sungguh-sungguh,terutama soal Mujahadah Kubro mbinjing bulan Rojab,mari sekarang kita mencurahkan perhatian yang sebanyak-banyaknya hubungan Mujahadah Kubro yang akan datang.
Para hadirin hadirot,sambutan dari Pusat hubungan dengan pengajian ini,mari para hadirin hadirot segala perjuangan kita dalam segala bidang kita dasari dengan pengajian yang baru kita laksanakan tadi,sehingga semua tadi diridloi Alloh wa Rosulihi SAW.Membuahkan manfaat yang sebanyak-banyaknya.
Para hadirin hadirot,hubungan sambutan yang menyingguna soal pemilu,dimana kita bangsa Indonesia baru melaksanakan pemilihan umum 2 Mei yang lalu,mudah-mudahan pemilu yang baru itu membawa hikmah serta faedah yang sebanyak-banyaknya pada bangsa Indonesia,sehingga semuanya cepat-cepat Fafirru Ilalloh wa Rosulihi SAW,disamping jami’al ‘alamin.Para hadirin hadirot dalam pemilu itu Alhamdulillah kita para pengamal Wahidiyah para pejuang Fafirru Ilalloh wa Rosulihi SAW dapat ikut serta mengisi bidang tersebut.sekali lagi Alhamdulillah.Dan sebenarnya para hadirin hadirot,bidang tersebut baru sebagian bidang kecil bila dibandingkan dengan objek perjuangan Fafirru Ilalloh wa Rosulihi SAW,yang meliputi jami’al ‘alamin dalam segala bidang.Dari itu para hadirin hadirot,mari kegitan kita terus kita tingkatkan yang sebanyak-banyaknya.Sekalipun sudah mungkur pekerjaan kita Bangsa Indonesia,didalam melaksanakan pemilu,tapi kita masih menghadapi perjuangan yanag lebih besar.Soal yang mah besar,tanggung jawab kita sebagai hamba Alloh,sebagai umat Islam,sebagai Bangsa Indonesia,bahkan sebagai pejuang Fafirru Ilalloh wa Rosulihi SAW,masih besar sekali tanggung jawab kita para hadirin hadirot.Terutama dalam bidang kesadaran kepada Alloh wa Rosulihi SAW.Terutama dibidang akhlaq disamping bidang-bidang lain para hadirin hadirot.Dari sebab itu mari kita tingkatkan yang sebanyak-banyaknya perjuangan kita,perhatian kita.Mari para hadirin hadirot,pada kesempatan ini kita gunakan untuk munajat kepada Alloh wa Rosulihi SAW.Untuk soal-soal tadi.Para hadrin hadirot mari kita sama-sama ngedoki,mengakui,kesalahan-kesalan kita dihadapan Alloh wa Rosulihi SAW,para hadirin hadirot.
Para hadirin hadirot,terutama dalam bidang perjuangan Fafirru Ilalloh wa Rosulihi SAW,dibidang keluarga kita masing-masing harian kita masing-masing,dalam bidang segala sesuatu yang berhubungan dengan pemilu,mari dihadapan Alloh wa Rosulihi SAW.Kita akui kita doki bahwa kita senantiasa tidak tepat dalam bidang-bidang tersebut.Mari para hadirin hadirot,dan mari sungguh-sungguh memohon mudah-mudahan diwakt-waktu mendatang dikaruniai yang setepat-tepatnya dalam segala bidang.
Mari hadirin hadirot.

AL FAATIHAH !.....................
AL FAATIHAH !.....................
AL FAATIHAH !.....................
ALLOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD..............dst.








TERJEMAHAN SHOLAWAT WAHIDIYAH
Bismillahir Rohmaanir Rohiim.

Memenuhi permintaan sebagian masyarakat,maka dibawah ini di nukilkan terjemah dari seluruh rangkain Sholawat Wahidiyah.Jika terdapat hal-hal negatif,atau kurang tepat dalam terjemah ini mohon diberikan koreksi.
ALLOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD.............. dan seterusnya.

— Yaa Alloh, Yaa Tuhan Maha Esa, Yaa Tuhan Maha Satu, Yaa Tuhan Maha Menemukan, Yaa Tuhan Maha loman(Maha banyak memberi), limpahkanlah sholawat dan salam barokah atas junjungan kami Kanjeng Nabi Muhammad dan atas keluarga Kanjeng Nabi Muhammad didalam setiap mata berkedip dan naik turunnya nafas sebanyak bilangan segala yang Alloh Maha Mengetahui-NYA dan sebanyak peparing serta pemeliharaan Alloh.

ALLOHUMMA KAMAA ANTA AHLUHU.......................dan seterusnya.
— Yaa Alloh, sebagaimana keahlian ada pada-MU, limpahkanlah sholawat salam barokah atas Junjungan kami, Pemimpin kami, Pemberi Syafa’at kami, Kecintaan kekasih kami, dan Buah jantung hati kami Kamjeng Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi WaSallam yang layak dan sepadan dengan keahlian Beliau, kami bermohon kepada-MU Yaa Alloh, dengan hak kebesaran Beliau, tenggelamkanlah kami didalam pusat dasar samudra ke-Esaan-MU sedemikian rupa sehingga tiada kami melihat dan mendengar, tiada kami menemukan dan merasa, dan tiada kami bergerak maupun berdiam, melainkan senantiasaberada didalamnya (samudra Tauhid atau kesadaran Billah istilah Wahidiyah) dan limpahilah kami Yaa Alloh,pengampunan-MU yang sempurna yaa Alloh, ni’mat dari-MU yang sempurna Yaa Alloh, sadar ma’rifat kepada-MU yang sempurna Yaa Alloh, cinta kepad-MU dan menjadi kecintaan-MU yang sempurna Yaa Alloh,serta ridho kepada-MU dan memperoleh ridho-MU yang sempurna pula Yaa Alloh. Dan sekali lagi, limpahkanlah sholawat salan dan barokah atas Beliau Kanjeng Nabi dan atas keluarga dan sahabat Beliau sebanyak bilangan segala yang tercakup oleh Ilmu-MU dan termuat di dalam Kitab-MU, dengan Rahmat-MU Yaa Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dan segala puji bagi Alloh Tuhan seru sekalian alam.

Keterangan :
Al Mukarrom Romo KH.Abdul Madjid Ma’ruf mendawuhkan bahwa Sholawat yang ada lafad “Alloh”didalamnya diantara fadilahnya yaitu membekas didalam hati sipembaca rasa panas dengan konsentrasi qudlur kepada Alloh SWT lebih banyak.Sebaliknya Sholawat yang didalamnya tidak ada lafad Alloh seperti “YAA SYAAFI’AL KHOLQI....”yang terjemahanya seperti dibawah,diantara fadilahnya yaitu meninggalkan bekas didalam hati sipembaca yaitu rasa dingin dan tenteram.Itulah antara lain,maka Sholawat “YAA SYAAFI’AL KHOLQI....” diberi nama “SHOLAWAT SALJUL GHUYUB FII TABRIIDI HAROOROTIL QULUB” atau disingkat “SHOLAWAT SALJUL QULUB”,yang berarti saljulnya hati.
Kedua rangkaian Sholawat Allohumma yaa waahidu dan Allohumma kama anta ahluh.........,redaksi langsung matur memohon kepada Alloh SWT.Sedangkan Sholawat Saljul Qulub dibawah nanti redaksinya langsung matur sowan dihadapan Junjungan kita Rosululloh SAW.Ini perlu kita pahami,antara lain untuk memperbaiki adab-adab kita ketika membaca Sholawat.Adab-adab lahir dan adab batin yang sangat besar pengaruhnya bagi hati sipembaca Sholawat.Diantara adab adalah. “Istihdlor”merasa seolah-olah seperti benar-benar berada dihadapan Rosululloh SAW.

YAA SYAAFI’AL KHOLQIS SHOLAATU WASSALAAM.........dan seterusnya.
— Duhai Kanjeng Nabi pemberi Syafa’at makhluq Kepangkuan-MU sholawat dan salam kusanjungkan, Duhai Nur cahaya makhluq , pembimbing manusia, Duhai unsur dan jiwa makhluq,bimbing dan didiklah diriku,Sungguh aku manusia yang dholim selalu, tiada arti diriku tanpa engkau Duhai Yaa Sayyidii,jika engkau hindari daku karena keterlaluan berlarut-larutku, pastilah aku hancur binasa.

YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH
— Duhai pemimpin kami,duhai utusan Alloh.

YA AYYUHAL GHOUTSU SALAAMULLOH.............dan seterusnya.
— Duhai Ghoutsu Hadhaz Zaman, kepangkuan-MU salamulloh kuhaturkan,Bimbing dan didiklah diriku dengan izin Alloh !. dan arahkan pancaran Nadhroh-MU kepadaku Duhai Yaa Sayyidii,Nadhroh tajam yang mengugah hatiku sadar wusul kepada Alloh Maha Luhur.

YAA SYAAFI’AL KHOLQIS HABIIBALLAHI..................Dan seterusnya.
— Duhai penberi Syafa’at makhluq kekasih Alloh, sholawat serta salam Alloh senantiasa berlimpah Kepangkuan-MU, jalanku buntu, usahaku tak menentu bagi kesejahteraan negriku, ulurkan tangan pertolongan-MU kepadaku dan bangsaku Duhai Yaa Sayyidii.

YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH
— Duhai pemimpin kami,duhai utusan Alloh.

YAA ROBBANALLOHUMMA SHOLLI SALLIMI.................Dan seterusnya.
— Yaa Tuhan kami, Yaa Alloh, limpahkanlah Sholawat dan Salam atas Kanjeng Nabi Besar Muhammad penolong ummat,dan atas keluarga Beliau, dan jadikanlah ummat manusia ini cepat-cepat lari kembali sadar dan mengabdikan diri kepada Tuhan Semesta alam. Yaa Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, permudahkanlah segala urusan kami, bukakanlah hati dan jalan kami. dan persatukanlah serta pereratlah persaudaraan dan persatuan diantara kami Yaa Tuhan kami !.

ALLOHUMMA BAARIK FIIMA KHOLAQTA WA HADHIHIL BALDAH ! YAA ALLOH......Dan seterusnya.
— Yaa Alloh, berikanlah barokah didalam segala makhluq ciptakan-MU, dan didalam negeri kami ini ! dan didalam mujahadah iniYaa Alloh.

ISTIGHROQ !
— Istighroq artinya tenggelam.Tenggelam didalam lautan tauhid ke-Esaan Tuhan.Segala perhatian,fikiran,ingatan perasan hanya tertuju kepada Alloh.Hanya Alloh tidak ada acara lain-lain.Hanya Alloh, Laa maujuda ilalloh.Tidak ada yang wujud selain Alloh.Hanya Alloh !Istighroq seperti ini disebut istighroq AHADIYAH.ada lagi istighroq WAHIDIYAH, yaitu mengetrapkan BILLAH seperti ajaran Wahidiyah Laa haula walaa quwwata illa Billah.

BI9SMILLAHIR ROHMAANIR ROHIIM
ALLOOHUMA BIHAQQISMIKAL A’DHOM.............Dan seterusnya.
— Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Yaa Alloh, dengan hak kebesaran Asma-MU, dan dengan kemuliaan serta keagungan Kanjeng Nabi Mahammad Sollallohu ‘Alaihi WaSallam, dan dengan Barokahnya Ghoutsu Hadhaz Zaman wa A’wanihi serta segenap Auliya’ Kekasih-MU Yaa Alloh, Yaa Alloh Rodiyallohu Ta’ala Anhum, sampaikanlah seruan kami ini kepada jami’al Alamin dan letakkanlah kesan yang merangsang didalamnya,maka sesungguhnya engkau Maha Kuasa berbuat segala sesuatu dan Maha Ahli memberi ijabah !.

FAFIRRU ILALLOH !.
— Larilah kembali kepada Alloh

WA QUL JAA-AL HAQQU WA ZAHAQQOL BAATHIL,INNAL BAATHILA KAANA ZAHUQO.
— Dan katakanlah (wahai Muhammad), perkara yang hak telah datang dan musnahlah perkara yang batal, sesungguhnya perkara yang batal itu pasti musnah.

AL- FAATIHAH ! (Membaca surat Al-Faatihah satu kali)

Keterangan

“FAFIRRU ILALLOH” adalah ayat suci Al Qur’an surat Adzariyaat ayat 50.Begitu juga WA QUL JAA-AL HAQQU WA ZAHAQQOL BAATHIL,INNAL BAATHILA KAANA ZAHUQO.Tersebut dalam surat Isro’ ayat 81.

   

AL-HIKAM 1 HAL 6

BISMILLAHIR ROHMAANIR ROHIIM

“Hikam” jamak dari Nimmah, kemauan yang keras atau keinganan yang berkobar-kobar, tidak dapat merubah atau menembus pagar kodar . malah Himmah, itu sendiri setengah dari pada kodar. Ini ada hubungannya dengan kaliamat sebelumnya.
Dus himmah atau kemauan yang keras bagaimanapun tidak dapat menyebol atau merubah kodar, artinay sudah dikodar begini misalnya kok bisa tembus dengan himmah, itu tidak bisa. Malah, yaitu tadi, justru himmah itu sendir setengan dari pada kodar.
Sebelum ini ada dawuh : “iroodatuka at-tajriid ma’a iqoomaatillahi iyyaaka fil asbaab minas-syahwatil khoffiyyah wa iroodastuka al-asbaaba ma’a iqoomatillaahi iyyaakafit-tajrid inhithootun ‘anil himmatil ‘alliyyati” ingin tajtid tidak bekerja tidak usaha, pada hal dianya cocok syarat-syaratnya harus bekerja, ingin tajrid mau ibadah saja mau mujahadah saja, mau membaca sholawat saja, mau menyepi diri saja tidak mau bekerja padahal dia yang cocok harus bekerja, itu adalah bujukan nafsu. Sebab ada latar belakangnya, kalau ibadah saja, sembahyang saja, mujahadah saja dan sebagainya, tidak mau bekerja, lalu merasa orang baik, dihormati orang lain. Jadi sesungguhnya latar belakangnya ingin dihormati.
“ Wa iroodatuka al asbaaba ma’a iqoomatillaahi iyyaaka fit-tajrid inhithootun ‘anil himmatil ‘alliyyati”. Ingin bekerja kepicut kepingin usaha ini, itu padahal dia didudukan Tuhan dalam maqom tajrid, itu namanya orang yang sudah diangkat pada kedudukan tinggi, lalu mlorot atau menjerus kebawah. Diantara laamatnya ditajrid yaitu rizkinya gampang, gampang min haisu layahtasib. Gampang tidak diduga-duga tidak gampang kangelan, diwaktu sepi dia ridloi. Tidak mengharapkan bantuan atau penberian orang lain. Pokoknya dia ridloi kepada Tuhan. Itu setenganh dari pada alamatnya tajrid. Dikatakan mlorot,sebab dia sudah diangkat oleh tuhan, sudah dijangkung oleh Tuhan, dicukupi kebutuhan lahiiyahnya supaya tekun ubudiyyah kepada Tuhan, kok kalau ingin terjun ketengah-tengah masyarakat yang pada umumnya di dalam masyarakat itu banyak hal-hal yang berbahaya, seperti penyelewengan, dekadensi moral dan sebagainya. Lebih-lebih pada masa akhir- akhir ini makin merajalela di segala bidang. Kesukaran-kesukaran dan kesulitan dalam segala bidang. Artinya soal ekonomi selalu seret, macet banyak penyelewengan, penipuan dan pemalsuan dan sebagainya otomatis orang yang terjun dalam lumpur menjadi bletok, berlumuran kotoran lumpur. Itu makanya dikatan melorot atau merosot dari kedudukan yang tinggi.
Orang yang ingi tajrid atau ingin terjun kedunia usaha dan sebagainya itu , tidak lain maksunya utuk mendapatkan kemajuan. Tapi sekalipun bagaiman usahanya, semua itu adalah di tangan Tuhan. Sekalipun bagaimana juga ia mengerahkan segala segala kemampuan yang ada padanya, bagaimanapun ia mengorbankan apa yang dia harus korbankan, tapi kalau belum dikodar oleh Tuhan, pasti tidak dapat menjebol kodarnya Tuhan. Disamping itu, istilah “ngoyo” seperti itu, lebih-lebih kalau tidak tepat, itu terkecam !, terkecam !.
“Sawabiqul Himam” atau himmah yang dimaksudkan disini adalah “Jiwa”, jiwa yang berkobar-kobar, jiwa yang mempunyai kekuatan atau tenaga dalam yang dapat mencipta apa yang di kehendi. Apa yang diinginkan terwujud. Atau jiwa “kun” misalnya. Yaitu kekuatan jiwa yang dapat mewujudkan pada apa yang dikehendaki tampa mengharapkan dari bantuan lain atau sebab-sebab lain, kecuali hanya dari kekuatan jiwa itu sendiri. Seperti pada orang Wali umpamanya terkenal dengan sebutan “karomah”, dan pada selainya disebut sihir, atau kekuatan-kekuatan lain, itulah yang disebut “Sawabiqul Himam”.
Kalau begitu apa gunanya usaha dan ikhtiat kalau memang sudah diqodar ini adalah ahli surga, itu ahli neraka, dia kaya dia mlarat da sebagainya, itu diridloi Tuhan, itu tidak diridloi Tuhan dan sebagainya. Itu bidang lain. Biadng lain. Ya betul dipasti atau dikodar kaya, dikodar mlarat atau bahagia atau sengsara, tapi bidang kodar harus kita isi dan bidang lain juga harus diisi. Jadi “Yukti Kulla zii haqqin haqqoh”. Mengisi segala bidang. Bidang kodar, itu setengah dari pada bidang yang prinsip yang pokok. Malah termasuk rukun iman. Arkanul iman sittatun. Rukuniman ada enam. Yang terakhir ” wa bilqodari” harus iman dan yakin kepada qodar. Artinya segala makhluq semuanya tidak ada yang ketinggalan sebiji atompun,itu semuanya sudah di qodar oleh Tuhan.Sudah direncanakan istilah pembangunan.Baik itu jelek,baik itu buruk maupun itu baik.Ini keyakinan atau iman.Dan harus diisi,itu keyakinan !.Adapun menjauhi perkara jelek dan mengusahakan perkara yang baik,itu bidang lain.Jangan kita campur adukkan,dan semua bidang-bidang harus kita isi !.Jadi kalau ada yang mengatakan.Apa artinya kita usaha,kalau memang sudah diqodar Tuhan,lha ini namanya nyampur adukkan bidang-bidang tadi.
Kita ingat cerita dadjal di akhir zaman. Dadjal diberi keistimewaan. Dapat menghidupkan orang matoi, dapat mematikan orang hidup, di tangan kanannya ada surga, ditangan kirinya neraka, dia menguasai seluruh dunia. Orang dipaksa supaya mengakui dan menyatakan bahwa dia Tuhan. Itu dadjal, kalu tidak mau mengakui, diberi janji-janji yang baik, dibang-bang, dimasukkan kedalam surganya, tetapi sesungguhnya surganya dadjal itu neraka, dan nerakanya dadjal itu surga. Terbalik, dia dapat menciptakan umpamanya, makanan, atau apa saja. Istilah pedalangan”pinujo teko, pinuwun rawuh”. (apa yang dipingini datang) atau “kunfayakun”. Dadjal dapat. Dia diberi keistimewaan begitu. Hubungan dengan pengajian tadi, dus, orang yang diberi kekuatan jiwa atau kekuatan gaib atau tenaga dalam yang luar biasa, apalagi kekuatan lahir yang seberapa,itu semua tidak dapat membedah qodar.Tidak dapat merubah qodar.Kalau di qodar mlarat,tetap mlarat,di qodar kaya tetap kaya,dipasti mati pasti mati,dan sebagainya. Disamping itu,orang yang diberi keistimewaan seperti tadi kok pasti orang baik. Belum tentu. Nabi Isa AS dapat menghidupkan orang mati. Seorang Nabi. Dilain pihak dadjal diberi seperti itu juga. Jadi tidak bisa dipakai ukuran baik atau tidaknya orang. Yang dapat dipakai patokan,yang anti selip,istilah Wahidiyah yaitu orang yang LILLAH BILLAH,LIRROSUL BIRROSUL. Ini anti selip. Tapi ya mungkin pengalaman seseorang,nampaknya seperti iya-iya ‘o,tapi sesungguhnya ada latar belakangnya linafsi binafsi. Mungkin,oleh karena itu perlu sekali adanya senantiasa koreksi pribadi apakah sungguh-sungguh sudah tepat LILLAH BILLAHkah atau sebaliknya LINAFSI BINAFSI !. Maka dari itu sekali lagi perlu kita koreksi diri senjlimet-jlimet. Seteliti-telitinya. Istilah orang menyaring atau orang mengayak tepung disaring sekali,disaring lagi,disaring lagi,harus disaring lagi dan seterusnya. Sudah lembut,harus disaring lagi agar tambah lebih lembut lagi. Sebab mungkin masih ada kotoran,itu perlu !.
Arab hal 28
(Mengabdilah kepada Tuhanmu,memper Tuhanlah kepada Tuhanmu sampai mati).
Artinya terus jangan sampai mandeg ditengah jalan.Sekalipun bagaimana lembutnya atau tingginya. Itu masih mungkin sekali ada kotorannya atau kurang tepat. Karena itu perlu sekali adanya senantiasa koreksi yang makin meningkat makin meningkat. Ya mudah-mudahan para hadirin hadirot pengajian mingguan ini diridloi Alloh wa Rosulihi SAW. Qodar,kepastian. Orang yang yakin kepada qodar,yang itu sudah seharusnya,sebab itu setengah dari pada rukun iman,itu otomatis membuahkan keadaan yang baik. Kalau orang ingat kepada qodar,dia diwaktu dalam keadaan seret ekonominya dia tidak putus asa,tidak menjadi gelap mata. Dia senantiasa ridlo. Kalau orang yang ingin diridloi Tuhan,diantaranya harus ridlo kepada Tuhan.
         

(Dan keridloan Alloh adalah yang lebih besar,itu adalah keberuntungan yang besar).
Padahal di akhirat yang paling besar adalah keridloan Alloh. Dus kalu orang menyadari kepada qodarnya Tuhan, pasti ridlo kepada Tuhan,diwaktu seret atau menghadapi kesulitan terutama,atau menghadapi soal yang tidak di inginkan. Lagi pula dia tidak ngongso-ngongso kalau memang tidak di qodar Tuhan tentu tidak berhasil,dan sebagainya. Banyak kebaikan-kebaikan dari adanya sadar kepada qodar. Selain itu orang yang menyadari qodarnya Tuhan tidak akan iri hati kepada orang lain yang lancar ekonominya misalnya. Dus banyak manfaatnya. Banyak sekali manfaat yang menunjang ketenangan batin,ketentraman jiwa manusia. Karena itu iman kepada qodar adalah setengah dari pada bidang yang harus ditingkatkan dan harus dipupuk. Disamping mengisi bidang-bidang lain.
Kembali pengajian, “sawaabiqul himam laa tahriqu aswaarol aqdaari”. Himah, semangat yang berkobar-kobar yang mendahului yang menerobos,yang dimaksud semangat berkobar-kobar yang mendahului yaitu kekuatan jiwa,mencipta apa yang akan dicipta dan kenyataan seketika. Misalnya seperti ada dongengan,zaman kuno ada masjid tiban, kalau itu memang betul-betul ciptaan.sebab mungkin suatu ciptaan,dengan ““sawaabiqul himam” istilah disini, itu mungkin persiapannya tidak diketahui orang,lalu tahu-tahu jadi. Itu mungkin. Hal – hal seperti kekuatan jiwa itu tadi bagaimanapun tidak bisa merubah qodar. Bahkan kekuatan jiwa itu sendiri juga dari qodar. Artinya,dia tidak punya kehendak mencipta kalau tudak di qodar oleh Tuhan. Seperti juga soal ikhtiar,berjuang,usaha,itu juga di qodar. Karena,dia tidak akan usaha kalau tidak di qodar usaha. Dus pokoknya semua makhluk,dhohiron wa bathinan,semuanya termasuk didalam qodar. Sudah direncanakan oleh si pembangun,istilah pembangunan. Sudah ada suratan atau tulisan di Loh Mahfudz .


Loh Mahfudz itu,semacam papan rencana makhluk sari pertama sampai penghabisan,semuanya termasuk didalamnya.Tulisan yang didalam Loh Mahfudz masih bisa dirubah.Tapi yang asli,itu yang permanen,tidak bisa dirubah.Qodar itu da yang mu’allaq,yaitu yang masih bisa dirubah,dan ada qodar mubrom atau mhkam yang sudah tetap tidak bisa dirubah dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.Qodar mu’allaq bisa ditawar.Artinya sudah diusahakan dapat dirubah.Adapun qodar mubrom,itu tetap tidak bisa diusahakan.
Dus soal qodar,iman atau menyadari qodar,itu setengnah dari pada ruklunya iman.Artinya,kalau orang tidak percaya bahwa segala sesuatu sudah diqodar seratus persen oleh Alloh SWT.Kok tidak percaya ini,itu namanya tidak iman kepada Alloh SWT.Ya mudah-mudahan iman atau keyakianan kita semua,keseluruhannya dibarengi selamat dunia akhirat !. Atau mudah-mudahan kulo panjenengan diparingi iman yang sempurna !,atau keyakinan yang sempurna !. Mudah-mudahan,yang diridloi Alloh SWT !.
Arab hal 30
Bebaskan dirimu dari tabdir. Tadbir sama dengan mengatur,enakan-istirahatkan dirimu dari untuk untuk mengatur dirimu. Bidang ekonomi atau bidang lain-lain. Soal sandang,soal pangan,soal papan dan lain-lain. Jangan kamu atur sendiri,jangan merepotkan diri kangelan ngatur semuanya itu,sebab hal-hal yang sudah ada yang kompenten mengurusnya,kamu jangan campur tangan. Hal-hal yang sudah di urus dan sudah dirampungkan orang lain,jangan campur-campur !. Bidangmu,kewajibanmu masih banyak yang harus dikerjakan.
Dus mudahnya tabdir itu mengatur. Misalnya soal ekonomi,soal makan,itu sudah diatur dan di urus oleh Tuhan.

Arab hal 30
( Dan tidak ada satu binatangpun di bumi (termasuk manusia).Melainkan Tuhan yang memberi rejeki,dan Tuhan Maha Mengetahuio tempat tinggalnya dan tempat berlindungnya).
”DAABBAH” = barang hidup yang ada di bumi. Mestinya ya yang ada di bumi juga yang ada di lainnya bumi. Itu semua “Illa ‘alallohi rizquha” tidak ada selain Alloh yang menanggung rizkinya. Jadi kalu rizkinya sudah di tanggung Tuhan,dicukupi Tuhan,kok ikut cawe-cawe soal yang sudah dicukupi,itu pertama,tidak ada gunanya,sebab dia masih ada tugas dan kewajiban lain. Kedua,itu namanya menggasab haknya lain,kompentensi lain,yaitu haknya Tuhan.
Tuhan,Tuhan yang mencukupi,kok campur-campur.
Dus semua makhluk yang hidup soal rejekinya sudah di cukupi oleh Tuhan. Jadi manusia tidak perlu memikirkan soal rezeki.
Yang di tanggung oleh Alloh SWT rizki,ada dua. Yaitu rizki primer yaitu rizki yang tidak ada itu,tidak bisa hidup. Ini yang di tanggung Tuhan,terbatas,adapun lainnya,itu tidak di tanggung Tuhan. Umumnya mengenai banyak dan sedikitnya yang di butuhkan manusia,relatif. Sekian kurang,sekian kurang. Tidak ada batasnya,yang di tanggung Tuhan,yaitu rizki yang kalau tidak mendapat rizki itu tidak bisa hidup. Umpamanya satu gelas air. Kalau tidak satu gelas ini tidak bisa hidup mati. Ya satu gelas ini di tanggung. Jadi terbatas sekali. Adapun lainnya,yang berlebih,lebih-lebih yang sampai berlimpah-limpah,tidak di tanggung Tuhan. Lalu selain itu, mengatur atau mengusahakan atau memperhatikan apa-apa yang sudah di tanggung. Itu namanya buang-buang waktu dan tenaga. Tidak boleh. Maksudnya tidak boleh itu, tidak didasari LILLAH BILLAH. Kalau didasri LILLAH BILLAH, itu sih bukan memperhatikan lagi, tapi melaksanakan perintah LILLAH !, Jadi jangan sampai salah menafsirkan. Memperhatikan dengan LILLAH BILLAH. Ini yang memperhatikan ini Tuhan. BILLAH !, jadi hanya ujud lahirnya saja yang memperhatikan,sedang sesungguhnya yang memperhatikan itu Alloh. BILLAH. Disamping itu,dengan dasar niat LILLAH melaksanakan perintah. Bukan di dorong oleh keinginan atau kebutuhan nafsunya.
Jadi kalau begitu,baik itu rizki yang di tanggung Tuhan yang terbatas tadi,atau rizki yang tidak di tanggung,yang tidak terbatas,mengusahakan itu,memikirkan atau memperhatikannya kalau tidak didasari LILLAH BILLAH,itu terkecam. Tapi kalau didasri LILLAH BILLAH,dengan sendirinya sudah tidak menjadi persoalan lagi.
Rizki yang bertumpuk-tumpuk,yang melampaui batas,keterlaluan,ini sekalipun dengan niat LILLAH,tidak boleh sebab itu isrof namanya dalam bahasa arab. Melampaui batas atau belebih-lebihan.yah,harus sekadarnya. Jangan sampai menyolok kekayaan. Pada hal di tengah-tengah masyarakat masih banyak yang miskin kelaparan. Jadi orang ayng sudah banyak rizkinya,sangat menyolok,kok masih mempeng,ini mempengnya tidak bolleh di dasari LILLAH,sebab isrof dan isrof itu dilarang Tuhan dan perkara yang dilarang tidak boleh di dasari LILLAH. Su’ul adab !. Jelas itu nanti hanya untuk numpuk buat pribadinya sendiri saja. Kalau memang dasar LILLAH,mestinya hasil yang berlebih itu harus digunakan untuk menolong kepada siapa saja yang wajar ditulung. Dan untuk membiayai apa-apa yang harus dan patut dibiayai. Jadi soal LILLAH,itu terbatas hanya buat soal-soal yang diridloi Alloh wa Rosulihi SAW.
Soal mengatur atau mengusahakan,masalah ekonomi misalnya,pertama harus,yang diridloi Alloh wa Rosulihi SAW !. Dan jangan sampai merugikan pihak lain. Kedua harus,di dasari disamping BILLAH yaitu LILLAH !. Kalau sungguh-sungguh didasari LILLAH disamping BILLAH,ini bukan nama memperhatikan,sebab dasar BILLAH, jadi bukan dia yang memperhatikan. Dan kedua LILLAH,dus tidak berarti memperhatikan melainkan melaksanakan perintah :
Dawuhnya Syekh Sahal At-Tustari :
Arab hal 32
( Barang siapa mengecam usaha,berarti mengecam sunnatu Rosulillah SAW ).

Arab hal 33
( Dan barang siapa yang mengecam tawakkal menyerah bongkokan pada Tuhan,berarti mengecam iman,mengecam soal iman ).
Memang sudah di qodar begitu begini,di kecam. Ini sama saja mengecam iman. Soal ikhtiar misalnya. Orang kok hanya usaha saja,tidak mau tawakkal tidak mau pasrah saja kepada Tuhan,mengecam begini sama halnya dengan mengecam sunnah syare’at Rosululloh SAW. Menyalahi sunnah atau ajaran yang dibawa Rosululloh SAW. Syare’at. Begitu juga barang siapa yang mengecam tawakkal tidak mau usaha tidak mau ikhtiar umpamanya,ini namaya mengecam atau meninggalkan iman.
Jadi kedua-duanya harus di isi. Mengisi bidang syare’at,uasaha,beramal,bekerja,tapi dalam pada itu harus yakin,iman. Bahwa segala sesuatu Tuhan yang menciptakan,yang menciptakan,yang menentukan. Bukan karena amalku,bukan karena usahaku. Bahkan amalku,usahaku ini hanya BILLAH,Tuhan yang menciptakan. Harus begitu. Ada istilah :
Arab hal 33
Berkata Abu Said al Khorroj.
Tawakkal itu “Idltirob”-bergerak,anti diam ongkang-ongkang dengkul. Tapi “Wa sukuunun bilaa idltirobin”diam anti bergerak. Artinya,lahiriyahnya harus bergerak,usaha,jangan pasif,tapi hatinya tenteram,tenang dan yakin kepada Tuhan. “Bilaa idltirobin”-tidak goyang,tidak mamang,tidak bingung,ya mudah-mudahan para hadirin hadirot,kita di karuniai “idltirobun bilaa sukuun” wa “sukuunun bilaa idltirob” !. Bergerak,aktif,anti diam. Tapi hatinya tenang,diam tenteram,tidak goyang,anteng. Yakin seyakin-yakinnya kepada Alloh wa Rosulihi SAW.
Atau ada istilah lain,tapi ini soal kesadaran. Yaitu : “AL ‘AARIF KAAINUN BAAINUN” orang yang sadar kepada Alloh,itu lahirnya di tengah-tengah masyarakat, “KAAINUN”. Ta.pi batinnya “BAAINUN” jauh dari masyarakat. Hatinya senantiasa dihadapan Alloh wa Rosulihi SAW. Ya mudah-mudahan kita dikaruniai seperti itu dan terus meningkatkan kesadaran itu. Itu tadi setengah dari pada keadaan Rosululloh SAW,jadi lahirnya berada ditengah-tengah masyarakat berjuang untuk masyarakat,tapi batinnya senantiasa hudlur,senantiasa tawakkal,senantiasa berdepe-depe kepada Alloh SWT.
Para hadirin hadirot,ya mudah-mudahan pengajian pagi ini benar-benar di ridloi Alloh wa Rosulihi SAW. Dan mudah-mudahan kita dikaruniai dapat mengetrapkan yang setepat-tepatnya !. Lebih-lebih hubungan dengan perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosulillahi SAW. Amiin !, Amiin !, Amiin !.
Kiranya pengajian cukup sekian,waktu dan tempat saya persilahkan kepada sambutan dari Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat.



Pokok-Pokok Sambutan Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat

Mengajak para hadirin hadirot dan umumnya para pengamal Wahidiyah dari seluruh pelosok daerah untuk benar-benar memperhatikan dan berusaha mengetrapkan isi-isi dari pengajian minggu pagi!. Disamping diterapkan oleh dirinya sendiri, juga penting untuk disampaikan, disebar luaskan kepada pengamal Wahidyah didaerah-daerah yang tidak bisa mengikuti di Pondok Pesantren Kedunglo.
Dengan terbitnya mingguan Wahidiyah sepperti diharapkan mudah-mudahan dapat menambah kemanfaatan khususnya bagi para pengamal Wahidiyah di daearah-daerah, dan umumnya umat dan masyarakat, adalah menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai pejuang kesadaran Fafirruu Ilallohi wa Rosulillahi SAW, untuk menyebar luaskan apa-apa yang kita peroleh dikedunglo ini.
Sambutan penyiar pusat itu mengatakan selanjutnya, bahwa jika dalam diktat Mingguan Wahidiyah ini terdapat kesalahan-kesalahan, baik kesalahan dalam susunan tat bahasa, dalam pengaliha bahasa kedalam bahasa Indonesia, dalam penulisan huruf-huruf arab dan lain-lain, mohon dimaafkan dan mohon diadakan pembetulannya. Disamping itu, jika ada karangan-karangan atau beria-berita penting yang bermanfaat bagi perjuangan Wahidiyah dari daerah-daerah diharapkan disampaikan kepada Badan Penyiaran Wahidiyah Pusat/Seksi Penerbitan untuk dimuat didalam buku Mingguan Wahidiyah ini.
Hubungan dengan kegiatan enyiaran atau Pembinaan Wahidiyah didaerah-daerah, antara lain dikatakan bahwa Penyiar Sholawat Wahidiyah daerah kodya/kabupaten kediri akanmengadakan Mujahadah Wahidiyah Tingkat Kodya/Kab. Kediri dengan diadakan Asrama Mujahadah Pembinaan Dan Peningkatan yang akan diikuti oleh semua panitia Penyiar Sholawat Wahidiyah se-kodya/kabupaten Kediri. Tempatnya insya Alloh di Kecamata Semen Kediri, dan waktunya masih akan diumumkan kemudian. Begitu juga Penyiar Sholawat Wahidiyah Daerah Kodya/Kabupaten Malang akan mengadakan Mujahadah Wahidiyah se-Kodya/Kabupaten Malang dengan diadakan Asrama Mujahdah dan Kuliah Wahidiyah. Tempatnya adalah di Desa Gading Kecamatan Bululawang Malang, yaitu besok Malam Rabu, Malam Kamis dan Malam Jum’at. 7-8-9 Juni 1977.
Mengenai Mujahadah Kubro Wahidiyah di Kedunglo dalam rangka Peringatan Isro’ Mi’roj Junjungan kita Rosulillah SAW diumumkan akan dilangsungkan besok pada tanggal 30 Juni, tanggal 1,2, dan 3 Juli 1977 Malam Jum’at, malam Sabtu, Malam Minggu, Minggu Pagi dan Malam Senin. Malam Jum’at Mujahadah Kubro bagi para Panitia Penyiar Sholawat Wahidiyah mulai dari tingkat Pusat, tingkat Koodya/kabupaten, tingkat Kecematan dan pimpinan-pimpinan Jama’ahWahidiyah dari seluruh daerah. Malam Sabtu bagi kaum Wanita, Malam Minggu bagi para Remaja Muda dan mudi, Minggu pagi bagi kanak-kanak putra dan putri, dan Malam Senin bagi kaum pria. Kepada para hadirin hadirot dan umumnya para Pengamal Sholawat Wahidiyah diajak mensukseskan Mujahadah Kubro itu nanti. Sehingga mudah-mudahan benar-benar diridloi oleh Alloh wa Rosulihi SAW, membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kita bersama dan bagi ummat dan masyarakat, khususnya bagi perjuangan Fafirruu ilalloh wa Rosulihi SAW. Antara lain mengadakan Mujahadah-mujahadah pendahuluan didaerah-daerah atau dirumah masing-masing.
Sekian pokok-pokok sambutan dari Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat.

Kembali dawuh-dawuh dari Al-Mukarrom Romo Kyai H. Abdul Madjid Ma’ruf.

Para hadirin hadirot, mari keterangan-keterangan dari pusat tadi kita perhatikan sungguh-sungguh, disamping mengenai perjuangan Wahidiyah secara umum, hubungan dengan Mujahadah Kubro Wahidiyah yang akan dilaksanakan, mari para hadirin hadirot, mulai deti ini kita senantiasa bersiap-siap memperhatikan dhohiron wa bathinan, moril dan materiil. Para hadirin hadirot, kita harus menyempurnakan tasyakur kit, bahwa kita ditakdirkan untuk ikut berjuang dalam perjuangan Fafirruu ilalloh wa Rosulihi SAW. Minggu yang lalu pernah saya kemukakan, disamping kita maklumi bersama. Nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan yang lain, yang menjadi nilai dai suatu sebab, itu tergantu kepada yang punya sebab tadi. Artinya, seperti pada minggu yang lalu, soal ilmu. Ilmu itu tergantung kepada yang diilmuni. Minggu yang lalu saya katakan, kalau mengenai ilmu dunia, yan paling tinggi nilainya adalah ilmu politik, sebab politik itu mengatur negara, semua bidang dibawah negara, baik itu soal ekonomi, baik itu soal perburuhan, perdagangan, pertanian dan sebagainya, itu semua dibawah negara. Yang paling tinggi sendiri adalah negara. Jadi ilmiahnya juga begitu. Ilmu kedokteran, ilmu teknik dan sebagainya itu dibawah ilmu polotik. Masalah-malah lain-lain juga begitu atau soal umum, khususnya soal agama dan umumnya semua soal. Barang yang maujud, barang yang ada, itu semuanya dibawah ...... Alloh SWT. Alloh SWT yang Maha Tinggi. Diatas segala Maha. Dari itu, ilmu Tuhan ditas segala ilmu. Justru karena itu, perjuangan soal ini, diatas segala perjuangan justru soal ini diatas segala usaha.justru membantu soal ini, diatas segala membantu. Dan sebagainya dan sebagainya. Mari para hadirin hadirot kita tingkatkan tasyakur kita kepada Alloh SWT, kita jadikan yaitu Perjuangan Fafirruu ilalloh wa Rosulihi SAW. Memperjuangkan kesadaran terhadap Alloh wa Rosulihi SAW. Selainya kita meklumi soal yang baru yang saya utarakan tadi, betapa nilainya. Para hadirin hadirot, mumpung kita masih ada kesempatan yang baik, mari kita dengan sungguh-sungguh kesempatan yang baik ini kita manfaatkan yang sungguh-sungguh dengan sebaik-baiknya pula para hadirin hadirot, mumpung kita semua nasih bisa membantu, moril dan materiil. Mari para hadirin hadirot!, nanti mungkin pada suatu ketika kita tidak bisa membantu, atau mungkin pada suatu saat kita dapat membantu, tidak ada yang mau kita bantu !, umpamanya yaa Audzu billah, Perjuangan Wahidiyah sudah bubar, umpamanya. Oleh kerana itu, mari sekali lagi mumpung panjenengan masih mampu berjuang, mampu membantu dengan moril maupun materiil, mumpung masih ada perjuangan. Mari para hadirin hadirot !, mumpung kita masih memperjuangkan, mampu menyiarkan secara lahiriyah dan batiniyah. Mari para hadirin hadirot kita gunakan kesempatan ini. Ini suatu nikmat yang besarsekali. Syukurnya tidak lain adalah meningkatkan, menyempurnakan yang sebanyak-banyaknya.
Disamping itu para hadirin hadirot, seperti kita maklumi. Nuwun sewu saya obrolkan, disamping kita maklumi. Bahwa umat damn masyarakat membutuhkan sekali. Cuman sayangnya, sayangnya mereka tidak tahu bahwa mereka membutuhkan sekali. Membutuhkan sekali. Maka dari itu para hadirin hadirot, mari pada kesempatan ini kita manfaatkan yang sungguh-sungguh, demi untuk perjuangan yang paling diridloi Alloh wa Rosulihi SAW !. perjangan yang sangat dibutuhkan sekali oleh umat manusia, sekalipun mereka itu tidak menyadari !. perjuangan yang paling bermanfaat !. Mari para hadirin-hadirot dengan sungguh-sungguh kesempatan ini kita gunakan untuk merintih-rintih dihadapan Alloh wa Rosulihi SAW.

AL FAATIHAH !.....................
AL FAATIHAH !.....................
AL FAATIHAH !.....................

ALLOHUMMA YAA WAAHIDU YAA AHAD..............dst.









































AL HIKAM 1 HAL 7

ِبـسْمِ الله ِالرََّحْمَـنِ الرَّحـِيْمِ

Arab hal 39

(kegiatanmu mengusahakan apa-apa yang telah dijamin Alloh bagimu, (yaitu rizkimu), disamping keteledoranmu dan kenggelonjomanmu melaksanakan apa-apa yang dikehendaki (diamanatkan) alloh kepadamu, itu menunjukan butanya mata hatimu)

Rizki yang dijamin Alloh adalah kebutuhan yang fital dan pokok. Artinya kalu tidak mendapat rezki itu menjadi sebab manusia dan makhluk hidup lainnya mati, tidak hidup. Seperti tersebut dalam Al-Qur’an surat Al-Kabut : 60.

             

( Dan berapa banyak binatang yang tidak dapat membawa mengurus rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu dan dia Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.)

Berusaha soal rezki jika sampai meneledorkan kewajiban-kewajiban terhadapAlloh SWT, sampai mengurangi amal-amal ibadah yang melancarkan jalan kesadaran kepada Alloh wa Rosulihi SAW, terkecam !. ini membuktikan mata hati yang buta. Buta terhadap Alloh SWT, itu baru usaha rezki yang pokok yang sangat dibutuhkan. Lebih-lebih kalau berusahan melebihi dari itu, lebih terkecam, malah dalam syari’at dilarang berlebih-lebihan, isrof. Tidak boleh.
Itu tadi semua jika berusahanya tidak didasari dengan niat LILLAH. Menurut istilah Wahidiyah, disamping kesadaran BILLAH, yaitu bahwa yang mengerakkan usaha itu adalah atas titah ALLOH !, maka usaha soal rezki baik kebutuhan ysng pokok maupun kebutuhan yang lain-lain asal didasari LILLAH-BILLAH dan LIROSUL-BIRROSUL seperti ajaran Wahidiyah, itu sudah menjadi persoalah. Sebab dengan begitu otomatis berarti melakukan amal-amal ibadah yang akan membawa pendekatan diri kepada Alloh SWT wa Rosuluihi SAW. Disamping itu otomatis menurut perhitungan asal betul –betul tepat LILLAH-BILLAH, LIROSUL-BIRROSUL tidak mungkin sampai teledor dan nggelonjom melaksanakan amanat atau kehendak atau perintah Alloh SWT. Secara umum amanat atau kehendak atau perintah Alloh menciptakan bangsa manusia dan bangsa jin di dunia ini tidak lain supaya mengabdikan diri kepada –NYA. Seperti berulang kali kita baca , kita dengar, kita bahas, yaitu seperti firman Alloh dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 :

      
(Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi diri kepada-Ku.)

Para hadirin hadirot, mari kita koreksi keadaan haria kita masing-masing, apakah kita termasuk orang yang ngoyo istilah orang jawa dalam usaha ekonomi dan disamping itu teledor didalam melaksanakan “liyakbuduuni”, ataukah kita betul-betul sudah tepat LILLAH-BILLAH dan LIRROSUL-BIRROSUL. Kita para hadirin hadirot?, mari kita koreksi diri kita masing-masing !, yang belum tepat pengalaman harian kita yang sudah-sudah berarti dosa !. mari kita taubat selagi masih ada kesempatan, dan kemudian beri berusaha untuk meningkat dalam segala bidang !, meningkat Kesadaran kita Fafirruu Ilallooh wa Rosulihi SAW !. mari para hadirin hadirot, kita bersungguh-sungguh menaruh perhatian yang sebanyak-banyaknya soal ini.

AL FAATIHAH !.....................

Dan didalam syaratnya sebagian dalam disebutkan sebuah firman Alloh dalam hadits Qudsi :
Arab hal 40



(Hamba-KU, taatilah kepadaKU didalam apa yang telah AKU perintahkan kepadamu, dan jangan mengajari AKU hal-hal yang baik bagimu)

Kita rteruskan pengajian :

Arab hal 41

(kelambatan waktunya Tuhan memberi kepadamu padahal engkau telah bersungguh-sungguh didalam berdo’a, jangan sampai menjadikan putus harapan, sebab Alloh menjamin,mengabulkan semua do’a menurut yang ia kehendaki untukmu, bukan menurut kehendakmu, dan didalam waktu yang telah ditentukan oleh-NYA, bukan pada waktu-waktu yang engkau inginkan).

Diperingatkan oleh Mushonnif jangan kita sampai putus asa karena kita sudah mempeng dan memohon kepada Tuhan sudah sekian lama tetapi tidak tidak ada hasil, ini jangan sampai begitu !. sudah Mujahadah mempeng, sekian hari atau sekian bukan atau sekian tahun, tapi kok masih pangah buntu saja, jangan sampai berpikiran begitu !.harus terus usaha, terus mempeng terus, sebab, pertama Alloh sudah menjamin pasti diijabahi.

Arab hal 41
(Dan Tuhan-Mu berfirman :”berdo’alah kepada-KU, niscaya AKU ijabahi bagimu).

Tapi “Fiimaa yakhtaruhu laka, laa fiima takhtaaruhu linafsika”. Yaitu didalam hal yang dipilihkan Tuhan bukan dalam hal yang engkau inginkan “wa filwaqtil-ladzi yuridu, laa fil waqtil-ladzii turiidu”. Dalam waktu yang Tuhan kehendaki, bukan waktu yang diinginkan hamba-NYA, jadi Tuhan mengabulkan do’a hamba-NYA itu, dan pasti mengabulkan, tidak terikat oleh permohonan atau do’a si hamba, lalu kapan , dan berapabanyak itu terserah Tuhan. Oleh karena itu kita jangan sampai putus asa memohon atau berdo’a !. dan disamping itu, mestinya berdo’a itu justru melaksanakan ibadah !. Pen !, dengan ijabah itu soal lain. Soalnya Tuhan, hak Than. “Ud’uunii”. Pen !. kamu harus memohon kepada –KU, pen “Astajib lakum” itu hak-Nya Tuhan. Dus “Ud-uunii”, itu kewajiban hamba, kewajiban untuk memohon, dan “Astajib lakum”, itu hak-Nya Tuhan. Kalau permohonan dihubung-hubungkan dengan ijabbahpengabulan, itu namanya tidak tepat !. orang yanmg memohon atau berdo’a kok memohon dan memandang “ijabah” itu berdo’a bukan LILLAH melaksanakan perintah tapi “lil ijaabah”. Ini merusak ubudiyah, pengabdian diri kita kepad Tuhan !.
Jadi Tuhan menjamin pasti mengijabahi do’a hamba-NYA, tapi ya itu tadi, “Fiimaa yakhtaruhu laka, laa fiima takhtaaruhu linafsika”. Mengijagahi soal yang dipilih Tuhan, bukan yang dipilih oleh yang berdo’a begitu juga mengenai waktunya.
Ada dawuh Rosulullaoh SAW, seperti didalam kitab ini yang menguatkan firman Alloh tersebut :

Arab hal 41

(Tidak ada seorangpun yangberdo’a melainkan Alloh memberi apa yang dia mohon, atau diselamatkan dari keburukan, dari bahaya, selagi dia itu tidak berdo’a soal maksiat atau merugikan orang lain).

Ada lagi yang diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik Rodiallohu ‘Anhu :

Arab hal 41

( Tidak seorangpun yang berdo’a, melainkan Alloh mengijabahi do’anya, atau dia di selamatkan dari bahaya yang mestinya akanmengancam dirinya, atau dia diampuni dosanya, “biar hamba-MU itu tidak AKU beri permohonanya tapi AKU selamatkan dia dari bahaya yang akanmenimpa dirinya”. Itumungkin, atau AKU ampuni dosa-dosanya, itu mungkin. Asal tidak berdo’a merugikan orang lain).

Banyak dawuh-dawuh yang berhubungan dengn ini. Antaranya lagi !. ........ atau didunia tidak dikabulkan tapi besok saja di akhirot !. itumungkin, malah banyak, ada dawuh lain yang maksunya, banyak besok diakhirat orang yang sesudah mengetahui apa yang diberikan diakhirat kepada orangberdo’a dan ketika di dunia tidak diberikan , mereka menyesal. “Wah, saya menyesal kok permohonanku sudah dikabulkan didunia, andaikata didunia tidak hasil tentu diberikan akhirat iniberarti seperti SI A itu, dia di dunia mempeng bermujahadah memohon, tapi tidak hasil didunia ternyata diijabahi diakhiirat ini dan begitu hebat keadaanya.”
Dus yang pokok soal ijabah pasti diijabahi, karena itu para hadirin hadirot, kita tidak boleh putus asa, dan didalam berdo’a harus, ... harus, ....... pokoknya LILLAH-BILLAH, tidak memandang “Astajib lakum”. Begitu juga soal-soal yang lainnya, harus juga didasari LILLAH-BILLAH, LIRROSUL-BIRROSUL, atau disamping itu, atau ada soal-soal yang kurang tepat didalam dia berdo’a, memohon. Mungkin dia kurang memenuhi persyaratan-persyaratanya. Umpamanya, makananya yang tidak halal. Atau kurang khusyuk atau tidak atau kurang hudlur. Ini mungkion ditolak sebab ini.
Hubungan dawuh “Maa lam yad’ubi-itsmin au qothi’ati rahmin”. Mungkin orang memohon soal maksiat atau memutuskan hubungan dengan kelaurganya atau merugikan pihak lain, dikabulkan. Tapi ini dikabulkan tidak secara wajar, melainkan istidroj, penglulu atau jebakan!. Contohnya seperti raja Fir’aun dalam sejarah. Dia sebelumnya menyatakan “anaa robbukubul a’la”, “Saya Tuhan kamu semua yang paling tinggi “. Dan dia mampu menyetop sungai Nil, sebelum itu dia Mujahadah, istilah Wahidiyah dengan top sekali. Malah, kabarnya kakinya pernah digantung waktu riyadlo. Maka akhirnya dia di beri Tuhan keluarbiasaan yang sampai berlebih-lebihan itu. Itulah, maka berdo’a untuk maksiat dan lebih-lebih menjadi kafir. Itu sekalipun berhasilo dikabulkan, tapi tidak wajar suatu penglulu atau jebakan. Justru berhasilnya Fir’aun , justru menghancurkan Fir’aun sendiri. Maka dinamakan jebakan. Sesudah dia mengatakan “anaa robbukubul a’la”, dan dapat menyetop aliran sungain nil, akhirnya dia dan orang-orang yang iman kepadanya dihancurkan Tuhan dalam bengawan itu juga dalam perlawananya mengejar Nabi Musa AS, mengkin dari keampuhan Fir’aun menyetop aliran sungai Nil, maka beberapa tahun pada suatu saat yang tertentu tiap tahun sungai Nul tidak mengalir sebelum mengadakan pengorbanan berupa seorang gadis cantik. Tapi kemudian pada zaman Sayyidina Umar Rodiallohu ‘Anhu oleh berliau diberantas. “hai sungai Nil, jika kamu mengalir, atas kekuasaan Tuhan, maka teruslah menmgalir, jangan berhenti”, begitu sejarahnya, dan akhirnya sungai Nil terus mengalir sampai sekarang.
Maka dari itu kita harus terus tekun bermujahadah, memohon kepada AllohSWT !, terutama dalam hubungan memohon soal kesadaran kepada Alloh SWT wa Rosulihi SAW, dan umumnya soal hajad-hajad apa saja . harus terus mempeng dan meningkat !. jangan sampai putus asa !, sebab putus asa dari rohmat Tuman adalah perbuatan orang-orang kafir. Firman Alloh dalam Surat Yusuf ayat : 87

         

( Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir").

Itu alasan pertama, dan kedua seperti diutarakan tadi, bahwa Tuhan pasti mengabulkan permohonan hambanya. Hanya kapan waktunya diijabahi dan dalam benttuk apa, itu urusan Tuhan, pasti diijabahi. Kata-kata “pasti” nilainya lebih tinggi dari pada apa yang ditentukan oleh dirinya sendiri. Dan selain itu, jika putus asa, itu berarti ketika berdoa itu dasarnya “ben di ijabahi “ biar dikabulkan, kalau pakai dasar kata biar dikabulkan, itu namanya tidak LILLAH. Berarti mengasab haknya Tuhan. Namanya memperalat Tuhan, memerintah Tuhan supaya mengabulkan apa yang dia inginkan. Jadi kalau misalnya dia menghentikan atau mengurangi mujahadah-mujahadah jangan samapi didasarkan karena sudah lama memohon tidak ada perolehan misalnya. Tapi harus “ taqdimul aham fal aham “ itu terkecam. Lebih-lebih kalau didasarkan seperti dalam pemngajian ini tadi, lebih-lebih, lebih berat.
Hubungan dengan apa yang telah dibahas dalam pengajian ini, yaitu soal kesadaran kepada Alloh SWT. Dikatakan selanjutnya :

Arab 45

Ini kadang terjadi, sebab mungkin seseorang dengan adanya hijab (penghalang) hijabnya terhadap Alloh SWT. Itu lebih baik baginya. Tidak lekas di “Futuh” – dibuka oleh Tuhan. Itu mungkin lebih baik, sebab dia harus mempeng giat bermujahadah dan sebagainya. Dan dianya selalu takut. “ adanya tidak dibuka-buka itu sebab saya”.
Dus dia selalu mengorek pribadinya, ini kebaikannya selalu mengoreksi negatif dirinya. Karena mungkin, kalau dia segera dibuka lalu menjadi ketlikung. Lalu dia berananiyah lalu ujub, takabur dan sebagainya. Itu bahayanya.

Arab 45
(tapi juga mungkin timbul godaan datang padanya dan mengatakan : kalau betul-betul engkau orang yang ahluiroodah, orang yang dikodar berhasil tentunya Tuhanmu mengabulkan doa-doamu dan menghilangkan bermacam-macam sifat basyariyah-mu, dan dengan begitu hasil maksudmu”. Itu mungkin godaan dalam hati seperti itu. Lalu menyebabkan dia putus asa. Itu kemungkinan-kemungkinanya)

Uraian- uraian ini tadi mengemukakan aalasan-alasan jangan sampai putus asa dan harus terus senantiasa waspada !. dan disamping itu tadi, mungkin sifat basyariyah ayau nafsunya malah menjadi tebal sehingga diperlukan waktu yang lama untuk memperjuangkan hilangnya nafsu itu, amalan-amalan yang lebih banyak dan dalam waktu yang lama, mungkin saja. Di gambarkan seperti misalnya tanah ladang. Ladang itu ada yang subur ada yang tandus. Yang loh atau subur ringan garapannya, hanya memerlukan biaya penggarapan sedikit saja sudah cukup baik. Tapi tanah yang dahas,diperlukan banyak tenaga banyak kangelan dan biayanya juga harus lebih banyak. Misalnya pupuk harus banyak, pencangkulan harus lebih banyak dan sebagainya. Begitu juga hati manusia, ada yang tebal nafsunya ada yang tipis. Yang tebal memerlukan waktu sampai sekian puluh hari sekian puluh bulan untuk melenyapkan nafsunya. Tapi ada juga yang sangat mudah. Bahkan hanya dalam waktu sekejap,dalamsaat nafas penghabisan. Pada tempo yang hanya sak lapan ini kalau timbul kesadarannya kepada Tuhan,sungguh dia tidak dapat di gambarkan betapa besarnya keuntungan yang diperolehnya. Sekalipun hanya pada detik terakhir dari hidupnya. Lebuh-lebih kalau kesadarn itu timbul jauh lebih lama dari itu........lebih-lebih kebveruntungannya. Sedangkan orang yang memperoleh butuh kesadaran pada detik terakhir dari umurnya,sekalipun usahanya,mujahadahnya sudah sekian lama,sekian puluh tahun misalnya,sudah tidak dapat digambarkan keberuntungannya. Lha lebih-lebih kalu kebukanya kasadaran itu lebih lama dari itu,lebih-lebih !. Tak dapat digambarkan keuntungannya. Keuntungan di dunia dan keuntungan di akhirat, keuntungan akhirat pada hal tidak dapat di perbandingkan dengan keuntungan dunia. Sekalipun barang sedikit,tapi kalau sediktnbya di akhirat,tidak dapatdiperbandingkan dengan barang yang banyak sekalipun di dunia ini.
Dus kesemuanya itu tadi menguatkan agar jangan sampai putus asa. Jangan mandeg ditengah jalan !.

     

( Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) ).

Terus usaha,sampai Izroil datang. Terus mengabdikan diri !terus LILLAH BILLAH,terus mujahadah adapun pembagianya waktu,harus sesuai dengan prinsip YUKTI KULLADZII HAQQIN HAQQOH dan TAQDIMUL AHAM FAL AHAM. Yaitu mengisi segala bidang dengan catatan mendahulukan yang lebih aham, yang lebih penting,kemudian yang lebih manfaat !. Tapi jangan sampai putus asa pokoknya !. Dasarnya harus LILLAH BILLAH,LIRROSUL BIRROSUL.
Diriwayatkan. Nabi Musa,Nabi Harun AS memohon agar Fir’aun yang begitu dzolim itu di hancurkan sebab meninndas kepada ummat dan masyarakat dan dia berani-berani menyatakan diri
“Anaa robbukumul a’la”, “aku Tuhanmu yang paling tinggi”, itu seperti firman Alloh

:   •
( Alloh berfirman : “sesungguhnya telah dikabulkan permohona kamu berdua”)

Itu ijabah kepada Nabi Harun dan Nabi Musa AS dalam jarak waktu munajat 40 tahun. Lebih kalau hanya harian atau jam-jaman atau bulanan tidak wajar putus asa.
Arab 47
( Jangan sampai meragukan kamu, terhadap janji Alloh, karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu meskipun telah terlalu (tiba) masanya, supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu, atau memadamkan nur cahaya batinmu).

Diberi janji oleh Alloh SWT. Diberitahu atau mendapatkan alamat, bahwa akan memperoleh keuntungan misalnya, keuntungan soal moril atau materiil, soal kesadaran khususnya, kok tidak ada kenyataan atau tidak tepat sekalipun sudah saatnya. Itu jangan sampai ragu-ragu!. Sekali pun dalam alamat atau ketika ilham datang itu sudah pasitif, lalu tidak ada kenyataan, itu jangan menjadi ragu-ragu !. Dus alamat dengan mimpi atau ilham atau mendengar suara umpamanya, dari luar atau dari dalam, itu memang sering terjadi dalam pengalaman seseorang atau kadang-kadang mendadak ada suara dari dalam.artinya, didalam dirinya seperti ada kedengaran ada suara begini, atau suara dari luar yang dapat didengar telinga. Atau ilham tidak bersuara, melainkan dalam perasan, ini begini begitu, besok jam sekian atau dan sebagainya. Baik mengenai pribadi, terutama soal kesadaran, atau umumnya soal apa saja, itu kalau belum ada kenyataan jangan sampai ragu-ragu !. sebab, kalau ragu-ragu atau syak, “qhodam fii bashirotika”, menggangu kepada hati kepada bashiroh atau mata hati , mengotori hati, mengilangkan atau mematikan Kepada nur cahayanya hati,apa sebab,mengotari, sebab ragu-ragu kepada Tuhan, tidak tepat janji, sebab mungkin adanya tidak, tidak tepat atau tidak cocok, alamat atau impian atau ilham yang berupa apa saja itu mungkin harus ada syarat-syarat, digantungkan kepada syarat-syarat. Dan syarat-syarat itu belum di penuhi dengan sempurna, jadi terpaksa dibatalkan atau di tangguhkan. Ada perubahan waktu atau keadaan. Atau mungkin, disamping itu, soal penerimaan. Penerimaan salah paham,salah terima mungkin,jadi banyak kemungkinan-kemungkinannya yang harus kita tinjau dari berbagai sudut. Maka jangan gampang-gampang salah duga atau memang atau ragu-ragu.
Contoh-contoh banyak. Antara lain dalam perang “Hudaibiyah” yang dijanjikan oleh Rosululloh SAW. “Nanti tahun depan Negeri Makkah dapat dikuasai ummat Islam”. Tapi kenyataannya kok tidak dapat dikuasai pada tahun yang ditentukan tadi. Tapi menjadi kenyataan pada tahun yang kedua. Lha ini soalnya begitu,di gantungkan kepada syarat-syarat,yang akan ketika tahun ke satu syarat-syarat itu belum terpenuhi. Sehingga di tangguhkan tahun berikutnya. Itu hubungan dengan Rosululloh SAW sendiri. Itu tidak berarti bahwa janji Alloh SWT meleset,sama sekali tidak,hanya karena syarat-syarat pada waktu itu yang belum terpenuhi. Begitu juga kepada kita :
Arab 49
Disini di anjurkan supaya kita dalam menanggapi soal itu harus memandang bahwa diberi ilham atau alamat itu suatu nikmat yang besar. Pemberian Tuhan yang besar yang harus di tanggapi yang baik dan tepat,dan harus senantiasa menjaga adab dan hubungan yang baik terhadap Alloh SWT. Dan harus yakin kepada Alloh SWT. Yang tepat begitu !.
Para hadirin hadirot, yang mudah-mudahan pengajian ini ridloi Allohh SWT manfaat yang banyak-banyaknya. Ini juga hubungan dengan perjuangan Fafirruu Ilallooh wa Rosulihi SAW. Juga tidak dapat terpisah dari pengalaman saudara-saudara kita, hubungan dengan pribadinya, atau hungan dengan perjuangan umum, banyak kita alami pengajian ini. Soal pribadi, atau soal perjuangan umum, perjuangan Fafirruu Ilallooh wa Rosulihi SAW, kita harus tanggapi dan laksakan setepat-tepatnya. Kita harus sentiasa beradab kepada Alloh SWT, senantiasa menyadari, meningkatkan kesadaran kita, betapa besarnya fadlol dari Alloh SWT yang diberikan kepada kita!. Disamping kita harus sering mengadakan koreksi kesalahan-kesalahan atau kelemahan yang kita lakukan supaya kita ketahui dan selanjutnya kita hilangkan kelemahan-kelehan atau kesalahan-kesalahan yang tidak atau kurang tepat. Baik soal lahir atau batin !.
Para hadirin hadirot, kiranya pengajian cukup sekian saja. Sekali lagi mudah-mudahan pengajian ini diridloi Alloh SWT yang sebanyak-banyaknya dan mudah-mudahan pengajian pagi ini dapat menjadi sebabnya kita berjuang Fafirruu Ilallooh wa Rosulihi SAW pantang mundur, tidak nglokor, tidak mandeg ditengan jalan !. Berjuangan hubungan kedalam, pribadi, hubungan rumah tangga atau hubungan umum dalam masyarakat terutama yang secara langsung hubungan kesadaran kepada Alloh wa Rosulihi SAW, mudah-mudahan pengajian pagi hari ini menjadi pupuk, menjadi pupuk !. yang sebanyak-banyaknya !. Amiin. Sekarang waktu dan tempat dipersilakan kepada penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat

Sambutan dari penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat

Disampaikan oleh bapak KH. Zainal Fanani. Dilaporkan kepada hadirin hadirot, bahwa tadi malam minggu telah diadakan musyawarah penyiar harian pusat dalam rangka persiapan akan datangnya Mujahadah Kubro peringatan Isro’ Mi’roj bulan Rojab yang akan datang yang waktunya kurang lebih tinggal satu bulan lagi. Alhamdulillah musyawarah dapat berjalan lancar dan sukses. Mohon doa restu hadirin dan hadirot khususnya beliau Romo Yahi, mudah-mudahan apa-apa yang telah diputuskan oleh musyawara itu benar-benar dapat terlaksana dengan diridloi Alloh SWT dan mendapat syafaat Rosululloh SAW.
Penyiar Pusat selanjutnya mengharapkan adanya bantuan dari pengamal Wahidiyah, hadirin hadirot khususnya, beruapa bantuan moril dan atau materiil, terutama mengadakan mujahadah-mujahadah didaerah masing-masing demi menyongsong suksesnya Mujahadah Kubro Wahidiyah yang akan datang. Cara-caranya diserahkan kebijaksanaan jama’ah-jama’ah ditemapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerahnya. Misalnya apakah dengan mengadakan Asrama Mujahadah beberapa hari, dan lain-lain terserah masing-masing daerah adapun malam-malam mana-mana yang harus diperbanyak, itu kita dapat mengikuti apa-apa yang telah diamanatkan oleh beliau Romo Yahi dan sudah disiarkan oleh penyiar pusa. Terutama mengenai Sholawat Baldah dan seterusnya sampai selesai, seperti didawuhkan akhir-akhir ini.
Dikatakan selanjutnya bahwa mujahadah-mujahadah Kubro Wahidiyah lainnya sangant erat hubungan dengan kebutuhan kita dalam masyarakat, dimana makin akhir makin akhir kerusakan-kerusakan moral terutama, sangat membutuhkan pertolongan dari Alloh SWT. Dan oleh karena itu kita harus ikut bertanggung jawabharus memohon pertolongan umat dan masyarakat. Terutam soal mental kesadaran kepada Alloh wa Rosulihi SAW, oleh karena itu diperingatka oleh Bapak KH. Zainal Fanani bahwa Mujahadah Kubro Wahidiyah yang akan datang, yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan kita dan masyarakat makin banyak, seharusnya lebih meningkat dari mujahadah kubro Wahidiyah sebelumnya, begitu juga dengan sendirinya perlu adanya persiapan-persiapan dan perhatian kita yang lebih dari pengalaman bertahun-tahun sebelumnya. Dorongan untuk meningkatkan getaran jiwa memohon “Allohumma Baarik Fiimaa Kholaqta wa Hadzihil baldah” dan lain-lain sekarang lebih banyak dan lebih besar dari massa sebelum sekarang.

Demikian beliau memperingatkan

Adalah menjadi tanggung jawab kita bersama bahwa masyarakat cepat tertolong ataukan malah makin berlarut-larut, itu tanggung jawab kita sebagai sebagai yang di sebut keturunan “ Kholifah” Alloh dibumi. Boleh dikatan itu erat sekali hubungan dengan bagaimana hasil-hasil Mujahadah Kubro yang akan datang. Demikian beliau menakuti.
Akhirnya beliau berharap mudah-mudahan kita termasuk dalam sbuah hadits :


Arab 51

(Alangkah bagia bagi orang-orang yang berjuang mengusahakan kebaikan bagi umat manusia dan masyarakat,mereka itulah orang-orang yang diperkenankan dekat di sisi Alloh besok pada hari kiamat). Amiin, amiin,amiin !.
Kembali dawuh-dawuh dari Al Mukarrom Romo Yahi

Mari para hadirin hadirot,dawuh-dawuh dari pusat,terutama yang berhubungan dengan Mujahadah Kubro yang akan datang kita perhatikan dengan sungguh-sungguh,dengan segala kemampuan yang ada pada kita,baik moril maupun materiil !. Para hadirin hadirot,dikatakan oleh Pusat tadi,seharusnya kita menanggapi atau memperhatikan atau mengusahakan memperjuangkan Mujahadah Kubro yang akan datang,yanglebih sempurna dalam segala bidang,harus jauh lebih melebihi dari yang sudah-sudah.

Para hadirin hadirot,ummat manusia otomatis makin lama makin bertambah jiwa penduduk dunia. Juga makin bertambah jumlah kematian setiap detik,setiap jam,setiap hari,setiap bulan.Para hadirin hadirot,makin lama makin banyak ummat manusia yang dijajah imperialis nafsu untuk selama-lamanya !. Tidak dapat tertolong,sehingga mereka menemui ajalnya masih dalam cengkeraman imperialis nafsunya. Para hadirin hadirot,pokoknya soal moril atau soal materiil ummat dan masyarakat,terutama soal kesadaran kepada Alloh SWT makin lama makin parah,makin parah !.
Oleh sebab itu para hadirin hadirot,mari kita sungguh-sungguh di dalam mempersiapkan diri menghadapi Mujahadah Kubro yang akan datang,sehingga Mujahadah Kubro yang akan datang itu nanti terlaksana dengan betul-betul di ridloi Alloh wa Rosulihi SAW. Betul-betul menghasilkan manfaat dan maslahah yang luar biasa !. Sekali lagi,mari kita menghadapi Mujahadah Kubro yang akan datang kita mengadakan persiapan-persiapan yang lebih lengkap,baik moril maupun materiil,terutama dalam kita mengadakan permohonan atau Mujahadah kita tingkatkan yang sebanyak-banyaknya !.
Mari para hadirin hadirot,kita bangsa Indonesia sudah lama mengidam-idamkan negara yang adil dan makmur yang di ridloi Alloh SWT. Mari kita mengambil perhatian yang sungguh-sungguh,sudah sekian tahun kita bercita-cita !. Perjuangan Fafirru Ilalloh wa Rosulihi SAW sendiri sudah sekian tahun. Sudah sekian tahun lagi, mari para hadirin hadirot kita sungguh-sungguh dalam perjuangan Fafirru Ilallohi wa Rosulihi SAW !. Sudah sekian tahun bagaiman hasilnya. Mari para hadirin hadirot,kita sadari kelemahan-kelemahan kita dan mari kita perbaiki,kita kurang konsekwen di dalam perjuangan Fafirru Ilallohi wa Rosulihi SAW. Mari kita sadari kita kurang konsekwen !, Mari para hadirin hadirot, kita mengadakan realisasi atau kenyataan pada kesadaran kita, para hadirin hadirot !,kita sadar tetapi tidak ada kenyataan !,itu sama,atau bahkan lebih parah dari pada tidak sadar para hadirin hadirot !,kalau kita sadar atau mengakui mari kita nyatakan konsekwensi kita !,mari kita mengadakan perubahan secara besar-besaran yang nyocoki kepada kesadaran kita, para hadirin hadirot.
Para hadirin hadirot, sekali lagi maaf,mari kita mengadakan perhatian sebanyak mungkin,sejauh mungkin,hubungan akan adanya Mujahadah Kubro yang akan datang !,kalau Mujahadah Kubro itu nanti benar-benar terlaksana dengan setepat-tepatnya,kita yakin akan membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya !. Manfaat bagi kita pejuang Fafirru Ilallohi wa Rosulihi SAW sendiri. Manfat bagi ummat manusia bagi jami’al ‘alamin.
Para hadirin hadirot, sungguh,mari !. Tapi sebaliknya kalau Mujahadah Kubru ini nati tidak atau kurang sempurna karena keteledoran kita,karena kurang perhatian kita,karena kenggelonjoman kita para hadirin hadirot, nanti kita sendiri yang akan memikul akibatnya yang pedih terutama besok pada yaumul qiyamah.
Para hadirin hadirot, mari pada kesempatan ini kita sungguh-sungguh merintih depe-depe di hadapan Alloh wa Rosulihi SAW wa ghoutsi Hadzaz Zaman wa a’waanihi wa saa’iri Ahbaabillahi yang khususnya hubungan dengan Mujahadah Kubro yang akan datang, dan umumnya perjuangan Fafirru Ilallohi wa Rosulihi SAW, dihadapan ghoutsi Hadzaz Zaman wa a’waanihi, dihadapan semua kekasih Alloh SWT !. Mari para hadirin hadirot, dengan segala kemampuan, perhatian yang ada pada kita para hadirin hadirot !. Mari para hadirin hadirot, negatif-negatif atau penyelewengan- penyelewengan atau kurangnya kesempurnaan kita mari kita bawa semua di hadapan Alloh wa Rosulihi SAW.

AL FAATIHAH !.....................


(MUJAHADAH)































AL-HIKAM 1 HAL.9

Arab 55
BISMILLAAHIR ROHMANIR ROHIM.
( Jika Tuhan membukakan jalan untuk ma’rifat (sadar kepada-NYA), jangan pedulikan masalah amalmu yang masih sedikit sekalipun,sebab Tuhan tidak membukakan itu bagimu melainkan ia akan memperkenalkan diri kepadamu).

Dus soal ma’rifat atau kesadarn kepada Alloh SWT sekalipun sedikit atau sebagaian, jangan sampai memandang kepada amalnya yang masih sedikit lalu putus asa,jangan !. Dan sekalipun sudah ada hasilnya, supaya diteruskan itu amal-amalan. Yang sudah berhasil, supaya dipelihara yang sebaik-baiknya, dan yang belum berhasil jangan putus asa, terus usaha agar supaya berhasil !. Dus sama saja soal-soal yang lain. Orang menuju kepada Alloh SWT, umumnya menurut perjuangan atau ikhtiarnya. Yang sungguh-sungguh kuat dan tepat dalam perjalanan tentu hasilnya juga seimbang dengan jerih payahnya. Tapi perlu diingat bahwa dalam perjalanan itu banyak rintangan-rintangan dan hambatan-hambatan dari luar, dari dalam, dari segala jurusan. Selalu ada !.
Dalam pengajian ini diperingatkan jangan sampai teledor atau putus asa. Lebih-lebih kalau sudah ada hasilnya, banyak atau sedikit, jangan sampai teledor dan lengah !. Rintangan-rintangan banyak sekali, dari luar maupun dari dalam. Entah soal ekonomi, entah soal rumah tangga, entah soal usaha atau perjalanan itu sendiri, mujahadah-mujahadah dan lan-lain. Kalau sudah memiliki rasa BILLAH misalnya, atau merasa selalu di incer, diawasi oleh Tuhan (muroqobah) ini harus di tingkatkan,dipelihara !. Jangan sampai puas sampai disitu dan jangan lengah terhadap gangguan-gangguan yang mungkin timbul dari berbagai persoalan !. Adapun jika menghadapi rintangan atau gangguan, harus sabar atau ridlo, disamping menghilangkan rintangan dan gangguan itu. Malah, harus bisa memanfaatkan rintangan itu untuk kesadaran.
Arab 56

(Tidaklah engkau ketahui bahwa ma’rita atau kesadaran kitu semata-mata pemberian karunia Tuhan kepadamu, sedang amal perbuatanmu adalah hadia dari padamu. Maka betapa jauhnya perbedaan antara hadiamu dan pemberian karunia Tuhan ?)

Dus, disini diperingatkan, bahwa soal kesadaran kepada Alloh wa Rosulihi SAW seklipun hanya sedikit, lebih-lebih kalu dibandingkan dengan usahanya, sekalipun sedikit pemberian dari Alloh SWT. Sedangkan amal seklipun banyak, adalah merupakan usaha sihamba. Sedikit dari pada Alloh SWT masih jauh lebih berharga dari amal hadiah dari si hambasekalipun betapa besarnya amal itu. Lagi pula amal si hambaitu manfaatnya kemabali kepada itu sendiri, sama sekali tidak mempengaruhi. Hadiah dari hamba sekalipun betapa besarnya yang dihadiakan kepada Tuhanya, sama sekali tidak berarti kalau di bandingkan dengan hadiah Tuhan atau pemberia Gusti kepada hambanya. Sekalipun peparing itu sedikit, ini dapat kita ambil gambaran umpamanya seorang rakyat jelata menerima hadiah dari presiden. Seklipun pemberian itu hanya sedikit, tapi dia si rakyat tadi tentu gembira dan bangga menerima hadiah dari presiden. Atau kalu tidak usah sampai diberi, dipangil begitu saja si rakyat tadi sudah bangga sekali. Malah, sekalipun didalam melaksanakan panggilan itu makan biaya dan pikiran, si rakyat yang dipanggil tadui tetap gembira dan bangga menerima panggilan dari presidennya. Mala seorang rakyat yang langsung diperintah oleh seorang Kepala Negara atau Raja, atau Presiden, sekalipun itu perintah, betapapun beratnya dia tetap gembira dan bangga melaksanakan perintah yang langsung di berikan oleh perisidenya itu. Karena merasa istimewah, dekat dengan Kepala Negara.
Hadiah dari seorang rakyat kepada Kepala Negara, sekalipun betapa besarnya masih jauh tidak sebanding jika dibandinkan dengan hadiah Kepala Negara kepada rakyatnya. Itu baru Kepala Negara, sesama manusia. Lha lebih-lebih hadiah dari Alloh SWT, jauh sama sekali tidak dapat digambarkan betapa nilainya !. Alloh Maha Agung, Maha Mulia, Maha Kuasa,Maaha, Maha, Maha.

Arab 57
( Sedikit amal disertai kesadaran lebih baik dari banyak amal tanpa kesadaran (ma’rifat) ).
Amal sedikit tapi di dasari kesadaran kepada Alloh SWT lebih baik daripada banyak amal tapi tanpa kesadaran kepada Alloh SWT.
Ini kita didalam Wahidiyah sering bicara, sering mendengar, bahkan sudah merasakan. Maka yang pokok mari kita tingkatkan, disamping koreksi pengalaman-pengalaman yang sudah-sudah !. Koreksi, perlunya untuk meningkatkan dan menyempurnakan. Meningkatkan dan menyempurnakan soal lahiriyah terutama soal batiniyah, lahiriyah harus kita koreksi dan kita sempurnakan. Yah sekalipun yang paling penting dan paling pokok adalah batiniyah, tapi soal lahiriyah tidak boleh kita abaikan !. Dan harus “TAQDIMUL AHAM FAL AHAM” !. Ini kita berjuang untuk batiniyah dan lahoiriyah itu bersama-sama, bisa dan kita mampu. Disamping memperbaiki batiniyah, lahiriyah, disamping lahiriyah batiniyah. Seharusnya begitu !. Dan kita mampu.

Arab 58
Kalau orang sudah mempunyai pengalaman kesadaran kepada Alloh SWT, supaya lebih ditingkatkan perhatiannya, agar menjadi otomatis terus bertambah. Terus bertambah ini yang lebih aham dari pada amal lahir. Namun begitu, amal lahir tidak boleh kita abaikan, harus juga kita usahakan peningkatan dan penyempurnaan, tapi terutama amal batin. Atau dengan kata lain amal lahir harus menjadi realisasi dari pada amal batin. Dus batin kita hatus senantiasa mengomando kepada amal lahir kita !.

Arab 58
Hati, adalah Rajanya anggota lahiriyah. Kalau hatinya baik lahiriyahnya juga baik. Kalau buruk ya buruk. Maka dari itu, disamping meningkatkan dan menyempurnakan batiniyah, lahiriyah harus juga ditingkatkan !. Atau disamping meningkatkan dan menyempurnakan lahiriyahnya, juga batiniyahnya terutama.

Arab 58
Dikatakan : Umumnya orang ‘Arifin pada akhirnya tidak seperti ketika pada saat-saat pertama mengenai kegitannya. Sebab dia yang lebih dipentingkan adalah batinnya didalam Syuhud kepada Alloh SWT. Tapi otomatis dia kalau waktu ada kesempatan kelihatan giat lahiriyahnya. Tapi harus ada pertimbanagn “TAQDIMUL AHAM FAL AHAM”. Malah, setengahnya ‘Arifin mengatakan, bahwa oarang yang di hadrotulloh, orang yang sadar, mestinya, adabnya, harus diam lahiriyahnya maupun batiniyah. Dia seorang yang sadar, seorang yang ada dihadapan Alloh SWT adabnya harus diam. Kecuali ada kebutuhan yang sangat. Tapi kalau tidak membutuhkan, harus diam. Boleh digambarkan sebagai seorang rakyat umpamanya. Dia dihadapan pembesar atau Kepala Negara, mestinya adabnya menundukan kepala dan diam, tidak banyak bicara. Terutama bicara yang tidak berguna. Lebih-lebih terhadap Alloh SWT, harus diam. Kecuali ada hal-hal penting misalnya dalam penyiaran, atau nahi munkar, dan lain-lainnya. Diam di dalam Syuhud kepada Alloh SWT. Di dalam sowa dihadapan Alloh SWT. Di dalam audensi, atau merasakan betapa Agungnya Alloh SWT, sempurnanya Alloh SWT !. Betapa banyaknya nikmat dari Alloh SWT !. Nikmat yangmengalir ke seluruh makhluq dalam segala bidang dan segala bentuk. Dan kepada dirinya sendiri, lahiriyah maupun batiniyah !.

Arab 59
( Beraneka warna jenisnya amal perbuatan, disebabkan karena bermacam-macamnya pemberian karunia Alloh yang diberikan kepada hambanya ).
Amal ibadahnya orang itu bermacam-macam, karena komandonya hati. Komando hati dan hati mengomando itu karena ada sorotan dari Alloh SWT. Atau fadlol dari Alloh SWT.
Disebutkan “ Khal” atau bentuk jamaknya “Akhwal”, yaitu keadaan hati, atau sikap moril yang berada didalam hati, sehingga hati ini bergerak ingin begini, ingin begitu. Ingin Mujahadah, ingin baca Sholawat, ingin istighfar, ingin dzikir “Alloh-Alloh” atau “laa ilaha Illalloh”, atau .....Yaa Waahidu Yaa Ahad, Yaa waajidu Yaa jawaad, dan sebagainya dan sebagainya. Ada yang ingin menolong orang lain, ingin menyiarkan dan sebagainya itu bermacam-macam oleh karena bermacam-macam pula dorongan atau tekanan dari hati. Dan hati menekan begitu itu sebab ditekan oleh fadlol Alloh SWT.
Arab 60
Sebabnya demikian itu ialah karena ada apa-apa yang datang dari Alloh yangm menyebabkan hati yang kedatangan tadi menjadi begini begitu.
Arab 60
Lalu bagaimana caranya, disini ?. Yang baik, yang wajar dan seharusnya ayitu melaksanakan apa yang jadi komando hati sebab. Hati dikomando oleh “warid Ilahi”. Begitu itu apabila tidak berada dibawah tarbiyah atau pendidikan seoarang Guru yang sempurna. Yaitu seorang yang sadar dan dapat menyadarkan orang lain. Guru atau Syekh yang Kamil Mukaamil. Tapi kalau seseorang berada dibawah asuhan seorang Guru Kamil Mukaamil, harus tunduk seratus persen kepadanya. Sekalipun hal itu mungkin bertentangan dengan “Waarid”nya, bertentangan dengan keadaan hati. Otomatis caranya orang yang mengasuh orang lain untuk sadar kepada Alloh SWT, otomatis berbeda-beda. Bermacam-macam seperti halnya soal lahiriyah. Setengahnya ‘Arifin menyabdakan kurang lebih :
Arab 60
( Barang siapa keluar meninggalkan dunia (mati) belum menemukan seorang Guru Mursyid yang Kamil Mukkamil yang mengasuh dirinya ke arah kesadaran kepada Alloh SWT, maka dia membawa dosa besar dan rugi ).
Atau seperti dawuh Syekh Hasan Asy-Syadzali Ra :
Arab 61
( Barang siapa yang belum mencicipi/merasakan ilmuku ini (maksudnya soal kesadaran kepada Alloh SWT ),maka matinya membawa dosa besar sekalipun betapa banyak amalnya, dan dia tidak tahu, tidak merasa ).
Jadi kalau seseorang berada di bawah asuhan seseorang Guru yang sempurna yang mengantarkan wusul kepada Alloh SWT, dia harus bersikap :


Arab 61
Seperti mayit di bawah tangan orang yang memandikan. Harus tunduk menyerah bongkokkan seratus persen.
Bermacam-macam dalam sejarah, orang yang menyadarkan kepada Tuhan. Ada orang yang hanya disuruh baca “Alloh-Alloh” saja, ada yang disuruh riadlo-riadlo, dan banyak lagi macamnya. Yah, tidak berbeda dengan seorang dokter yang mengobati pasienya. Seorang dokter, atau seorang tabib, bermacam-mcam caranya untuk mengobati pasienya. Dan melihat keadaan si pasien dan jenis penyakitnya. Juga tergantung pada kemampuan yang ada padanya.
Para hadirin hadirot, ya mudah-mudahan pengajian pagi ini di ridloi Alloh SWT!. Dan kita hubungan, pengajian ini, kita sebagai pengamal Wahidiyah harus bertasyakur atas adanya sholawat Wahidiyah yang kita miliki ini!. Alhamdulillah, banyak sekali hasil hasilnya yangkita peroleh dengan perantaraan sholawat wahidiyah, terutama hubungan soal kesadaran kepada Alloh wa Rosullihi SAW!. Hubungan kita kepada Alloh SWT, didalam kita mengabdiakn diri kepada Alloh SWT, alhamdilillah sedikit banyak kita dikaruniai kesadaran dengan cara-cara yang ringan dan gampang. Ini harus kita tingkatkan syukur kita!. Dan mari para hadirin hadirot wahidiyah yang sudah kita miliki ini kita pelihara kita jaga, kita perhatikan, kita tingkatkan dalam segala bidang!. Kenyatan dan pengalaman, alhamdulillah hasilnya memuaskan sekali. Terutama soal kesasdaran kepada Alloh SWT.
Dikatakan bahwa “Asy-Syaikhul Kamilu” guru yang sempurna yang dapat mengantarkan kesadaran kepada Tuhan, pada zaman akhir sulit di temukan. Digambarkan seperti mencari burung Gagak Putih. Yah, pokoknya jarang sekali. Itu baru mencarinya. Mencari, orang siapa yang dapat menghantarkan wusul kepada Alloh SWT. Sudah suli, belim lagi bagaimana caranya nanti. Lah ini para hadirin hadirot, kita didalam wahidiyah diparingi mudah, dengan wahidiyah, dengan pupuk wahidiyah, kita diparingi sedikit banyak, kesadaran kepada Alloh SWT. Itu sungguh, suatu fadlol yang sangat besar sekali. Dari itu harus kita syukuri dengan sungguh-sungguh.
Arab 62

Dikatakan disini, bahwa bermacam macam amal bagi orang yang menuju kepada Alloh SWT yang sunguh-sunguh, itu, karena berbeda bedanya ketetapan hatinya. Suatu ketika yang di antepi ini, satu ketika yang lain itu, bermacam-macam. Ada yang banyak macamnya. Ada yang sedikit malah ada yang pancet satu macam saja. Misalnya hanya Alloh, Alloh saja dan sebagainya .
Maka juga ada cara yangbanyak, adajuga cara yang sedikit, amal itu ibaratnya seperti makanan, tiap makanan pasti ada vitamin-vitamin yang ter kandung didalamnya, dan ada yang satu sama lain diantara jenis-jenis makanan itu vitaminnya juga bermacam-macam, tidak sama. Amal yang banyak dengan sendirinya vitaminnya juga banyak dan bermacam-macam. Dan bermacam-macam pula manfaatnya bagi yang memakan makanan itu.Begitu juga amal, amal, bermacam-macam juga vitaminnya ibarat makanan, bermacam-macam faedah dan daya gunannya.
Ada amal yang disitu membicarakan betapa murahnya tuhan. Ada lagi amal atau”Asmaak”yang berisi mengutarakan, kekuasaan tuhan atau keadilan tuhan, lha itu otomatis pengaruhnya terhadap hati berbeda-beda. Kalau amal itu membicarakan atau menguraikan kemurahan tuhan, kasih sayang tuhan, itu otomatis ada buahnya didalam hati. Kalau ingat bahwa tuhan senantiasa mengetahui keadaan kita, otomatis mempengaruhi diri kita. Kits menjadi senantiasa takut, tidak berani berkutik. Dan sebagainya, dan sebagainya.
Ada amal yang hanya ingat kesatu macam saja. Tapi sekalipun hanya satu macam, tapi sudah meliputi segala segi, dari jenis-jenis yang lain. Umpamanya hanya”Allah “thok. Sekalipun hanya satu macam, “Allah”Tuhan otomatis. Maha, Maha Tahu, Maha kuasa, Maha Kasih sayang, Maha, Maha, Maha, Maha. Dus satu asmak saja sudah mencakup bermacam-macam bidang. Tapi ada juga yang hanya satu macam asmak, tidak mencakup yang lain-lain. Misalnya”al-qoodiru”. Otomatis kuasa, belas kasihan tidak termasuk disitu.
Dus mudahnya, kembali kepada pengajian, orang yang beribadah atau mengabdikan diri kepada Tuhan, itu dengan bermacam-macam amalan dan caranya. Lha bermacam-macamnya amal itu, dikarenakan bermacam-macamnya esakan atau dorongan yangberpengaruh dalam hati. Hati krenteg begini, kerenteg begitu. Lha hati yang begitu itu karena dari Allah SWT, yang disini disebut”waaridun ilaahiyum”. Atau fadlol dari Allah SWT.
Dus dorongan dalam hati begini begitu, karena memang dari Allah SWT, harus diikuti. Misalnya pada suatu ketika tergerak banyak”yaa syafi’al”.... saja, dan pada lain kesempatan”fafirruu....” dan lainnya lagi “Allohumma yaa waahidu...” lha itu supaya dipempeng, diperbanyak dan ditingkatkan nilainya!. Mungkin ada lagi yang ingin memperbanyak semuanya. Itu juga harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
Kesemuanya itu tadi jika tidak berada dalam tarbiyah atau asuhan seorang Syekh atau guru yang otomatis guru itu lebih mengetahui seluk beluk jalan menuju kesadaran kepada Alloh SWT. Beliau seorang kaamil mukammil yang sudah berpengalaman mengalami liku-likunya perjalanan menuju kesadaran. Ibaratnya deorang dokter betul-betul menguasai jenis-jenis penyakit si pasien, dan mengetahui dengan tepat obat apa yang cocok untuk menyembuhkan si pasien. Dus, kalau kita berada dibawah asuhan seorang guru yang kaamil mukammil, apa yang tergerak didalam hati, itulah yang harus diikuti dan dilaksanakan. Tetapi kalau berada dibawah asuhan guru yang kaamil mukammil, harus, harus, seratus persen tunduk mengikuti petunjuk guru!. Sekalipun mungkin petunjuk itu berlawana dengan krenteg dalam hati.
Seorang yang kaamil mukammil dapat ditandai dalam lahiriyahnya, yaitu antara lain dalam bidang syari’at beliau sempurna, konsekwen,tidak ada cacatnnya. Hububungan dalam masyarakat, beliau tidak mengecewakan. Hubungan soal ibadah lahiriyyah juga tidak mengecewakan.Itu lairiyyah beliau.Disamping itu batiniyah beliau otomatis senantiasa sadar kepada Alloh SWT.Sadar dan menyadarkan orang lain.Tapi itu tidak kelihatan.Tidak mudah di ketahui lain orang atau masyarakat.Dus yang bisa ditandai yaitu soal lahiriyyahnya.Soal agama minim tidak mengecewakan,sooal hubungan dalam masyarakat juga tidak mengecewakan .Lha umpamanya sekarang ada seorang lahiriyyahnya sudah kelihatan mengecewakan,baik dalam soal agamanya lebih-lebih,mampu dalam hubungannya didalam masyarakat,itu otomatis tidak dapat disebut “kaamilun mukaamilun”. Sebab pada zaman akhir mungkin saja ada orang yang belum, yang mungkin memang sama sekali plasu, atau munkin dianya belum,belum mampu untuk mengantarkan kearah kesadaran kepada Alloh SWT.Itu mungkin sekali ada, karena itu hasur berhati-hati memilih guru Maamil Mukammil. Dus mungkin sekali ada orang yang memang dia sudah sadar kepada Alloh SWT. memang sungguh-sungguh sudah minal ‘arifi, tetapi dia belum mampu untuk mengantarkan orang lain sadar kepada Alloh SWT.
Dus, yang dapat dipakai pedoman, soal lahiriyah saja. Soal agamanya tidak mengecewakan. Adapun soal lahiriyahnya seseorang itu tidak mudah diketahui. Dan hubunnganya didalam masyarakat juga tidak mngecewakan. Lha kalau salah satu dari dua hubungan itu mengecewakan, berarti belum memenuhi syarat-syarat guru kamil mukammil. Ini harus dihindari!.
Para hadirin hadirot, kembali kewahidiyah. Alhamdulillah para hadirin hadirot!, insya Alloh wahidiyah ini cukup untuk kita buat alat, untuk sowan kehadapan Alloh warasulihi SAW!. Dan insya Alloh cukup, untuk mengantar orang lain, kita antarkan sowan beraudensi dihadapan Alloh warosulihi SAW. Insya Alloh cukup tinggal kita para hadirin hadirot!, sesunguhnya kita sudah ada kemampuan untuk itu. Tinggal mau atau tidak!. Tetapi sesungguhnya kita sudah diberi memilikikemampuan. Kemampuan yang cukup, dan cara-cara dan alat yang kitaa miliki juga mampu untuk sowan dan menyowankan, untuk sadar dan menyadarkan, intu mampu.
Mari para hadirin hadirot, kita perhatikan kita tingkatkan sebanyak mungkin, sesempurna-sesempurnamya!.
Para hadirin hadirot, ya mudah mudah-mudahan pengajian ini diridloi oleh Alloh SWT, mendapat syafaat Rasulillahi SAW, mendapat jangkungan dan tarbiyah nadhroh Ghoutsi Hadzaz Zaman waa’waanihi dan semua kekasih Alloh SWT!. Mudah-mudahan kita dapat menggunakan alat yang kita miliki yaitu perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW!. Kita gunakan dengan semestinya, kita gunakan untuk sowan kepada Alloh wa Rosulihi SAW, dan menyowankan umat dan masyarakat kehadirat Alloh wa Rosulihi SAW. Amiin!.
Nuwun sewu, barangkali pengajian untuk pagi ini cukuplah sekian saja, dan sekarang waktu dan tempat dipersilahkan kepada penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat.


Sambutan dari Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat.

Di sampaikan oleh bapak A. F. Badri. Pokok-pokok isi sambutan antara lain adalah:
Mengajak hadirin hadirot untuk berdungguh-sungguh dalam menghadapi bulan rojab, bulan dimana junjungan kita Rosululloh SAW diisro’mi’rojkan. Terutama hubungan dengan mujahadah kubro Wahidiyah yang akan datang, antara lain mengharapkan bantuan sumbangan tikar dari para pengamal Wahidiyah yang mampu.
Membacakan pengumuman dari panitia penyiar Sholawat Wahidiyah Daerah Kodya\Kabupaten Kediri mengenai akan dilangsungkannya mujahadah Wahidiyah Triwulan sekotamadya\ Kabupaten Kediri yang akan dilangsungkan besok tanggal 12- 13 Juni 1977 di wilayah kecamatan semen Kediri.

KEMBALI DAWUH ROMO YAHI

Mari para hadirin hadirot, dawuh-dawuh atau instruksi dari pusat itu tadi kita perhatikan dengansungguh-sungguh dhohiroh wa bathinan moril dan materiil. Terutam soal Mujahadah Mubro yang kan datang. Begitu juga Mujahadah Kabupaten Kediri seperti yang diumumkan tadi
Para hadirin hadirot, soal Mujahadah Kubro yang akan datang dalam rangka memperingati Isro. Mi’roj Rosululloh SAW, itu penting sekali para hadirin hadirot, Mujahadah Kubro yang akan datang nanti mari kita laksanakan dengan sebanyk mungkin diikuti oleh kita !. artinya disamping kita memperhatikan, memperjuangakan, marikita secara nyata mengikuti melaksanakan Mujahadah Kubro itu nanti. Disamping kita memperhatikanmemperjuangkan, usaha atau memanitiai segala sesuatu yang berhubungan dengan Mujahadah Kubro, juga mari kita ikut melaksanakan secara langsung didalam Mujahadah Kubro yang akan datang!. Ikut menghadiri Mujahadah Kubro yang akan datang !. kalau Muahdah Mubro yang akan kita selenggarakan itu nanti makin banyak yang hadir, makin banyak pula manfatnya. Disamping makin tepat dalam kita melaksanakan, makin banyak yang hadir disitu, makin banyak yang hadir disitu, makin pula manfaatnya. Digambarkan oleh Imam Ghozali seperinya “Lampu”. Lebih dari satu lampu, dua, tiga dan seterusnya, cahaya makin terang. Disamping kwallitas dari lampu itu sendiri, makin banyak Wattnya, makin terang dan makin banyak junlahnyalebih terang lagi, begitu juga Mujahadah Kubro yang akan datang khususnya, dan umumnya soal Mujahadah Kubro yang akan datang khususnya, begitu juga Mujahadh Kubroatau amal-amal ibadah lain, soal permohon kepada Alloh SWT, kalu kita makin sungguh-sungguh, otomatis makin banyak harapan. Makin banyak jumlah yang mengikuti, yang ikut dalam permohonan kepada Alloh SWT, makin bedar harapa.
Para hadirin hadirot, kita maklumi. Artinya ada dawuh :

Arab 67

(Barang siapa yang dapat meng-Islamkan satu glintir manusia, dia wajib masuk surga)

Meng-Islamkan, dengan cara lahiriyah atau batiniyah, atau lahiriyahnya saja, dan batiniyah saja. Itu satu orang masuk islam. Lebih-lebih kalau banyak pra hadirin hadirot, tidak dapat digambarkanbetapa perhatian Alloh SWT terhadap orang yang memperjuangkan orang lain masuk islam !. disamping itu para hadirin hadirot, alhamdulillah tidak sediki kebaukan-kebaikan yang kita perjuangkan dapat berhasil. Disamping mensyukuri itu para hadirin hadirot, mari Mujahadah Kubro yang akan datang mari kita perhatikan dengan sungguh-sungguh sehingga dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya!. Dengan sebanyak-banyaknya hadirin hadirot.
Kaulu terpaksa tidak bisa mengikuti supaya mengikuti dari jauhan dari daerah masing-masing!. Para hadirin hadirot, “Rojab” seperti kita maklumi didalamnya ada sejarah yang besar sekali, artinya bagi umat manusia, yaitu sejarah Isro’ Miroj Rosulullaoh SAW kita bersama sebagai umatnya, mari kita ikut melaksanakan Isro’ Mi’roj kita masing-masing!. Kita tingkatkan, kita sempurnakan didalam kita ber-Isro’ Mi’roj, demi mengikuti jejak Rosululloh SAW, bgitu juga mengenai Mujahadah di kabupaten kediri mari kita menaruh perhatian yang sebanyak mungkin !. juga utu penting sekali. Kalu terpaksa diantara kita tida dapat menghadiri ketempat acara Mujahadah di kecamatan Semen itu, mari kita bantu dari daerah dan rumah kita masing-masing.
Ya mudah-mudahan Mujahadah Kubro yang akan datang , atau Mujahadah Yang diadakan oleh Penyar Wahidiyah Daerah Kabupaten Kediri, dan umumnya perjuangan kita, perjuangan Fafirruu Ilallooh wa Rosulihi SAW, keluar maupun kedalam, mudah-mudahan di ridloi oleh Alloh SWT. Sehingga membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya fid-diini wad-Dunya wal Akhiiroh !. amiin.
Para hadirin hadirot, dalamkesempatan ini mari sungguh-sungguh berdepe-depe memohon, merintih, sowan dihadapan Alloh SWT wa Rosulihi SAW wa Ghoutsi Hadzaz Zaman wa A’waanihi wasaairi Ahbaabillah rodiyallohhu Ta’ala ‘anhum, untuk Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW bagi jamii’al ‘alamiin, diasmping yang lain-lain!.

AL FAATIHAH .........................................!.






AL HIKAM 1 HAL 11


un Biet tin gi chua, vao day coi di http://www.freewebtown.com/gaigoisaigon/


ARAB 69

(Amal perbuatan, amal lahiriyah, itu hanya merupakan bayangan, gambar, dan ruhnya, jiwanya ialah adanya rahasia ilhlas didalamnya).

Dus, amal yang tidak ikhlas, itu serupa saja dengan jasad yang tidak ada ruhnya. Seperti ganbar hidup atau bangkai, barang mati !. hanya seperti boneka yang tidak bernyawa sama sekali. Ini amal perbuatan apa saja. Seperti sembahyang, Mujahadah, pusa, tilawatul qur’an dan lain-lain. Semua itu jika tidak didasari LILLAH-BILLAH istilah Wahidiyah, hanya seperti barang mati, tidak memberi manfaat sama sekali
LILLAH artinya, melaksanakan amal ibadah atau amal perbuatan apa saja, didasari niat dan ditujukan untuk mengabdikan diri kepada Alloh. BILLAH artinya menyadari bahwa dalam melaksanakan amal ibadah itu semata-mata adalah karena fadlol Alloh, tidak merasa dirinya dapat berbuat atau beramal. Jadi ikhlas yang sempurna ialah LILLAH-BILLAH. Lillah-Billah yang betul disadari dalam hati secara zauqiyyah, bukan hanya perngertian atau ilmiyah saja.
Disini dipakai istilah “Amal” itu otomatis perbuatan-perbuatan yang boleh dan harus digunakan beribadah. Maka dari itu segala gerak-gerik, baik bergerak tau berdiam, jika betul-betul didasari LILLAH-BILLAH dengan sendirinya menjadi amal, atau amal ibadah. Sebaliknya, sekalipun berupa sembahyang, baca qur’an, puasa, mengluarkan zakat, menolong orang lain dan sebagainya, kalau tidak didasari LILLAH-BILLAH namanya yah, “ perbuatan” begitu saja. Dan menurut pengajian ini seperti gambar hidup yang tidak bernyawa, bangkai yang tidak memberimanfaat bahkan membawa bahaya!.hanya lahirnya kelihatan seperti ibadah, tetapi sesungguhnya bukan ibadah lagi sebab tidak didasari niat yang ikhlas yaitu LILLAH-BILLAH, kata ikhlas, itu maksudnyamembersihkan. Membersihkan soal-soal yang tidak ada manfaatnya, malah sebaliknyaberbahaya jika tidak dibersihkan. Dus mligi unruk satu tujuan. Tidak campur-campur, kalau campur, itu namanya “syirik”. Syirkah = campur.

ARAB 70

“Ikhlas” itu bermacam-macam “ Fa Ikhlassul “Ubaad” ............... “Ubaad” itu kata jamak dari : abid-orang yang mengabdikan diri. Tapi kalu “ibaad” kata jamak dari “abdu” – hamba. “ibadah” adalah bahasa daerah yaitu tunduk dan menyerah, manut miturut apa saja yan dikehendaki oleh yang ditunduki atau ibadahi. Yaitu Alooh SWT. “Abdulloh” berarti hamba Alloh. Dia harus tunduk dan menyerah bulat-bulat kepada Alloh soal apa saja!. Tanpa syarat. apapun yang diperintahkan Alloh padanya dikerjakan penuh kesadaran . tanpa syarat. Apapun yang diperintahkan Alloh padanya dikerjakan dengan penuh kesadaran tanpa ada rasa terpaksa dan sebagainya. Baik lahiriyah maupun batiniyah.
Begitu juga “Abdun-Nafsi” artinya orang yang selalu menyerah kepada nafsu. Hamba nafsu yang selalu menyerah kepada kehendak nafsu atau jiwa. Dan jiwa itu punya kehendak karena adanya pengaruh dari jiwa itu sendiri. Pengaruh dari fisik misalnya lapar atau haus membutuhkan makanan atau minuman. Pengaruh dari jiwa itu sendiri misalnya ingin dihormati atau ditakuti. Lalu usaha bagaimana supaya bisa dihormati atau ditakuti.

ARAB 70
Ikhlas “Ubbaad” atau ‘abiid orang yang ahli beribadah biasanya yang dimaksud adalah ibadah lahiriyah seperti sembahyang, baca qur’an, Mujahadah dan lain-lain. Ibadah lahiriyah itu menurut syaratnya yang paling utama-paling afdlol adalah sembahyang. Ibadahnya orang yang ahli ibadah atau ‘abid itu ikhlasnya diukur pada selamatnya amal mereka dari riya.
Baik riya’ yang samar-samar maupun yang terang-terangan. Dan pada umumnya masih disertai pamrih. Pamrih nafsu. Ya betul ibadah mereka sudah ikhlas Lillahi Ta’ala, tapi diikuti tau didorong oleh pamri. Pamrih selamat atau bahagia dunia akhirot. Dan disamping itu dia masih merasa punya kemapuan beramal. Dia menjagakan pada amalnya. Kalau aku tidaj giat ibadah, aku tidak akan memperoleh syurga atau tak akan selamat dari neraka, atau tak akan bahagia dunia akhirot dan sebagainya. Itulah ikhlasnya orang ‘ubbad-orang ahli ibadah.

ARAB 71
Ikhlasnya orang yang mahabbah yang cinta kepada Alloh, yaitu mereka yang beramal ibdah semata-mata Lillahi Ta’ala, mengagungkan, memuliakan dan menghormat kepada Alloh SWT, karena memang Alloh SWT, seharusnya dihormati, diagungkan. Sebab Tuhan yang Maha Agung. Seharusnya diagungkan. Maha Mulia, seharusnya du Muliakan.
Bukan didorong oleh keingina syurga atau pahala aau selamat dari neraka. Alloh Maha Agung, Maha Sempurna. Pen. Harus di Angungkan. Alloh Maha Agung, lalu orang tidak mau mengagungkan Tuhan, itu namanya dholim. Dholim, mendudukan sesuatu tidak pada tempat yang semestinya. Orang-orang muhibbin-orang-orang yang sungguh-sungguh cinta kepad Alloh, ibadah mereka didadarkan atas takdzim mengagungkan. Istilah “ takdzim” sudah mengandung dua hal yaitu cinta dan takut. Rasa cinta dan takut berkumpul menjadi satu itulah takdzim – mengagungkan, contoh ibadah muhibbin antara lain munajat Siti Robi’ah al’Adawiyah :
ARAB 72

Yaa Tuhan, tiadakah ibadahku kepada-MU karena takut dari neraka siksa-MU dan tidak pula karena mengharapkan masuk kedalam surga-MU

Disini ibadah Takdzimah sudah tepat, tapi ada negatifnya yaitu “Fanasabatil ibadah ilaiha”. Beliau masih menyandarkan ibadahnya kepada dirinya. Yaa .............. sudah betul mengagungkan tapi masih ada pengakuan. Ini negatifnya. Tapi sudah lebih baik dari bentuk ikhlas yang pertama tadi.
Kata “muhubbin”- orang-orang cinta kepada Alloh SWT. Dasar cinta itu ada tiga macam :
1. Mahabbah Fi’liyyah-cinta perbuatan. Misalnya memberi. Orang yang dicinta kerana diberi. Seperti anak kecil, kalau sring diberi sesuatu, sekalipun yang memberi it tetangganya atau orang lan, dia menjadi lulut, manut, cinta kepada yang memberi. Ayam atau kucing umpamanya, kalau sering diberi makanan, dia selalu mengikuti yang biasanya memberi makan. Sekalipun pada waktu memberi makan. Sudah manjung cinta atau lulut istilah binatang, cinta perbuatan-mahabbah Fi’liyyah.
2. Mahabbah Sifatiyyah-cinta karena sifat dari yang dicintai sekalipun tidak memberi, tapi ada sifat-sifat yang menjadikan dicintai. Ada orang yang dicintai karenah gagah, karena kecantikanya, karena rupawan, karena kepandaianya, karena kedermawaanya, kerana kesupelannya dalam pergaulan, karena banyak sifat-sifat kebaikan yang menjadi sebabnyaseseorang yang dicintai. Itu baru sesama manusia. Lebih-lebih Tuhan Alloh SWT, Maha sempurna tak terhitung banyaknyasifat-sifat Tuhan yang mengerakan untuk mencintai.
3. Mahabbah Dzatiyyah-cinta ya karena adanya yang dicintai itu./ bukan karena af’alnyaatau sifat-sifatnya, tapi ya karena wujudnya yang di cintai itu. Apa adanya si yang dicintai itu.

Mahabbah Fi’liyyah-cinta kerana adanya perbuatan yang dicintai, mamberi misalnya, ini kalau perbuatan memberi itu sudah tidak ada, hilang atau luntur pula cintanya. Begitu juga Mahabbah Sifatiyyah-cinta karena sifat-sifat yang dicinta. Kalu sifat-sifat itu tidak terdapat lagi pada yang dicintai, maka cintanya menjadi berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Mahabbah Dzatiyyah-cinta apa adanya selama dzat yang dicintai itu masih ada. Tetap cinta itu tidak berubah. Maka cinta yang paling kuat ialah yang ketiga tadi. Yaitu Mahabbah Dzatiyyah, tapi yang lebih kuat lagi yaitu kumpulan tiga macam mahabbah tadi. Ya Mahabbah Fi’liyyah, ya Mahabbah Sifatiyyah, ya Mahabbah Dzatiyyah. Yang paling ringkih sekali, artinya cinta yang mudah luntur yaitu Mahabbah Fi’liyyah, kemudia nomer duanya Mahabbah Sifatiyyah dan yang paling kuat paling tahan yaitu Mahabbah Dzatiyyah.
Cinta pada Tuhan, ini memenuhi sepenuhnya kepada ketiga macam cinta tersebut diatas. Mahabbah Fi’liyyah. Tuhan memenuhi syarat-syarat yang lengkap lebih dari cukup. Dicintai karena perbuatanya. Mengapa tidak ? karena Tuahan senantiasa memberi. Memberi pada hambanya. Terhadap manusia umpamanya, karena Tuhan Mencipta manusia dengan ciptaan yang paling baik sendiri. Seharusnya dicintai. Tuhan mencipta makhluq diperuntukkan manusia, ini seharusnya dicintai. Tuhan senantiasa memberi dalam segala bidang baik lahiriyah maupun batiniyah. Memberi soal-soal yang sangat dibutuhkan sekali oleh manusia.Bahkan kalau pemberian itu di putus sedikit saja, menjadi sinar atau hancur.Harus dicintai Tuhan!. Siapa yang tidak mencintai Tuhan,dia orang yang dungu, dholim, sombong. Mereka seperti binatang, bahkan lebih sesat dari pada binatang. Perbuatan Tuhan senantiasa memberi. Memberi hidup. Memberi pendengaran, memeberi penglihatan, memberi,memberi, memberi, tak terhitung pemberian Tuhan, dan terus-menerus tidak ada henti-hentinya, kontinyu, memberi hawa, memberi angin, pokoknya makhluk terus berputar untuk manusia. Mataharinya, bulan bintangnya, tanahnya, lautnya, gunung-gunung, tumbuh-tumbuhan, batu-batuan semua itu diwujudkan oleh Tuhan demi kelangsungan hidup manusia. kurang apa lagi ?.... jadi perbuatan Tuan jauh lebih dari pada cukup untuk memenuhi syarat-syarat cinta yang berdasarkan perbuatan.
Cinta berdasarkan sifat-sifat Tuhan, juga sudah jauh dari pada cukup untuk menjadi alasan mencintai T uhan berdasarkan sirat-sifat Tuhan. Tuhan Maha Agung, Maha Mulia, Maha Kaya, Maha Cantik. Bahkan tidak ada yang mulia kecuali Tuhan. tidak ada yang cantik kecuali Tuhan. Tidak ada yang Agung kecuali Tuhan. Adapun yang selain Tuhan dikatakan Agung, Mulia, kaya ataui cantik itu, karena menadapatkan sototan dari Tuhan. Dari sifat-sifat Tuhan. Dari kecantikan Tuhan, dari keangungan Tuhan, dari kekayaan Tuhan, dan sebagainya dan sebagainya !. jadi sudah lebih dari cukup syarat-syarat Tuhan dicintai dilihat dari sifat- sifat Tuhan.
Cinta berdasarkan Dzat, Mahabbah Dzatiyah. Tuhan adalah kekal abadi. Tidak berubah dan tidak akan berubah. Jadi Mahabbah Dzatiyah ini akan terus, lebih tahan tidak terpengaruh oleh hal-hal seperti pada Mahabbah Fi’liyyah atau mahabbah Sifatiyah.
Jadi cinta kepada Tuhan adalahsatu-satunya cinta yang kekal, tahan uji. Baik cinta Fi’liyya, cinta Sifatiyah, lebih-lebih cinta Dzatiyah. Sebab Tuhan kekal abadi. Tidak ada perubahan sama sekali. Baik fi’liyyah, sifatiyah lebih-lebih Dzat Tuhan. Kekal abadi. Lain halnya dengan cinta kepada sesama manusia, atau terhadap jenis makhluq yang lain. Baik fi’liyyah atau perbuatan, maupun sifatiyah atau sifat-sifat yang di cintai, Atau dzatiyah, keadaan dzat yang di cintai itu, karena hanya makhluq tentu akan terjadi suatau ketika lenyap atau musnah. Maka mencintai makhluq atau sesama manusia akan hilang bersama-sama dengan hilangnya syarat-syarat yang menyebabkan cinta itu. Bahkan mrungkin terjadi bahwa cinta kepada sesama manusia akan berbalk menjadi kebencian. Yaitu apabila syarat-syarat yang menjadi sebab dicinta berubah karena sesuatu hal. Ini mungkin terjadi.
Cinta Dzat. Barang kali dalam bahasa jawa boleh di artikan “tresno”. Biar dia yang di cintai pincang, cacat tapi kalau memang tresno ya tetap tresno. Biar jelek, tua bangka, sudah perot kempong, tapi ya tetap tresno. Selama masih ada yang di cintai atau yang di tresnani itu.
Mahabbah atau cinta kepada Alloh SWT harus memenuhi ketiga syarat cinta tersebut di atas. Cinta fi’liyyah atau perbuatan, cinta sifatiyah, dancinta Dzatiyah. Kalau belum memenuhi ketiga-tiganya belum wajar namanya. Belum semestinya, belum normal. Sebab, kesatu, Alloh senantiasa memberi. Orang yang tidak ada perhatian kepada si pemberi itu namanya orang yang tidak normal. Coba bayangkan, ayam atau binatang saja kalau diberi mau mengerti dan malah lulut kepada si pemberi. Lha apa lagi manusia yang mempunyai akal !. Sudah di beri kok tidak ada sambutan, itu namanya :

         
( Mereka itu tidak lain seperti binatang, bahkan lebih jelek lebih sesat dari pada binatang ).
Nah saya ceritakan. Dulu ada orang namanya pak Munajat dari Desa Mbetik. Ketika dia mondok di Ringin Agung Pare, terkenal dengan sebutan Keling, suatu ketika dia pernah menolong anak Harimau yang kejegur sungai lalu di entaskan. Malam hari yang lain dia sedang menanak nasi dipondok lalu mendengar suara gedebug seperti suara kelapa jatuh setelah dilihat ternyata kijang. Dan diatas pohon kelihatan seekor induk harimau. Rupanya si induk harimau itu membalas budi atau terima kasih kepada pak Munajat. Lha itu macan, anaknya yang di tolong, dia tahu terima kasih, balas jasa dengan kirim seekor kijang. Terima kasih suatu tanda dari cinta. Itu macan. Lha lebih-lebih kita para hadirin hadirot, kita mannusia seharusnya lebih-lebih mengisi bidang mahabbah fi’liyyah dan sifatiyyah itu terhadap Tuhan dengan sepenuh mungkin. Diberi sekali semestinya paling sedikit terima kasihnya sekali. Malah menurut ajaran Qur’an :
  •       •      • 
( Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah dengan penghormatan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah dengan penghormatan yang serupa, sesungguhnya Alloh selalu membuat perhitungan atas tiap-tiap sesuatu ).

Lha padahal Alloh senantiasa memberi kepada kita dalam segala bidang mestinya harus juga lengkap imbal balik kita. Dan sesungguhnya kirta tidak mungkin bisa memadahi. Maka disamping usaha, harus selalu mengaku bahwa kita senantiasa bedosa. Bersalah tidak tepat cinta kita dalam suatu bidang fi’liyyah saja misalnya. Begitu juga mengenai mahabbah sifatiyah. Disamping usaha memperbaiki kita harus mengakui bahwa kita selalu tidak bisa tepat cinta kepada Tahan dalam segi sifatiyah ini.
Fi’liyyah dan sifatiyyah Tuhan jauh diatas fi’liyyah dan sifatiyyah makhluq. Maka mestinya cinta kepada Tuhan juga harus begitu, Jauh lebih kuat, lebih sempurna daripada cinta kepada sesama makhluq. Oleh kerana itu mari kita senantiasa berusaha, disamping mengedoki kesalahan kita. Atau usaha mengurangi atau menurunkan kesalahan kita. Menurut perhitungan, kita tidak mungkin sama sekali bersih dari kesalahan-kesalahan, paling-paling yang mengurangi, itu bisa. Mengurangi kesalahan. Atau memperbaiki,. Begitu juga hubunmgan Mahabbah Dzatiyyah. Tuhan adalah selaluu ada, dan kekal abadi. Malah segala sesuatu selain Tuhan akan musnah.

ARAB 77

Kembali soal diatas. Dus jangan didasarkan atas mengrap soal pahala atautakut siksa. Lebih-lebih soal dunia, jangan!. Kalau ibadahnya karena ingin selamat bahagia dunia akhirat, itu bukan namanya ibadah kepada Tuhan, tapi ibadah untuk kepentingan nafsunya. Atau istilah Wahidiyah LINAFSI-BINAFSI !.sifat nafsu yaitu ingin enak-kepenak, ingin puas, ingin selamat dunia akhirat. Kalau sudah dapat apa yang diinginni makin menjadi-jadi keinginanya. Kurang ini kurang itu, ingin begini ingin begitu dan sebagainya. Kita sebagai manusia memang wajar ingin begini ingin begitu apa yang kita butuhkan, baiksoal moril atau soal materiil, soal dunia ataupun soal akhirat, tapi kesemuanya itu harus kita sadari semata-mata melaksanakan perintah, LILLAH dengan kesdaran BILLAH.
Jadi orang yang beribadah karena dorongan surga, karena surga tempat yang enak, berarti mencari nafsu LINAFSI-BINAFSI!. Kecuali didalam takut neraka atau ingin surga itu didasari LILLAH-BILLAH, itu memang seharusnya. Jadi untuk kepentingan nafsu semata-mata, tapi karena Alloh dan untuk mengabdikan diri kepada Alloh. Kita harus kepada neraka, karena Tuhan menakut-nakuti kita atau menyuruh kita supaya takut kepada neraka.

• •   ••     
( Maka peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir).

Kita harus takut. Tapi takut kita harus kita dasari LILLAH-BILLAH!. Kalau kita dasari LILLAH, ini namanya tidak berarti takut pada neraka begitu saja. Adanya takut itu karena Alloh. Tegasnya ya takut kepada Tuhan. Kita ingin surga bukan karena disurga itu banyak hal-hal yang menyenangkan begitu saja tapi kita ingin surga karena diperintah supaya ingin dan usaha kesitu. LILLAH !. Jadi kalau begitu, sesungguhnya surga atau neraka itu tidak menjadi objek tujuan, tapi Tuhanlah yang kita jadikan acara yang pokok !. Begitu juga keadan di dunia ingin selamat, ingin bahagia dan ingin selamat, dan sebagainya, itu semua supaya didasari menurut perintah LILLAH !.
Jadi sekali lagi, soal takut neraka atau mengharapkan surga atau takut sengsara dan ingin bahagia,....itu ya sudah baik, tapi masih belum yukti kulladzi haqqin haqqoh. Belum mengisi bidang-bidang lain yang seharusnya di isi. Yang lebih baik dan seharusnya, yaitu aku takut neraka karena diperintah. Aku ingin surga karena diperintah. Aku kuatir sengsara karena diperintah. Aku ingin dan berusaha supaya bahagia karena diperintah. Dan seterusnya. Karena diperintah Tuhan. Atau karena Tuhan. Andai kata tidak diperintah Tuhan saya takut dan tidak ingin.
Tapi juga tidak boleh di jujug saja. Sudah, aku tak takut selain Tuhan. Neraka tidak takut. Tidak boleh begitu !.Itu namanya tidak yukti kulladzi haqqin haqqoh. Tidak mengisi bidang-bidang yang seharusnya di isi. Jadi masih menyalahi. Menyalahi bidang syariat. Tauhidnya memang tidak keliru, tapi kurang pengisian bidang syariat.
Pada kesempatan pengajian minggu lain pernah saya utarakan

ARAB 78

Ada seorang wali yang sadar atau fanak kepada Tuhan, dia tidak tau selain Tuhan. Ini orang sedang fanak fanak artinya hancur atau lebur. Hanya Tuhan yang menjadi acara di dalam dirinya lain-lain tidak menjadi acara tidak menjadi acara sama sekali. Biar dirinya sendiripun tidak menjadi acara dalam angan-angan wahidiyah orang yang fanak seprti itu tadi yaitu lagi keadaanya. Di dalam wahidiyah orang yang fanak seprti itu tadi yaitu ketika “ISTIGHROQ”. Istighroq AHADIYAH hanya Alloh tok!. Kalau billah, itu juga Istighroq, tapi Istighroq WAHIDIYAH namanya. Sekalipun hanya bayangan masih ada acara pada selain Alloh. Termasuk dirinya sendiri.

ARAB 79


Dan ada seseorang wali yang bago’. Maka dia melihat Alloh didalam tiap-tiap sesuatu. Jadi masih punya acara dengan makhluq. Termasuk dirinya sendiri. Dan ini “Atammu” ini yang lebih sempurna. Lebih sempurna sebab lalu bisa mengisi bidang-bidang yang seharusnya di isi BILLAH istilah Wahidiyah. Ini lebih sempurna dari yang pertama, yang hanya beracara Alloh tadi. Tapi sesungguhnya ya memang hanya Alloh!. Dengan rasa, bukan dalam bicara!.
Arab 79
Ikhlasnya orang yang “Arifin”, orang yang ma’rifat, orang sadar pada Alloh SWT. Definisi ma’rifat, atau sadar kepada Alloh SWT, seperti disebutkan dalam buku kuliah Wahidiyah. Sudah tidak asing lagi. Orang tahu dan mengerti rasanya gula itu manis, dan ketika itu dia juga sedang makan atau ngemut gula, merasakan manisnya gula seperti apa yang dia ketahui, itu disebut ma’rifat kepada manisnya gula. Hanya tau atau yakin terhadap manisnya gula tapi dia diwaktu itu tidak merasakan manisnya gula, seperti apa yang dia ngerteni itu belum dapat disebut ma’rifat kepada manisnya gula. Jadi ada bedanya bahkan jauh bedanya dengan yang pertama tadi. Begitu juga ma’rifat kepada Tuhan. Begitu juga pengertiannya.
Tahu dan yakin bahwa Tuhan Maha Satu, tidak ada yang menyamai, dan Maha Kuasa, tidak ada yang kuasa selain Tuhan, dan ketika itu dia merasakan ke-ESA an Tuhan dan Maha kuasa Tuhan. Itulah yang disebut ma’rifat kepada Tuhan. Prakteknya yaitu BILLAH. Menurut istilah Wahidiyah.
Ikhlasnya Arifin, disamping LILLAH, seperti diatas tadi, yaitu sadar BILLAH. Senantiasa LILLAH- BILLAH istilah Wahidiyah. Dan ini lebih tingi tingkatanya dari bentuk ikhlas yang sudah di bicarakan terdahulu. Ikhlasul ‘Abidin dan Ikhlasul Muhibbin..
Para hadirin hadirot, kita diberi kemampuan melaksanakan itu. Kita mampu. Mampu, itu sudah nikmat. Harus di syukuri. Punya kemampuan, diberi nikmat kok tidak di syukuri, namanya mengkhufuri. Kalau mengkhufuri harus bertanggung jawab!. Mampu itu nikmat. Syukurnya yaitu harus digunakan kemampuan itu. Kalau kemampuan itu tidak di gunakan, disamping menyadari, menyadari nikmat dari Tuhan.itu namanya mengkhufuri mneyalah gunakan nikmat.
Para hadirin hadirot, mari nikmat kemampuan kita dalam usaha mengetrapkan LILLAH- BILLAH, itu bagaimana, mari kita koreksi!. Sudah kita syukuri atau belum, mari kita koreksi dan terus usaha meningkatkan!. Sesungguhnya Ikhlasul mursalin, kekasih Alloh yang paling sempurna yaitu LILLAH- BILLAH!.
Soal LILLAH, sekalipun di luar Wahidiyah atau sebelum Wahidiya sudah banayak kita ketahui dan kita jadikan acara, misalnya “mari-mari-mari LILLAH saja”, ... tapi terbatas. Pengalaman kita sebelum Wahidiyah LILLAH kita terbatas. Kita terbatas dalam segala bidang. Dalam bidang amalan atau perbuatan dan terbatas nilainya. Mari kita syukuri terutama sesudah Wahidiyah. Begitu juga soal BILLAH, sekalipun kita bisa memjawab pertanyan : siapa yang menciptakan jagat ini? Alloh!. Itu bisa kita jawab. Tapi terbatas hanya lab begitu saja didalam lisan. Tidak sampai atau sedikit sekali dirasa dalam hati atau perasaan. Alhamdulillah sesudah kita terjun didalam perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosullihi SAW, tidak hanya dalam lisan saja apa itu “ laa haula walaa quwwata illa Billah”, tetapi Alhamdulillah jauh lebih sempurna dari pada sebelum kita terjun dalam perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosullihi SAW. Mari, ini harus kita syukuri !. Harus kita pelihara dan kita tingkatkan !. Tapi disamping itu kita juga harus mengisi bidang lain. Antara lain haruys senantiasa merasa banyak dosa banyak dzolim, senantiasa menyalah gunakan dan seterusnya. Ini harus senantiasa di isi !. Senantiasa di isi !.
Para hadirin hadirot, ya mudah-mudahan pengajian minggu pagi ini mudah-mudahan diberi manfaat yang sebanyak-banyaknya fiddini waddunya wal akhiroh !. Amin!.
Arab 81
( Tanamlah dirimu didalam “ tanah kerendahan”. Sebab apa-apa yang tumbuh dari biji yang tidak ditanam tidak akan sempurna buahnya ).
Wujudmu, keadaanmu, tanamlah didalam bumi-sembunyi. Sebab, biji atau bibit yang di tanam tidak bisa tumbuh. Kalau umpama tumbuh, tidak memberi guna. Kalau engkau ingin.....semestinya, tanamlah wujudmu di dalam bumi yang lebih dalam !. Maksudnya, jangan di biarkan keadan dirimu terlihat orang lain. Misalnya soal keistimewaan atau kebaikan. Orang yang punya keistimewaan umumnya mudah di tandai oleh orang lain. Jadi kalau memperlihatkan keistimewaan, berarti dia ingin di hormat di hargai orang lain. Tapi juga, kita tidak boleh lalu ingin supaya di hina orang lain. Sudah, biar di hina di maki orang lain aku ingin menyeleweng saja. Itu tidak boleh. Memperlihatkan keistimewaan bagi orang yang memang sungguh-sungguh punya keistimewaan, itu terkecam. Lebih-lebih orang tidak punya keistimewaan berlagak punya keistimewaan supaya di hormati orang lain,lebih terkecam lagi.
Pokoknya siapa yang punya keistimewan jangan sampai dipamerkan harus disembunyikan !. Kalau dipamerkan, ibarat tanaman seperti biji yang tidak di tanam lagi. Tidak membuahkan manfat atau kegunaan sama sekali !. Kalau dipamerkan namanya menjadi riya’, tidak ikhlas. Dia ibadah atau berbuat kebaikan itu ada maksud atau keinginan supaya dipuji orang lain. Kalau begitu, dia itu minta dihormati atau di mulyakan. Jadi jelasnya, kalau punya keistimewaan atau melakukan perbuatan baik, jangan dipamerkan orang lain !. Diperlihatkan dengan perbuatan atau dengan perkataan !. Lebih-lebih kedua-duanya, jangan sampai begitu !.
Ini juga seperti halnya ikhlas yang dibicarakan dimuka. Orang tidak ikhlas yang mengaku atau merasa bisa beramal, berarti dia memperlihatkan kebiasaannya ingin diketahui orang lain, ingin dihormati atau disanjung orang lain. Maka amal yang begitu itu menjadi tidak berguna sama sekali. Orang begitu itu terkecam. Seba, pertama dia mengaku-ngaku banyak Tuhan. Kedua, dia berarti menupu kepada dirinya sendiri. Orang tidak punya kok mengaku punya !. Saya bekerja, saya bisa beramal dan sebagainya. Itu merampas haknya Tuhan, dan menipu dirinya sendiri disamping menipu Tuhan. Di dalam surat Al-Baqoroh dicantumkan hal orang munafik. Munafik artinya luar dalam tidak sama. Luar putih, dalamnya merah, ini munafik. Atau luar merah dalam putih juga munafik. Pokoknya luar dalam tidak sama itu munafik. Itu istilah pengertian bahasa .
Tapi dalam Agama, munafik itu ada dua. Munafik yang berat, yaitu keluar dari Islam. Lahirnya pura-pura Iman dan yakin, tapi sesungguhnya dalamnuya tidak Iman, munafik berat, keluar dari Islam. Munafik yang agak ringan, yaitu orang yang berbuat atau beramal seperti iyak-iyak o, tapi dalamnya ternyata kosong tidak ada apa-apanya, ini munafik. Munafik yang ringan tagi. Luarnya sembahyang atau Mujahadah atau baca Qur’an tapi dalamnya tidak begitu, ini munafik !. Jadi pengertian Agama yang dimaksud munafik itu ada dua. Ada munafik berat, yaitu keluar dari tauhid, yaitu keluar dari tauhid, keluar dari Agama, dan ada munafik ringan seperti tadi, luar dalam tidak sama.
Yang dimaksud didalam Qur’an munafik, munafik yang berat itu. Ada sejarahnya. Pada zaman Kanjeng Nabi banyak orang-orang yang lahirnya muslim, tapi sesungguhnya dia tidak Islam tidak Iman. Itu munafik yang dimaksud dalam Qur’an. Yaitu antara lain dalam surat Al-Baqoroh ayat 9 :

Arab 83
( Mereka (orang-orang munafik) hendak menipu Alloh dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka menipu dirinya sendiri, tapi mereka tidak merasa ).
Yang paling banyak didalam masyarakat ummat manusia adalah munafik yang kedua tadi. Munafik amal. Luarnya beramal ibadah, tapi dalamnya tidak. Yaitu tidak ikhlas. Malah, barang kali tidak ada yang murni tidak munafik amal. Seribu satu, atau sejuta satu, atau malah semilyar satu, yang sungguh-sungguh mulus tidak munafik amal. Kalau ada kawannya saja mau amar ma’ruf nahi munkar, tapi kalau tidak ada kawan tidak mau amar ma;ruf nahi munkar. Ini juga munafik. Banyak sekali macamnya munafik. Dan ini dosa !. Mari kita koreksi keadan kita masing-masing !. Ketika ketemu muka tidak berani bilang apa-apa, tapi kalau sudah mungkur lalu bicara begini begitu, itu munafik !. Kalau betul-btul tidak munafik, mestinya justru berhadapan muka justru diperingatkan. Ini yang paling banyak sekali didalam masyarakat.
Maka itu harus senantiasa koreksi diri. Sekalipun soal itu ringan, tapi sesungguhnya berat !. Yah, kalu dibanding dengan munafik agama yang keluar dari agama tadi ya memang termasuk ringan, tapi soal akhirot tetap berat, lebih berat dari segala berat sekalipun ringan. Lebih sakit dari semua rasa sakit., sekalipun soal ringan. Ini keadaan diakhirot !. Jauh lebih menyesal dari pada segala rasa menyesal. Jadi sekalipun munafik amal atau munafik pergaulan seperti itu tadi tetap berdosa. Yang hubungan dengan manusia dosanya dobel. Dosa terhadap manusia yang bersangkutan, dan dosa terhadap Alloh SWTb !. Lha diantara kita ini pernah begitu apa tidak, nyumangga aken masing-masing !. Kalau merasa berbuat begitu, mari sama bertobat !. Yang hubungan dengan sesama manusia lebih-le
Loi em noi cho tinh chung ta, nhu doan cuoi trong cuon phim buon. Nguoi da den nhu la giac mo roi ra di cho anh bat ngo... http://www.freewebtown.com/gaigoisaigon/
kalau kita minta maaf terang-terangan umpamanya : saudara, maafkan saya pernah mengumpat saudara, itu malah seperti membangunkan harimau tidur lali timbul fitnah lagi, maka minta maf secara langsung seperti itu tidak harus dilakukan. Lalu bagaimana ?. Perbanyak tobat kepada Tuhan, dan mohonkan ampun dan hidayah bagi orang yang bersangkutan. Ini cukup Insya Alloh !. Dus, harus taqdimul aham tsummal anfa’. Seperti orang dagang, untung ruginya harus ada perhitungan.
Kembali pengajian soal menonjolkan keistimewaan tadi. Kalau sudah terlanjur dihormati atau disanjung orang lain bagaimana ?
Arab 84
( Jangan engkau tinggalkan begitu saja soal itu, terkecuali mendapat isyarat dari Guru pembimbingmu atau mendapat izin dari Tuhan ).
Dalam sejarah ada seorang yang sebelumya sudah dikenal punya keistimewaan, kemudia oleh Guru Mursyidnya yang membimbing dia disuruh supaya menjadi pengemis. Di plonco supaya mennjadi pengemis, untuk menghilangkan kemashuran yang dia miliki sebelumnya. Mengapa begitu ?. Tentu ada rahasia-rahasia yang dipandang oleh Guru pembimbingnya ya harus begitu itu yang lebih manfaat yang lebih menjamin keselamatan perjalanan si murid menuju wusul kepada Alloh SWT. Supaya si murid dapat bebas dari nafsunya. Kalau di ejek orang misalnya tidak terpengaruh, itu dipandang sudah memiliki mental yang cukup baik dan bebas dari pengaruh nafsunya. Malah mungkin sang Guru atau Syekh dalam membimbing murid-muridnya sadar kepada Alloh SWT itu dengan cara membuat si murid menjadi mashur. Misalnya di plakat begini begitu dikondangkan begini begitu dan sebagainya. Ini juga antara lain maksudnya untuk mengetes mentalnya si murid terpengaruh dengan pujian-pujian itu atau tidak.
Bagi yang tidak punya Guru yang tertentu, supaya kalau dihormat atau disanjung orang supaya jangan sampai terpengaruh. Yah biasa saja. Jadi tidak usah usaha menyembunyikan diri dari keadaan dia di sanjung orang lain. Yang penting jangan sampai terpengarush.!. kalau terpengarush oleh sanjungan atau ejekan pasti dicaplok oleh nafsu!. Dan, perjalanan menuju kesadaran kepada Alloh wa Rosulihi SAW, terhenti sampai disitu, malah bahkan mungkin menjadi mundur beberapa langkah ibarat orang berjalan kaki, dia tidak merasa. Istilah LILLAH-BILLAH, kalau di hormati orang supaya merasa sesungguhnya yang dihormat itu Tuhan, bukan aku!. Sedapat mungkin begitu dalam hati. Seperti Kanjeng Nabi Ibrohim ‘alaihissalam. Nabi Ibrohim setiap berjumpa orang selalu menghormat. Lihat, Alloh fii kulli syaiin. Alloh berada disegala sesuatu. Ketemu kawan, disitu dia menyaksikan Tuhan, beliau ‘alaihissalam menghormat kawan atau orang pada lahirnya, tapi sesungguhnya menghormat Tuhan. Dia mewujudkan Tuhan. Sesungguhnya dia sendiri tidak ada. Jadi saya ini sesungguhnya menghormat, yang saya hormati itu Tuhan. Sebab dia sendiri tanpa digerakan Tuhan, tidak ada. Begitu Nabi Ibrohim atau mestinya soal BILLAH harus begitu !. melihat Tuhan pada segala sesuatu.
Kalau soal yang terkecam umpamanya, atau maksiat, atau merugikan. Ini sekalipun BILLAH, tapi saya di perintahkan supaya mengecam dan usaha menjauhi atau amar makruf nahi munkar. Dan didalam menjalankan ini semua, harus merasa BILLAH disamping LILLAH.
Terkadang ada orang yang suka berkumpul orang banyak. Tapi juga ada yang menyendiri. Ini sej\kalipun BILLAH. Dia sembunyikan dia punya amal kuatir dilihat dan dihormat orang. Tapi sesungguhnya sembunyi itu tidak ikhlas juga mungkin. Dengan begitu kalau banyak orang yang membicarakanya. Wah dia si anu iti mempeng sekali, terus-terus ngembleng tidak keluar-keluar. Luar biasa !. dan sebaginya dan sebagainya. Kalau begini, jadi usaha bersembunyi justru memisahkan diri dari amal-amal itu juga tidak ikhlas. Dia bersembunyi justru biar dipuji orang, dihormati. Ingin tersohor juga dengan jalan bersembunyi dalam amal-amal ibadah. Itu mungkin terjadi.
Adapun kalau sudah kuat LILLAH-BILLAH-nya, itu sama saja antara dilihat orang lain atau tidak.ketikan seorang diri ya tetap LILLAH-BILLAH dan tetap berada ditengah-tengah masyarakat ya LILLAH-BILLAH. Tapi ya harus pakai perhitungan. Disamping “ Yukti Kulla Dzii Haqqin Haqqoh” , harus Taqdimul Aham Fal Aham, Stummal Anfa’ Fal Anfa’, kalau dia seorang yang terpengaruh yang banyak diikuti oleh masyarakat, maka lebih baik dia memperlihatkan ibadahnyaatau kegiatanya kepada masyarakat agar dicontoh oleh masyarakat. Biar yang lain-lain mau berbuat kebaikan seperti dia. Itu baik, seperti sebagian yang dilakukan oleh kekasih Tuhan yang terjeun dimasyarakat. Pokoknya sudah ikhlas, disamping Taqdimul Aham Fal Aham, itu baik kalau memang kalau ada perhitungan umpamanya, kalau aku begini, diikuti masyarakat. Itu baik, sebab sesuatu tuntutan pada masyarakat jika disamping perkataan dikuatkan dengan perbuatan , lebih besar perhatian masyarakat. Terutama terhadap orang-orang terpengaruh kepadanya.
Para hadirin hadirot, ya mudah-mudahan pengajian pagi ini diridloi Alloh SWT, membawa manfaat yang sebesar-besarnya!. Amiin !.
Nuwun sewu, ada ralat terhadap sholawat-sholawat yang sering saya baca sebagai muqadimah pada waktu akan bicara atau matur di hadapan hadirin hadirot. Sebelumnya sudah lama, tapi baru sekarang insya Alloh nanti akan saya kemukakan. Kesalahan itu terletak dalam segi bahasa. Yaitu dalam kalimah :

ARAB 87

Lebih-lebih kepada Penyiar Pusat bagian pembukuan Minggu Pagi ralat supaya dimuat. Yang salah yaitu kalimah “ Wa Adlottu”. Ini lemah sekali. Mestinya kalau disesuaikan dengan bahasa Al-Qur’an seharusnya “Wa Adllaltu”. Dalam Al-Qur’an antara lain Sura Nuh ayat : 24

   
Jadi betulnya :
ARAB 87


Jadi “Adlottu”. Itu salah, betulnya “Adllaltu” jadi kal
E may, vao day coi co con nho nay ngon lam http://www.freewebtown.com/gaigoisaigon/
gadog. Adapun artinya “Qod Kuntu Dloilan wa Mudlillah Sayyidii Sama saja dengan “ Laqod Dlolaltu sayyidii “. yaitu “saya sungguh-sungguh telah sesat dan menyesatkan Gusti “
Sekian para hadirin hadirot. Dan hubungan pengajian ini sekali lagi mudah-mudahan diridloi Alloh wa Rosulihi SAW !. dan sekian pengajian, waktu dan tempat dipersilakan kepada Penyiar Pusat.

SAMBUTAN DARI PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT

Disampaikan oleh Bapak Muhammad Ruhan Sanusi. Pokok-pokok sambutan :
Bersyukur Alhamdulillah bahwa pada pengajian pagi ini kita memperoleh banyak sekali koreksi-koreksi batiniyah untuk memperbaiki keadaan kita khususnya dalam seminggu yang lampau, mencakup berbagai bidang syukur, bidang ikhlas dan lian-lain yang kurang tepat. Memohon semoga dikaruniai dapat meningkatkan syukur, ikhlas dansebagainya, dhohiran wa batinan, yang secara luas kepada Alloh SWT kepada Junjungan kita Rosulullah SAW, kepada hadroti Ghoutsi Hadzaz Zaman wa A’waanihi dan sekalian Auliya Kekasih Alloh SWT. Kepada orang tua kepada kawan dan saudara, dan kepada ummat dan masyarakat pada umumnya, bahkan kepada segenap makhluq ciptaan Alloh SWT. Dan khususnya lagi syukur yang dihubungkan dengan Wahidiyah, dengan perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW. Bahkan Wahidiyah tidak henti-hentinya membimbing kita, mendorong kita, mengantarkan kita kearah tempat yang diridloi Alloh SWT. Maka syukur kita kepada Wahidiyah seharusnya senantiasa terus-tersan kontinyu, malah seharusnya meningkat. Syukur yang lengkap. Syukur scara batiniyah, dan syukur secara lahiriyah. Secara batiniyah, umumnya kita sudah sama-sama mengerti dan bahkan sudah banyak yang mengetrapkan. Begitu juga secara lahiriyah, bagaimana ngetrapnya syukur itu kita sudah sama-sama mengerti. Tapi perlu kita catat lagi untuk peningkatan, yaitu melaksanakan tugas-tugas dalam perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW ini, antara lain meningkatkan segala pengorbanan yang dapat kita korbankan untuk perjuangan yang mulia ini.
Sebaliknya, kalau kita kurang perhatian terhadap tugas-tugas perjuangan ini kalau tidak kita penuhi pada hal kita mampu, itu ototmatis termasuk kufur atau menutup-nutupi rohmat Tuhan yang hubungan dengan pewrjuangan Wahidiyah. Dan, “ wa lain kafartum inna ‘azzabii la syadiid”. “jika kamu tidak syukur melainkan kufur, katahuilah siksa-KU sangat dahsyat”.
Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat, disamping restu kepada kepada hadirin hadirot khususnya hadrotul Mukarrom Romo Yahi, mengajak para pengamal Wahidiyah umumnya untuk usaha sebanyak mungkin meningkatkan realisasi syukur hubungan dengan Wahidiyah. Ini tidak berarti kita harus mengorbankan atau merugikan bidang-bidang lain yang memang menjadi kewajiban kita dalam rumah tangga, dalam masyarakat dan sebagainya. Ajaran Wahidiyah cukup tepat, tidak akan merugikan bidang-bidang kewajiban lainnya. Malah memberi peningkatan yang harmonis didalam hubungan rumah tangga dan masyarakat.
Selanjutnya beliau mengingatkan bahwah kita berada dihimpit oleh dua kekuatan. Kekuatan yang timbul dari masyarakat, yaitu jeritan-jeritan masyarakat yang teriak-teriak minta tolong supaya ditunjukankepada soal kesadaran, kepada Alloh SWT, suatu keadaan yang pasti akan membahagiakan meraka ummat dan masyarat didunia sampai akhirot. Kekuata yang dua yaitu kekauatan dorongan kekuatan amanat, kekuatan bimbingan dari Wahidiyah untuk memberikan apa yang menjadi tuntunan masyarakat kepada kita yang alhamdulillah sekalipun beberapa kita dikaruniai punya kekuatan dan kemampuan untuk mengulur tangan pertolongan kepada masyarakat yang sangat membutuhkan itu.
Kita harus maju, maju dan meningkat dalam segala bidang bagi perjungan Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW.
Hubungan kegiatan Wahidiyah beliau anjurkan kepada para pengamal Wahidiyah daerah kodya Kabupaten Kediri khususnya untuk menyambut Mujahadah Wahidiyah untuk mennyambut Mujahadah Wahidiyah tingkat kodya/Kabupaten Kediri yang akan dilangsungkan hari malam Selasa di desa Bulu Kecamatan Semen, dimana didahului dengan adanya Asrama segenap Panitia Penyiar Kodya/Kabupaten.
Kecamatan-kecamatan, dan pimpinan-pimpinan Jama’ah se-kodya Kabupaten Kediri yang akan sama-sama denga Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat akan mengadakan suatu musyawaroh yang di maksudkan untuk memecahkan soal-soal yang bermanfaat bagi peningkatan kita ikut-ikut dalam perjuangan Wahidiyah ini. Demikian anjuran beliau menaukiti siaran dari Panitia Kabupaten Kediri.
Selanjutnya hubungan Nujahadah Kubro Wahidiyah Peringatan Isro’ Mi’roj yang kurang 18 hari lagi, beliau mengajak terus meningkatkan usaha dan persiapan-persiapan lahir dan batin untuk suksesnya Mujahadah Kubro tersebut sehingga benar-benar diridloi oleh Alloh SWT wa Rosulihi SAW, membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya fiddini wad dunya wal akhiroh !. bagi kita semua dan bai ummat dan masyarakat !.
Adalah suatu kesempatan yang sangat berharga bagi kita para pengamal Wahidiyah untuk mengiku sertakan sebagian dari milik kita berupa harta dan tenaga sebagai amal jariyah bagi perjuangan yang mulia ini. Demikian baliau mengingatkan kita para Pengamal Wahidiyah khususnya untuk merealisasi rasa syukur kita hubungan dengan Wahidiyah. Selanjutnya beliau mengajak semua masyarakat Wahdiyah yang berkemampuan untuk mengisi list-list yang telah diedarkan oleh Panitia untuk menyalurkan hasrat para Pengamal Wahidiyah menyerahkan sebagian hartanya bagi kepentingan Mujahadah Kubro. Tapi ini sama sekali tidak ada pengarush-pengaruh yang bersifat memaksa atau memforsi kesadaran, melainkan sekedar anjuran bagi mereka yang ada kemampuan, dengan betul-betul mengetrapkan prinsip-prinsip Ajaran Wahidiyah, yaitu LILLAH-BILLAH, LIRROSUL-BIRROSUL dan seterusnya.
Demikian beliau mengingatkan. Da demikian juga sambutan dari Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat.


KEMBALI AMANAT DARI HADROTUL MUKARROM
ROMO KYAI H. ABDUL MADJID MA’RUF.


Para hadirin hadirot, mari keterangan-keterangan dari pusat tadi kita perhatikan dengan sungguh-sungguh !. kita sudah sama-sama mendengar sendiri-sendiri. Sekali lagi mari kita perhatikan dengan sungguh-sungguh !. mari pada kesempatan ini kita berdepe-depe mengadakan permohonan – permohonan kepada Alloh wa Rosulihi SAW wa Ghoutsi Hadzaz Zaman wa A’waanihi Ahbaa Billahi Rodliyallohu Ta’ala ‘anhum dengan sungguh-sungguh, demi untuk perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW. Demi untuk suksesnya Mujahadah-mujahadah Kubro yang k\akan kita laksanakan nanti, Mujahadah tingkat Kabupaten kediri. Mari para hadirin hadirot, kita sekelarga, untuk kita bangsa Indonesia, untuk kita umat manusia, dhohiran wa baathinan fid dunya wal akhiroh !. mari sungguh-sungguh !.

AL FAATIHAH !............... AL FAATIHAH !............... AL FAATIHAH !...............



























AL-HIKAM 1 HAL 15

ARAB 92

(Tiada sesuatu yang memberi manfaat kepada hati atau jiwa seperti halnya ‘uzlah, dimana hati atau jiwa dapat masuk kedalam medan tafakur)

Sesuatu yang memberi manfaat kepada hati, maksudnya sesuatu yang mensucikan hati dari kesalahan, suci dari godaan yang menjauhkan diri dari Tuhan, ‘Uzlah artinya menyendiri tidak bercampur gaul dengan manusia (mencil) menyendiri dari keramaian untuk memperoleh ketenangan dalam medan tafakur. Didalam keramian pergaulan hidup sehari-hari otomatis orang tidak bisa lepas dari pengaruh-pengaruh dari berbagai bidang yang menganggu ketenangan dan kemurnian tafakur. Tafakur atau piki-pikir mengali soal-soal yang mendorong perbuatan-perbuatan yang diridloi Alloh SWT, menjauhi soal-soal yang dikecam Alloh SWT.
Didalam ;Uzlah kesempatan untuk tafakur seperti itu lebih banyak dan lebih terjamin jiwa sebab tidak banyak terganggu oleh pengaruh-pengaruh dari luar maupun dalam. Pengaruh dari masyarakat, dan dari makhluk lain pada umumnya.
Didalam sebuah hadits Rosulullah SAW bersabda :


ARAB 92

(Tafakkur satu saat lebih baik dari pada ibadah tujuh puluh tahun)

Dapat dibayangkan betapa besarnya karunia dari Alloh SWT yang diberikan kepada manusia berupa daya pikir seseorang. Satu saat saja tafakkur lebih baik dari pada tujuh puluh tahun ibadah lahiriyah. Didalam Al-Qur’an banyak firman-firman Alloh yang berhubungan dengan kerja otak “Afalaa tatafakkarun”. “Afala ta’qilun”. “Afalaa tatafakkarun”. Dan sebagainya, banyak, tapi tidak berarti kita lalu harus tafakkur saja dan tidak melaksanakan ibadah lahiriyahnya. Ibadah-ibadah lahiriyah tetap harus dijalankan menurut semestinya, dan bidang tafakkur jangan ditinggalkan !.
Seorang Ibu dari zaman sahabat yaitu “Ibu Dardak” ketika ditanya apakah amal-amalnya Pak Abu Dardak yang paling afdhol, beliau menjawab “tafakkur”. Mengapa tafakkur digolongkan pada ibadaah yang paling afdhol disini dikatakan !.


ARAB 92

Sebab tafakkur itu mengali, menyelidiki dengan pikiran dengan hati nurani. Lalu dia tafakkur itu mengetahui hakkat segala sesuatu. Ini baik, itu jelek, ini manfaat, itu fitnah atau merugikan, merah atau putih itu semua dapat diketahui dengan jalan tafakkur. Juga dapat diketahui dengan jalan tafakkur bagaimana mengagungkan Alloh. Bagaimana mengagungkan segala sesuatu yang diridloi Alloh kemudian melaksanakan dengan konsekwen dan tepat. Bagaimana seharusnya mengecam soal-soal yang dibendhu dimurkai Alloh kemudian usaha menjauhi atau mencegahnya. Dengan tafakkur akan dapat nampak dengan jelas negatif-negatif dirinya, daya upaya imprialis nafsu yang akan menjerumuskan dirinya dan bujukan-bujukan pengaruh duniawi. Mengetahui apakah ini atau itu betul-betul sama luar dan alamnya, bukan imitasi apakah benar-benar LILLAH-BILLAH dan LIRROSUL-BIRROSUL atau gadungan itu dapat di ketahui dengan tafakkur. Dengan begitu dia akan selamat dari ekses-ekses atau kejadian-kejadian buruk yang timbul dari adanya pergaulan dengan percampuran didalam masyarakat umum.

Tafakkur ada bermacam-macam :

TAFAKKURUL ‘ABIDIN/afakkurnya ahli ibadah, yaitu senantiasa mengali manfaat atai kebaikannya ibadah. Umpamanya sembahyang. Sembahyang itu ibdah badaniyah lahiriyah yang paling baik. Didalam sembahyang ada takbir/mengagungkan Tuhan, ada tamid ada qoriahnya, ada tasbih/memahasucikan ada do’a-do’a prmohonan ada dzikir ada sholawat dan lain-lain. Banyak sekali kita sudah sama-sama memaklumi, isi dari sembahyang didalam sembahyang terkumpul ibadahnya macam-macamnya malaikat. Seperti kita maklumi malaikat ibadahnya sendiri-sendiri. Ada yang hanya tasbih saja dan seterusnya. Masing-masing satu macam bentuk ibadah. Sebagian besar itu terkumpul didalam sembahyang diasmping itu digali pula fadilah-fadilah kebaikan-kebaikan sembahyang dan pahala-pahalanya. Dengan demikian tergerak hatinya untuk rajin dan giat menjalankan amal-amal ibadah lahir. Itu tafakkurnya Abidiin (orang yang ahli ibadah).
Contoh lain misalnya sholawat. Sekalipun ada ibadah lain yang lebih baik dari pada sholawat misalnya, tapi sholawat punya ciri khusus yang tidak terdapat pada ibadah lainya sholawat. Antara lain ciri khas sholawat yaitu spontan mendapat syafaat dari Rosulullah SAW, disamping memperoleh rahmat dari Alloh SWT sepuluh kali paling sedikit, dan dimohonkan oleh Rosululloh SAW sendir serta para malaikat. Membaca sholawat mengandung dua fungsi. Pertama ya sholawat itu sendiri, hubungan penghormatan kepada Rosululloh SAW, dan kedua dzikir, hubungan kepada Alloh SWT. Jadi begitu baca sholawat berarti ingat atau dzikir kepada Alloh SWT dan kepada Rosululloh SAW. Ibadah lainnya sholawat tidak begitu. Kemudian tafakkur yang hubungan dengan fadilahnya sholawat.
Tafakkur akhlaqnya, begitu juga.Akhlaq-akhlaq yang baik harus ditafakkuri !. orang yang baik akhlaqnya disamping diridloi Alloh SWT, disenangi masyarakat dan pada umumnya diantara hal-hal yang menentukan, menentukan bagi sesuatu amal atau perjuangan, adalah akhlaq. Banyak orang ang diangkat oleh Alloh SWT, karena akhlaqnya, tapi juga sebaliknya, banyak orang yang di jauhkan Alloh SWT sebab akhlaq yang bejak. Banyak !.. pokoknya tafakkur, mengenai fadilah dan kebaikannya akhlaq dan ibadah lain-lain.
Tafakkur!. Makin banyak di tafakkuri makin banyak pengaruhnya yang baik-baik dan positif bagi kejernihan jiwa seseorang. Tafakkur bab dnia atau kejadian-kejadian atau pengalaman-pengalaman sejarah. Misalnya dunia itu suatu yang dikecam oleh Alloh SWT buat orang yang mengejar-ngejar dunia, melampaui batas.

 •   
( Ketahuilah! Sesungguhnya manusia sungguh melampaui batas )

      
( Bermegah-megahan Telah melalaikan kamu, sehingga masuk ke dalam kubur ).

Kamu semua, hai!. manusia pada umumnya atau sebagian besar. Senantiasa terpacut oleh loba-lomba soal cinta dunia sampai kamu mati dicabut malaikat Izroil.

       
(Dan tiadalah kehidupan dunia itu, selain dari main-main dan senda gurau belaka)

(Dan tiadalah kehidupan dunia itu, selain dari main-main dan senda gurau belaka)

Itu menjadi bahan tafakkur terhadap dunia. Disamping itu orang punya dunia makin banyak repot, luar maupun dalamya. Dan makin kuatir. Kuatir mengalami kerugian, kuatir pencurian atau ditipu atau dihambur-hamburkan pegawainya dan lain-lainnya. Disamping itu lagi pada suatu waktu dipisah jauhi oleh dunia, atau meninggalkan dunia dengan paksaa. Disamping itu lagi ada dawuh :

ARAB 96

(Dunia yang halal tetap dimintai pertanggung jawaban).

Dan “wa man husiba ‘udziba” barang siapa dimintai pertanggung jawaban berarti disiksa, yang haram, otomatis tetap haram. Itu belum lagi kalau disalah gunakan.
Jelasnya, cara mencari dunia itu kalau melaui jalan halal masih akan dimintai pertanggung jawabanya. Belum lagi mengenai pengeluarn atau penggunaannya. Disamping itu tadi, ditinggalkan atau meninggalkan dengan paksa. Dipaksa oleh maut atau kehancuran misalnya. Lhaa itu otomatis kalau orang banyak tafakkur tentang dunia lalu tidak berlarut-larut mengejar dunia. Atau kurang didalam ngongso-ongso cari dunia. Tafakkur kepada dunia umpamanya sekarang kay, besoknya sudah melarat. Banyak !. sekarang kaya, sebentar lagi di tinggalkan oleh kekayaanya itu atau meninggalkan kekayaan itu dengan paksaan, ............... maut !.
Tafakkur soal keremajaan. Kalau orang terutama para remaja mau tafakkur soal-soal keremajaan, dapat buahnya yaitu menghindarkan soal-soal yang merugikan, dan dapat mengambil manfaatnya segala sesuatu yang ditafakkuri. Kalau mau tafakkur betapa nilmat Alloh SWT diberikan, diberi hidup senantiasa bisa bernafas, senantiasa diberi kesehatan, senantiasa diberi iman dan islam diberi sadar, di beri menyadari kesalahan dosa-dosanya. Otomatis dapat mengedoki/mengakui kesalahan-kesalahannyadan dosa-dosanya. Otomatis orang makin banyah tafakkur soal pemberian, makin banyak tanggapanya, makin senang dan makin menghormat pada sipemberi. Makin mendalam kepada nikmat-nikmat pada sipemberi. Itu banyak-banyak tafakkur. Tafakkur itu penting. Bahkan tafakkur itu kuncinya dari pada segala keadaan yang menonjol. Para hadirin hadirot bukan hanya dalam bidang kesdaran kepada Alloh saja tetapi segala bidang tafakkur memegang peranan penting.
Tanpa mengunakan mental, manusia tidak akan bisa maju. Maju dalam segala apa yang dikerjakan atau yang dicita-citakan. Penemuan-penemuan baru dan kemajuan-kemajuan dibidang ilmiah, bidang tekhnologi, bidang sosial dan lain-lain bidang perdagangan, bidang kesehatan dan sebagainya adalah buah dari pada tafakkur. Adanya kemajuan sejarah kemajuan dunia, yang pada zaman purbakala masih dalam keadaan primitif yang sederhana sekali, zaman batu sebelum ada zaman bei, orang masih seperti hewan umpamanya, lalu makin lama makin maju, sehingga dalam abad 20 ini sudah begitu setinggi langit kemampuan umat manusia, dapat naik ke planet kebulan dan dapat mengali dan menemukan mesin-mesin yang serba modern serba otomatis, semua itu modal yang paling pokok dalam tafakkur-mengali !. begitu hubungan kepada Alloh SWT yang paling pokok adalah tafakkur . adapun bidang lain harus dilaksanakan sepenuh mungkin. Tapi justru hal itu merupan hasil dari tafakkur. Tidak boleh hanya tafakkur saja !. tidak boleh beranggapam bahwa karena bertafakkur sudah mendapatkan sesuatu yang baik, lalu tidak melaksanakan yang baik hasil tafakkur itu. Kalau sudah diketahui yang baik tapi tidak dijalankan, sudah ketahui yang jelek tidak dijauhi, apa gunanya tafakkur ?
Dus. Buah dari tafakkur yaitu dapat memilih barang yang baik, dan menjauhi soal-soal yang buruk, dapat memanfaatkan dan sebagainya. Itu hasil tafakkur.
Orang umumnya dalam keadaan perselisih, itu umumnya merasa benar sendiri-sendiri. Tapi kalau orang mau tafakkur dengan tafakkur yang obyektif, tahulah dia dimana duduk salahnya yang sebenarnya. Tapi terkadang sudah tafakkur dan sudah menyadari, tapi karena kuatnya dorongan nafsu sehingga tidak taat pada tafakkur atau pertimbangan hati. Malah buat atau keputusan dari tafakkur atau pertimbangan hati. Malah barang kali para hadirin hadirot, umat dam masyarakat sebagian besar tahu menyadari, tapi pengertianya dan kesdaranya itu masih jauh kalah dari pengaruh nafsu. Nafsu mereka masing-masing. Ya sudah mengerti dan menyadari bahwa nafsu itu begini begitu, tapi masih terlalu kalah.
Para hadirin hadirot, dalam keadaan yang kritis, yang gawat ini, disamping yah !. soal tafakkur terus kita tingkatkan kita sempurnakan kita haluskan kita harus banyak berdepe-depe kepada Alloh wa Rosuluhi SAW. Ini usaha lahiriyah. Usaha tafakkut begini begitu. Umumnya umat masyarakat tahu soal yang jelek, tahu soal yang baik, tahu ini merugikan orang lain taua menguntungkan orang lain, ini pada umumnya tahu. Tapi malah justru mereka tahu, itu para hadirin hadirot, pengetahuan dari pengertian mereka itu malah justru digunakan untuk mencari jalan agar supaya keinginan nafunya terpenuhi.
Para hadirin hadirot, yah maaf. Mari para hadirin hadirot, mengunakan tafakkur menggunakan koereksi. Dan dalam pada itu mari memperbanyak tadlorru depe-depe kepada Alloh SWT.

AL FAATIHAH ........................

Dikatakan bahwa diantara syarat-syarat menjadi wali Abdal harus memiliki empat soal. Yaitu satu ‘Uzlah seperti yang baru kita bahas. Dua, diam memanglah soal bicara taua perkataan atau pembicaraan, banyak orang yang dibunuh karena omongan. Orang dipenjra karena bicaranya. Pokoknya banyak soal omongan menjadi sumber kejatuhan seseorang, banyak !. orang yang dikecam oleh Alloh SWT, sebab omongannya banyak. Tiga, lapar begitu juga soal lapar. Banyak hal-hal yang berhubungan dengan lapar. Adanya nafsu berkobar-kobar, nafsu apa saja terutama nafsu bahimiyah, nafsu sabu’iyah, nafsu syaithoniyah itu karena dalam keadaan kenyang (tidak lapar). Karena kenyang lalu mendorong kepada nafsu. Karena itu disyaratkan lapar. Keadaan lapar daya tahan terhadap nafsu lebih kuat. Keempat, berjaga/melek.
Dus!, kalau orang kenyang, maka lalu nafsu bahimiyahnya makin kuat. Nafsu amarahnya main kuat, nafsu sabu’iyah makin kuat. Dan mengakibatkan banyak tidur. Orang tidur berarti umumnya tidak berguna, hilang begitu saja.
Itu tadi ‘uzlah, menyendiri, diam tidak banyak bicara, lapar dan melek (terjaga), itu setengah dari pada syaratnya menjadi wali Abdal. Wali itu ada tingkatan-tingkatan. Ada tingkatan Abdal. Itu termasuk diantara wali kelas berat Abdal.
ARAB 99

Demikia itu tadi bagi oarang yang tidak ada yang menarbiyah, tidak ada pembimbingnya tapi kalau ada yang menarbiyah harus kumpul dengan orang yang menarbiyah atau membimbing. Yaitu AL KAAMIL MUKAMMIL. Harus menyerah ongkokkan kepada orang yang menabiyah. Hidup matinya pokoknya jiwa raganya, segala sesuatunya harus diserah bongkokkan. Tapi dalam berkumpul bergau itu ada adab-adab yang harus dipenuhi. Antara lain jangan sampai berlaku (beradab) yang tidak berkenan dalam hati orang yang memberi tarbiyah. Menjaauhi perbuatan-perbuatan atau cara-cara yang tidak berkenantidak mengenakkan kepada yang mentarbiyah. Pokoknya kalau orang banyak tafakkurnya akan tahu ini merugikan , ini kurang lama, ini kebanyakan, ini kurang banyak dan sebagainya.
Kalau orang sudah bebas dari imprealisme nafsu, otomatis dia termasuk minal ‘arifin, biar campur gaul dengan orang sejagad yang tidak tahu apa-apa. Campur atau tidak campur sama saja. Tidak terpengaruh kecuali oleh Alloh SWT saja
Lebih-lebih akhir-akhir inibanyak sekali acara-acara yang mempengauhi. Soal benda yang mengkilat dan sebagainya, terpengarush, kepingin. Tapi kalau orang sudah bebas dari impria;is nafsu biar campur orang sejagad benda yang mengkilat tidak terpengarus, malah mempengaruhi dapat memanfaatkan.
Para hadirin hadirot, barang kali pengalaman yang sudah dialami didalam Wahidiyah seperti sama-sama kita rasakan, kita boleh, malah dianjurkan kumpul (awon) bergaul dengan syarat FAFIRRUU ILALLOOH WA ROSULIHI SAW !.dengan syarat dengan berkumpulnya itu dimanfaatkan untuk Fafirruu Ilallah wa Rosulihi SAW bua pribadi sendiri-sendiri dan orang lain yang akan diajak bicara atau dipergauli lebih-lebih akhir-akhir ini orang lain. akan kumpul, akan mencil (mengasingkan diri).
Itu sulit.Banyak resikonya.Atau andai kata sudah dapat menyenidri menjauhkan dari orong ramai, kok itu bisa dipertanggung jawabkan juga belum. Malah terkdang sebaliknya. Orang mencil itu manfaatnya antara lain seperti yang kita bahas.Yaitu mau menggunakan fikirannya dan menjaui masyarakat. pikirannya digunakan untuk menggali apa-apa yang diridloi Alloh SWT ,tapi kalau tidak tepat melasanakannya, disiu ada kerugiang-kerugian yang sedikit ,misalnya misalnya soal ‘uzlah atau menyepi.Entah gua selomangklin, entah didalam kamar kerugiannya antara lain, ilmu-ilmu yang seharusnya dimiliki, tapi belum dia miliki otomatis ilmu-ilmu yang diridloi Alloh SWT, atau ilmu-ilmu yang mendekatkan diri kepada Alloh SWT, otomatis dia tidak memilikinya kalau tidak kumpul dengan masyarakat.Atau ilmu-ilmu yang menjauhkan diri dari Alloh SWT, yang dia tidak mengetahuinya itu tidak dapat diperoleh kalau dia ‘uzlah menyendiri dari masyarakat ramai atau mungkin didalam ‘uzlah itu kalau tidak tepat salah guna. Sekalipun tidak diucapkan dalam hati terutama dilisan, dia ngebleng atau mencil tidak kumpul orang itu punya rasa supaya dia dihormat, itu mungkin saja terjadi. Sebab syirik khofi itu, lebi halus dari segala yang halus. Maka kalau tidak betul-betul telti, mudah sekali kemasukan syirik khofi tidak merasa. Yah, bahkan sekalipun BILLAH gampang diucapkan lisan, tapi pengetrapanya dalam hati jauh lebih berat dari pada ucapan lisan atau, sekalipun BILLAH dihati, apakah sesungguhnya betul-betul BILLAH kah atau belum, itu harus senantiaa dikoreksi diteliti yang jelimet.
Dus, didalam Wahidiyah tidak seperti apa yang diterangkan didalam pengajian ini. Sebab disamping berat yang hanya dilaksanakan oleh satu dua orang soal ‘uzlah menyendiri dari orang banyak, Wahidiyah itu sifatnya perjungan. Perjuangan untuk ummat dan masyarakat. Tidak hanya untuk perorangan saja tapi disamping untuk ummat dan masyarakat. Kita harus berusaha sekuat mungkin. Yah mudah-mudahan para hadirin hadirot perjuangan kita, perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW. Mudah-mudahan membawa fadlol yang sebesar-besarnya dari Alloh SWT. mudah-mudahan di dalam Wahidiyah dianjurkan untuk berhubungan dengan ummat dan masyarakat dalam segala bidang, tapi dengan syarat supaya hubungan itudimanfaatkan untuk Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW. Bagi masing masing kita dan bagi mereka yang kita ada hubungan.
Disini antara lain disebutkan :
Yaitu setengah dari firman Alloh SWT kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam :
ARAB 102
Nabi Musa ‘Alaihissalam antara lain diperintahakan menyendiri dan diberi peringatan seperti diatas. Maksudnya bahwa semua orang, saudara atau kawan yang tidak mendasari persaudaraan atau kawan itu dengan prinsip tolong menolong kepada yang diridloi Alloh Ta’ala, itu maksiat atau musuh dari Alloh Ta’ala “Falaa tashab !.” Jangan berkawan. Didalam Qur’an kita sering-sering mendengar atau membaca yang maksudnya kurang lebih bahwa besok di akhirat bahwa akan ada suatu peristiwa dimana diantara orang yang bersaudara atau berkawan ketika di dunia menjadi saling musuh-musuhan satu sama lain.
“ Illal muttaqin”
       
(‘Teman-teman akrab pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali orang-orang bertaqwa”.)

Kecuali mereka-mereka yang yang didalam berteman atau persaudaraan itu didasari taqwa atau didasari
Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW.
Para hadirin hadirot, kita perlu mengadakan koreksi-koreksi yang menyeluruh, bagaiman kita hubungan dalam pengajian ini. Kalau mengikuti cara Wahidiyah kita dipersilahkan mencari kawan dan hubungan. Tapi harus selalu kita tinjau apakah hubungan-hubungan kita didalam kita punya hubungan-hubungan itu, apakah sudah memenuhi syaratkah atau belum. Itu perlu senantiasa kita koreksi, kita tafakkuri dan kita laksanaklan apa-apa yang menjadi kesimpulan dari kita punya tafakkur itu. Kalau belum memenuhi syarat, berarti kita mengalami kerugian. Dan bagi yang sudah memenuhi syarat,harus terus ditingkatkan. Kita tingkatkan cara-cara hubungan kita dan didalam kita tasyakur atau mensyukuri apa-apa yang sudah kita peroleh. Tasyakur kepada Alloh dan ,terima kasih kepada sesama yang ada hubungan hak dengan nikmat-nikmat yang kita peroleh. Kalau orang sudah sadar kepada Alloh SWT, biar kumpul dengan segala makhluq tidak apa-apa. Tidak terpengaruh. Tapi ya itu tadi, kita harus “TAQDIMUL AHAM FAL AHAM”. Ditempat lain dikatakan bahwa orang yang sudah sadar kepada Alloh SWT berarti dia senantiasa “fii hadlrotillah” dihadapan Alloh SWT seperti didalam buku Kuliah Wahidiyah kalau tidak salah disebutka :
ARAB 103
( Hati orang ‘arif Billah orang yang sadar kepada Alloh itu merupakan “hadlrotullah” dan anggota panca indranya merupakan pintu-pintu dari hadlrotulloh itu. Maka barang siapa hubungan mendekat kepada ‘arif dengan hubungan dan cara-cara pendekatan yang tepat, terbukalah baginya “hadlrotullah” itu )

Orang sowa menghadap dihadapan Alloh SWT harus beradab, yang sungguh-sungguh beradab. Setengah dari pada adab yaitu diam. Diam !. Menunduk !. Hatinya menunduk !. Matanya jangan samapai jelalatan !. Matanya ditundukkan. Mata hatinya yang harus menunduk. Telinga hati harus ditutup atau disumpet.
Para hadirin hadirot, kiranya pengajian ini cukup sekian dulu. Waktu dan tempat dipersilakan kepada Penyiar Pusat.

SAMBUTAN DARI PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT

Disampaikan oleh Bapak A.F Badri.
Pokok-pokok isi sambutan anatara lain mengajak kembali seperti ajakan-ajakan minggu yang lalu, yaitu mengadakan persipan-persiapan yang lebih kongkrit lahir dan batin. Hubungan akan berlangsungnya Mujahadah Kubro Wahidiyah peringatan Isro’ Mi’roj 1397 H. Yang akan dilangsungkan tanggal 30 Juni, tanggal 1,2,3, Juli 1977 M, di Pusat Wahidiyah Kedunglo. Selaku wakil Panitia penyelenggara mengharap do’a restu mudah-mudah para Panitia dikaruniai kekuatan lahir batin, kompak dan seia sekata dalam ta’aawun gotong royong melaksanakan tugas-tugas penyelenggara Mujahadah Kubro itu sehingga benar-benar diridloi Alloh wa Rosulihi SAW. Membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya. Fiddini waddunya walakhiroh amin !.
Selanjutnya atas nama Badan Penerbit Wahidiyah minta maaf bahwa Kuliah mingguan edisi yang kelima yang seharusnya terbit hari ini karena suatu hal tidak dapat terbit. Insyaalloh minggu depan muncul bersama dengan edisi ke 006 sekian sambutran dari Pusat.

KEMBALI ROMO YAHI

Para hadirin hadirot, mari apa-apa yang sufdah disampaikan oleh Penyiar Pusat tadi kita perhatikan dengan sungguh-sungguh !. Terutama hubungan dengan Mujahadah Kubro yang tinggal beberapa hari lagi. Mujahadah Kubro yang akan datang mempunyai keistimewaan-keistimewaan antara l;ain yang sudah-sudah Mujahadah Kubro tiga malam, sekarang empat malam, dan malam yang pertama yaitu malam jum’at adalah Mujahadah Kubronya para Panitia Penyiar Sholawat Wahidiyah dari tingkat Pusat, Kabupaten dan seterusnya, mari sekali lagi kita perhatikan dengan sungguh-sungguh dengan menggerakan sebanyak mungkin kemampuan kita lahiriyah dan batiniyah, kemampuan moril dan kemampuan materiil !. Kedua moril dan materiil itu dibutuhkan sekali bagi terlaksananya Mujahadah Kubro sesempurna mungkin. KeadaanMujahadah Kubro yang akan datang antara lain tergantung menurut tanggapan kita. Lahiriyah dan batiniyah kalau perhatian kita lebih banyak otomatis hasilnya lebih banyak, makin manfaat, makin sukses, makin diridloi Alloh wa Rosulihi SAW. Diantara kita tentu tidak seorangpun yang tidak menginginkan Mujahadah Kubro itu lebih sempurna lebih diridloi Alloh wa Rosulihi SAW. Mari para hadirin hadirot kita konsekwen terhadap keinginan kita dan harapan kita itu. Mari konsekwen lahir dan batin, kalau kita kurang perhatian, munkin kelak di tuntut oleh Mujahadah Kubro itu sendiri, oleh keyakinan kita !. Disamping ummat dan masyarakat makin parah lukanya jauh dari Alloh wa Rosulihi SAW. Mari kesempatan ini kita manfaatkan untuk.

ALFATIHAH.....................................!









































PENGAJIAN KITAB AL HIKAM 1 HAL 17

ARAB 106
ِبـسْمِ الله ِالرََّحْمَـنِ الرَّحـِيْمِ


(Bagaimana mungkin hati bisa bercahaya, sedangkan segala yang ada masih melekat didalamnya)

Hati tidak bisa bening atau padang, selama hati itu masih selalu mengingat-ingat makhluq, mengingat atau meyakini bahwa makhluq itu dapat menguntungkan atau merugikan, dapat memberi manfaat atau membahayakan. Selama hati itu senantiasa menjagakan pada makhluq dalam segala hal, selama hati masih terpengaruh atau terkintil-kintil pada makhluq, hati yang begitu itu tidak dapat bersih, bebas dan bercahaya. Artinya senantiasa terpengaruh dan ditawan oleh makhluq.

ARAB 106

Dan apa mungkin hati dapat sowan menghadap kehadirot Alloh SWT, sedang dia masih dikuasai oleh nafsunya. Hati yang senantiasa nuruti kepada nafsunya. Tidak bisa sowan. Dihadapan Alloh Ta’ala. Hati kalau tidak bening, tidak bersih dari pengaruh oleh makhluq otomatis dia selalu tunduk kalah kehendak nafsunya.

ARAB 106

Apa mungkin dapat diharapkan bisa sowan kehaddlrotulloh hati yang belum suci dari junub kelalaianya, masih selalu nuruti nafsunya

ARAB 107

Bagaimana orang masih hadats junub tidak boleh masuk kedalam masjid. Demikian juga orang yang masih dikuasai oleh nafsunya, masih terpengaruhkepada memandang makhluq, dilarang sowan kehadirot Alloh SWT.
Para hadirin hadirot!. Mari kita koreksi hati kita masing-masing. Kita masih terpengaruh oleh makhluq atau tidak, mari kita adakan koreksi. Kalau masih terpengaruh berarti butek hati kita. Belum bersih. Kalau hati tidak bersih ototmatis dikuasai oleh nafsu, kalau hati dikuasai nafsu, otomatis tidak bisa sowan dihadapan Tuhan. Jadi hati yang bisa sowan menghadap kepada Tuhan ialah hati yang tidak melupakan Tuhan. Hati yang tidak lupa pada Tuhan. Yaitu hati yang tidak terpengaruh oleh nafsu, hatiyang tidak terpengaruh oleh nafsu, yaitu hati yang tidak terpengaruh oleh makhluq. Kalau hati masih terpengaruh oleh makhlauq terpengaruh dengan takut atau mengharap, itu namanya masih dikuasai oleh makhluq, memandang itubermanfaat itu membahayakan itu merugikan itu berarti tewrpengaruh oleh makhluq.
Mari para hadirin hadirot, kita tinjau keadaan hati kita!. selama kita mengahdapi segala sesuatu, terpengaruh oleh segala sesuatu itu atau tidak, mari kita tinjau. Kalau kita terpengaruh oleh segala sesuatu yang kita hadapi, itu berarti kita dikuasai oleh segala sesuatu yang kita hadapi itu. Ini menguntungkan, ini merugikan, ini pahit, ini manis dan sebagainya. Moril materiil, masih terpengaruh oleh segalanya itu. itu namanya ............. ya pengeruh. Kalau terpengaruh berarti dikuasai oleh imprealisme nafsu dan otomatis tidak bisa sowan menghadap Tuhan.
Mari para hadirin hadirot, kita tinajau pribadi kita masing-masing. Ilmiyah gampang, hanya sekian kata, tapi sekalipun ilmiyah gampang, dalam prakter hati kita, mari kita tinjau. Ketika kita merasakan pahit atau manis ketika mengalami unrung atau rugi, mengalami senang atau gembira atau susah tau sedih, mengalami takut atau berani mengalami ... ya segala keadaan yang kita alami lahiriyah atau batiniyah kedalam atau keluar, moril ataupun materiil, itu sudah senantiasa BILLAH kah atau tidak?. Mari kita koreksi, kalau beri’tikat atau merasa bahwa merasa segala sesuatu itu tadi “taduruu wa tanfa’u”- membahayakan atau memberi manfaat, itu berarti bahwa tidak ada kesadaran BILLAH. Siapa membanggakan atau menonjolkan usahanya atau perjungannyaitu berarti tidak BILLAH. Dus. Kita didalam mengalami segala sesuatu paling sediki harus ingat BILLAH. Kalau tidak ingat BILLAH itu berarti masih dikuasai apa yang kita hadapi. Berarti masih buteh hati kita. Tidak bening atau syirik khofi, merasa ada yang berkuasa selain Tuhan. Kalau lupa pada Tuhan berarti syirik khofi. syirik khofi adalah suatu dosa yang besar orang yang syirik khofi tidak BILLAH. Otomatis dia ujub dalam segala amaliyahnya atau in\badahnya senantiasa ujub. Membanggakan atau merasa punya keistimewan. merasa punya keistimewan dalam suatu istilah dikata ujub. Orang yang beramal dengan ada ujub, tidak diterima dan kecam!. Atau sekaipun kita sedang tidak melakukan amal ibadah atau suatu perbuatan, sekalipun tidak merupankan suatu perbuatan, atau ibadah, itu namanya mengambur-hamburkan waktu. mengambur-hamburkan suatu kesempata atau hal-hal yang tidak diperkenankan. Atau istilah lain tidak mensyukuri kepada nikmat Tuhan. Dia tidak menyadari bahwa mendapat nikmat berupa dapat berbuat. Berarti dia menyalagunakan nikmat. Tumpuktumpuk negatif atau kesalahan.
Dari itu para hadirin hadirot, mari kita koreksi keadaan kita. Sudah senantiasa tepaaaaatkah atau belum ?. itu adanya koreksi atau peninjauan kembali. Kalau belum tepat,mari kita tepatkan. Mari bersama-sama bertaubat. Yang sudah tepat, mari terus kita tingkatkan sedapat mungkin.
Dus hati yang bute, yaitu hati yang masih terpengaruh oleh suasana atau makhluq “Al akhwaan” = segala yang ada = makhluq. Terpengaruh takut, terpengaruh cinta. Terpengaruh mengaharap atau kuatir, itu berarti hati yang masih butek atau gelap buta. Berarti masih dikuasai oleh nafsu. Tapi hati yangbening bercahaya, tidak dapat dikuasai oleh nafsu, malah sebaliknya dapat megusai nafsu dapat memanfaatkan nafsu. Memanfaatkan nafsu untuk kendaraan menuju kebahagiaan hidupnya lahir dan batin dunia sampai akhirot yang diridloi Alloh SWT.
Saya ingin begini, dan saya bisa. Ini namanya dikuasai oleh nafsu. Tunduk pada nafsu. Ini kalau hati butek atau gelap atau buta, selalu dikomando oleh nafsu, nuruti nafsu. Kalau begitu, dia yang seperti itu dioa selalu atheis. Tidak merasa bahwa Tuhanlah yang senantiasa mencipta, yang senantiasa menghendaki segala sesuatu..
Dalam istilah Wahidiyah orang yang bening atau padang hatinyaotomatis senantiasa LILLAH-BILLAH. Hati yang butek atau gelab atau buta otomatis selalu LINNAFSI- BINNAFSI. Pokoknya ilmiyah sudah cukup jelas gamblang. Tinggal bagaimana praktinya, itu kita masing-masing yang dapat mengukur atau meneliti. Mengalami keuntungan terutama, juga kita masing-masing. Yang mengalami kerugian terutama, juga kita masing-masing. Kalau tidak ada pelaksanaan ilmiayah-ilmiyah tadi dengan tepat, kita disamping lain-lain juga banyak merugikan. Mari para hadirin hadirot!. Menaruh perhatian yang penuh-penuhnya. Didunia ini kalau tidak tepat, ya sekali ini dan kalau tepat ya sekali ini!.
Umat manusia hidup didunia ini dapat diibaratkan orang “boro”. Boro cari pekerjaan kesuatu negeri atau kesuatu tempat pekerjaan pokoknya. Kepasar atau kesawah atau ke perusahaan atau kekantor dan sebagainya. Kalau mengalami keuntungan ya sekali itu kalau rugi ya sekali itu. Kalau untung yang tidak bisa bertambah lagi dan kalau rugi ya tidak bisa ditutup lagi. Kemudia selanjutnya hanya merupakan hasil atau akibat pada keuntungan atau kerugian it tadi.
Dus, saya ulangi lagi. Hati yang gelap dan butek tidak jernih hati yang buta, yaitu hati yang terpengaruh oleh makhluq tidak langsung mengarahkan pandangannya kepada Tuhan pencipta alam semesta. Makan cabe ... pedeeeeesm, minum sirup ........ manis, hanya begitu saja, tidak ada kesadaran BILLAH, itu namanya hati yang masih terpengaruh. Hanya merasakan manisnya guka atau pedasnya sambal hanya merasakan itu saja, pen tidak sadar BILLAH. Itu namanaya masih dikuasai oleh Nafsu!. BINNAFSI. Sekalipun lombok itu pedas. Jadi lombk itu satu, pedasnya soal lain. Atau api, api panas, sesungguhnya bukan api yang panas, jadi yang panas itu BILLAH. Kalau api itu panas berarti api itu kuasa. Padahal sifat Tuhan anatara lain “Qudrat”. Kembali kita sejenak kepada pengajian ‘aqoid waktu masih kanak-kanak. Wujud, qidam, baqok, mukhlafatu lil khawadisi dan seterusnya. Tuhan tidak sama dengan makhluqnya. Ototmatis kalau tidak sama, ya tidak sama, pencipta dan ciptaan tentu tidak sama. Kalau Tuhan bersifat Wujud. Wujudnya makhluq ini disebab diwujudkan oleh Tuhan. Kalau tidak diwujudkan Tuhan, pasti tidak wujud. Dus !. yang ada hanya Tuhan. Kalau lainnya Tuhan ada, ini namanya ada dua dan ini mustahil. Begitu pula kalau dihubungkan dengan sifat-sifat Tuhan yang lain. Qodrat misalnya, karena ini yang paling menonjol. Apabilah Tuhan punya sifat qudrat-kuasa otomatis tidak ada yang lain yang kuasa. Kalau ada kuasa lain, namanya lalu ada yang menyamai Tuhan. Irodahnya begitu juga, karep, kalau Tuhan punya kehendak otomatis makhluq tidak punya kehendak. Jadi adanya sesuatu itu wujud, kuasa atau berkehendak, itu karena diwujudkan, diberi kuasa, diberi kehendak dan sebagainya. Jadi pada hakekanya sesuatu itu sendiri tidak ada, tidak punya kuasa apa-apa, tidak punya kehendak.
Jadi orang pada waktu makan minum dan begitu saja kok pen begitu saja, itu orang yang buta mata hatinya. Kalau tidak langsung pada BILLAH, namanya buta. Syirik khofi !. Dalam perjuangan fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW soal ini prinsip sekali. Paling prinsip. Disamping LILLAH BILLAH. Setiap orang selama mempunyai perasaan pasti mengalami semua itu. BILLAH kah, atau BINNAFSI kah, pasti mengalami. Setiap orang mengalami atau mempunyai perasaan. Kalau tidak BILLAH, otomatis BINNAFSI. Kalau tidak BINNAFSI, otomatis BILLAH.
Mari para hadirin hadirot, ,kita menaruh perhatian yang sungguh-sungguh. Ini soal merata, menyeluruh, tanpa kecuali. Dan ini soal yang pokok. Ya mudah-mudahan kita memperoleh pertolongan dari Alloh SWT. Khususnya didalam soal ini dalam kita usaha, didalam kita berjuang.
ARAB 111
Apakah mungkin dia dapat mengharapkan faham atau mengerti akan rahasia-rahasia yang pelik-pelik terutama, sedangkan dia belum tobat dari kesalahan-kesalahannya.
Orang yang tidak mau tobat, terutama soal dosa syirik khofi, dan umumnya segala maksiat, dia selama belum tobat, belum menyesali dosa-dosanya, belum merubah sikap, dia tiodak akan faham atau mengerti atau menemukan rahasia-rahasia yang diberikankepada orang-orang yang sadar kepada Alloh SWT. Oarang yang diridloi oleh Alloh SWT. Atau orang-orang yang mau tobat dengan sungguh-sungguh. Dus !. Mudahnya orang yang belum tobat dengan sungguh-sungguh, belum merubah sikap, belum membebaskan diri dari nafsunya, tidak dapat memahami atau menemukan rahasia-rahasia seperti yang diberikan kepada orang-orang yang diridloi Alloh SWT.
ARAB 111
Hal-hal yang seperti diatas berlawanan satu sama lain. Padangnya hati dengan cahaya keyakinan yang membaja adalah kebalikan dari gelapnya hati, atau hati yang buta, yang dia senantiasa dikuasai atau terpengaruh oleh makhluq. Aghyar atau Akwaan yang dia jadikan i’timad atau tempat bergantung.
ARAB 112
Dan perjalanan sowan kehadirat Alloh SWT. Dengan memutuskan hubungan dari cengkraman nafsu, berlawanan dengan yang masih berada dalam cengkraman imperialis nafsu. Itu sudah jalas tidak perlu di perpanjang lagi.
Dus kembali lagim Orang yang hatinya masih buteg, berarti tidak punya iman, atau imannya sangat tipis sekali dan dikawatirkan sekali dalam keadaan yang kecil saja bisa lenyap iman itu. Menghadapi ujian sedikit saja mungkin hilang iman itu, lebih-lebih menghadapi keadaan yang berat.
Orang yang hatinya bening, padang senantiasa sowan di hadapan Alloh wa Rosulihi SAW. Sebaliknya orang yang mata hatinya gelap, selalu menjauhkan diri dari Tuhan senantiasa lupa pada Tuhan. Senantiasa LINNAFSI BINNAFSI. Istilah “ jauh ” dan “ dekat ” orang yang senantiasa sadar senatiasa ingat kepada Tuhan. Itu berarti dia dekat kepada Tuhan. Tapi kalau banyak lupa, selalu LINNAFSI BINNAFSI. Berarti dia jauh dari Tuhan. Dalam Buku Kuliah Wahidiyah ada disebutkan kalau tidak salah :
ARAB 112
( Selama engkau merasa “ BII ” – sebab AKU ( Aku Tuhan = BILLAH ), maka engkau dalam posisi yang dekat dengan AKU ( Tuhan ). Sebaliknya selama engkau merasa “ BIKA” ( dengan nafsumu ), maka engkau dalam keadaan yang jauh dari AKU terserah pilih yang mana buat pribadimu ).
Akan menjauh dari AKU Tuhan, atau ingin dekat ?. Atau menjeromos kedalam jurang kehancuran-MU atau ingin selamat disisi-KU ?. Terserah.

ARAB 113
Faham atau mengerti atau dapat menggali rahasia-rahasia itu berlawanan dengan orang yang senantiasa LINNAFSI BINNAFSI yang senatiasa buteg hatinya, yang tidak biasa menemukan rahasia-rahasia. Terutama rahasia LILLAH BILLAH. Rahasianya orang diciptakan dijadikan oleh Alloh itu. Supaya melaksanakan “ LIYA’BUDUUNI”. Orang yang senatiasa LINNAFSI BINNAFSI otomatis tidak mengetahui atau tidak faham, akan menemukan apa sesungguhnya rahasia dihidupka di dunia ini. Lain tidak, hanya itu tadi, “LIYA’BUDUUNI”- mengabdikan diri kepada Tuhan Maha Pencipta.
“Mengabdikan diri” itu ada dua rukun. Satu BILLAH dua LILLAH. Tidak mungkin disebut ibadah kalau tidak mengetahui tujuannya yaitu “Yang di ibadahi”. Dan tidak mungkin......yah pokoknya kesadaran dan pengabdian diri “LIYA’BUDUUNI” itu kumpulnya kesadaran diri dan ibadah.
Jadi kalau orang betul-betul ibadah mengabdikan diri, disamping melaksanakan pengabdian diri, dia bertauhid. Kalau oarang bertauhid. Dia melaksanakan pengabdian diri - ibadah !. Atau dalam istilah LILLAH BILLAH, kalau orang sungguh LILLAH, disamping LILLAH dia BILLAH. Kalau orang sungguh-sungguh BILLAH otomatis dasamping BILLAH-LILLAH. Satu sama lain sekalipun verlainan tapi tidak dapat terpisah-pisahkan. Seperti halnya lumpur. Lumpur terdiri dari tanah dan air. Air saja tidak dapat dikatakan lumpur, begitu juga tanah saja tanpa air tidak dapat disebut lumpur. Dapatnya disebut lumpur karena ada tanah yang bercampur air. Sekalipun airnya sedikit misalnya. Begitu juga “LIYA’BUDUUNI” kumpulnya LILLAH dan BILLAH. Kalau hanya LILLAH saja atau BILLAH saja itu tidak memenuhi syarat rukun “LIYA’BUDUUNI” pengabdian diri kepada Tuhan. Istilah lain sariat dan hakikat harus dijalankan kedua-duanya untuk dapat memenuhi “LIYA’BUDUUNI” pengabdian diri kepada Tuhan.
Dalam tingtkatannya, nomor satu adalah BILLAH. Sebab ini tauhid. Nomor dua LILLAH-pengabdian diri jadi boleh dikatakan, akibat dari tauhid, yaitu pengabdian diri. Tauhid mengakibatkan pengabdian diri. Dalam Qur’an disebutkan :
             
( Maka barang siapa menginginkan bertemu dengan Tuhannya, berbuatlan amal saleh dan jangan mempersekutukan dengan sesuatupun didalam beribadah kepada Tuhannya ).
Umumnya dalam Qur’an soal tauhid. Sebab ibadah adalah buah atau akibat dari pada tauhid. Adapun LILLAH saaja belum BILLAH, atau BILLAH saja belum melaksanakan LILLAH, itu namanya ibadah yang belum sempurna. LILLAH BILLAH sekalipun lain-lain bidang, tapi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam Qur’an :

•      
( Bertaqwalah kepada Alloh ; Alloh memberikan pelajaran kepadamu ; ).

Menurut tata bahasa kalimah : “Wa yu’allimu kumullohu” bukan jawab atau bukan hubungan, seperti dalam kitab tafsir biasa tapi bagi ahli kesadaran, ahli tasawuf, ini dihubungkan sebagai isyaroh. Tapi memang tidak ada hubungan antara “Wattakulloha” dan “Wa yu’allimu kumullohu”. “Wattakulloha”= dan takutlah kamu semua kepada Alloh. “Wa yu’alimu kumullohu”= dan kamu semua diberi ilmu atau pelajaran oleh Alloh. Disini di isyaratkan ada dalamnya. Jadi ahli tasawuf atau ahli kesadaran tidak mengambil dari redaksi begitu saja, tapi diambil isyaroh yang terkandung didalamnya. Sebab kalau diambil dari lahirnya itu redaksi tidak menjadi cocok, Karena bukan hubungan. “Wattakulloha Wa yu’allimu kumullohu” Terkadang ada yang salah baca “Wa yu’allimukumullohu”, menjadi jawab dari Wattakulloha dalam Qiro’ah ya boleh dibaca “Wa yu’allimukumulloh”, dan artinya menjadi jawab dari “Wattakulloha”. Dalam Qiro’ah ya boleh dibaca “Wa yu’alimukumullohu”. Dan arti nya menjadi : dan takutlah kepada Alloh maka Alloh akan memberi ilmu kepada kamu sekalian. Tapi sesungguhnya didalam Al-Qur’an bukan begitu yang dimaksudkan. Lalu apa maksud dari firman yang demikian itu ? Yaitu tadi untuk isyaroh. Mengandung isyaroh jadi perlu diambil tidak dari lahir, tapi dari isyaroh dari batinnya. Dan menguatkan adanya isyaroh itu ialah sebuah hadits Rosululloh SAW :

ARAB 115

un Tha nguoi dung noi se yeu minh toi mai thoi thi gio day toi se vui hon. Gio nguoi lac loi buoc chan ve noi xa xoi, cay dang chi rieng minh toi... http://www.freewebtown.com/gaigoisaigon/

( Barang siapa yang mengamalkan atau mempraktekkan kebaikan-kebaikan yang telah diketahui, otomatis atau pasti.....Alloh memberikan ilmu sesuatu yang belum diketahuinya ).

Yaitu kebaikan-kebaikan yang belum diketahui ilmunya, belum diketahui teorinya.
Ya alhamdulillsh, dintara saudara pengamal Wahidiyah yang maaf kurang pengetahuannya, setelah mempeng dan mengetrapkan sedapat mungkin cara-cara yang digariskan, alhamdulillah tanpa diusahakan atau malah tanpa diduga dia mendapat ilmiah-ilmiah yang penting dan banyak. Alhamdulillah banyak saudara pengamal Wahidiyah yang mengalami seperti itu. Ternyata sederek-sederek yang kurang pengetahuan, setelah mempeng mujahadah-mujahadah dan usaha-usaha mengetrapkan ajaran-ajaran Wahidiyah, alhamdulillah diparingi ilmiah-ilmiah yamg sangat berharga, terutama pengalaman-pengalaman yang hubungannya soal kesadaran kepada Alloh wa Rosulihi SAW, yang diluar perhitungan dan diluar kemampuan usaha ta’alum atau belajar atau mengaji. Yah, pokoknya diluar dugaan dan diluar perhitungan. Sekali lagi alhamdulillah. Barang kali sekalipun tidak sama bentuk dan persentasi banyak sedikitnya insya Alloh semua pengamal Wahidiyah diparingi ilmiah-ilmiah dari amal-amal ibadah dan lain-lain. Sekalipun sati sama lain tidak sama bentuknya atau banyak sedikitnya tapi dalam garis besarnya insya Alloh semua diparingi.
ARAB 116
Ini mengulangi keterangan-keterangan sebelumnya. Dus, Dawuh-dawuh yang pertama tadi disusul dawuh-dawuh sesudahnya, sebagai akibat dari yang pertama tadi. Insya Alloh semuanya itu sudah cukup jelas. Dan nanti akan mennyusul dawuh-dawuh Musonef mengenai keadan yang sesungguhnya.
Keadan yang sesungguhnya hanya satu. Yaitu Tuhan, Tuhan !. Selain Tuhan, tidak ada nanti pada pengajian yang akan datang insya Alloh akan diterangkan. Kalau kita betul-betul mengetrapkan LILLAH BILLAH otomatis akan dapat mengerti dan mengetrapkan pelajaran-pelajaran yang akan datang nanti. Hanya Alloh tok !. Yang ada, lainnya tidak ada. Adanya “ada” itu hanya imitasi atau bayangan,.......dan seterusnya.
Para hadirin hadirot, mudah-mudahan pengajian pagi ini diridloi oleh Alloh wa Rosulihi SAW. Dan mudah-mudahan membawa manfaat yang sebesar-besarnya fiddunya wal akhiroh !. Amin !. Kiranya pengajian cukup sekian saja.

AL-FAATIHAH ! ...............................................................

SAMBUTAN DARI PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT

Disampaikan oleh Bapak KH. Zainal Fanani, Ketua II Penyiar Pusat.

Isi sambutan antara lain diarahkan kepada persiapan-persiapan penyelenggara Mujahadah Kubro Sholawat Wahidiyah dalam rangka memperingati Isro’ Mi’roj Junjungan kita Kanjeng Nabi Basar Muhammad Rosululloh SAW. Antara lain mengajak mereka-mereka yang telah menerima tugas melaksanakan kerja bakti, umumnya para pengamal yang ingin mendarma baktikan tenaga dan fikirannya, juga meterialnya, yaitu bahwa kerja baktio membersihkan dan mempersiapkan tempat-tempat Mujahadah Kubro yang akan dimulai hari senin tanggal 27 Juni 1977.
Mujahadah Kubro kali ini ada perbedaan dari Mujahadah-mujahadah Kubro yang sudah-sudah, mengenai banyak waktunya menuju kearah peningkatan Perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW. Yaitu Mujahadah Kubro yang khusus pra Panitia Penyiar Sholawat Wahidiyah mulai dari Pusat sampai ke daerah-daerah, para imam-imam jama’ah dan sponsor-sponsor Wahidiyah. Yaitu pada malam jum’atnya sebagai mengawali Mujahadah Kubro hari-hari berikutnya. Karenanya diharapkan kepada semua unsur-unsur Panitia dari Pusat sampai Daerah dan sponsor-sponsor Wahidiyah dan juga selainPanitia dianjurkan ikut serta juga, supaya sudah siap di Kedunglo pada jam 16.00 WIB. Hari kamis. Sembahyang ashar sudah dimulai Mujahadah Kubronya Panitia atau Lembaga Khidmah ini. Diperingatkan oleh Beliau dengan

ARAB 117
( Jika permulaan memancar, sukses diridloi Alloh maka pada akhirnya juga memancar dan banyak membuahkan manfaat ).
Karenanya kepada seganap Panitia khususnya diminta perhatian yang serbesar-besarnya, agar Mujahadah yang pertama malam jum’at Mujahadah Panitia ini supaya dapat bening, dapat “asyraqat” bercahaya, sehingga Mujahadah-mujahadah menjadi “asyraqat” juga, sehingga membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi keluarga, ummat dan masyarakat. Jami’al ‘alamin dan makhluq pada umumnya. Sekian antara lain pokok-pokok siaran dari Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat. Menutup siaran ini Beliau Bapak KH> Zainal Fanani mengakhiri dengan “Wa billahit Taufiq wal hidayah wa minar Rosuli SAW, Asy Syafaah wat tarbiyah wa min Ghoutsi Hadzaz Zaman Rodhiyallohu ‘anh An Nadhroh wal Barokah Wal Affaminkum Wassalamu ‘alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh”

KEMBALI DAWUH ROMO YAHI

Para hadirin hadirot, mari dawuh-dawuh dari Pusat tadi kita perhatikan yang sungguh-sungguh,m terutama Mujahadah yang pertama, yaitu malam jum’at Mujahadahnya para Panitia Penyiar Sholawat Wahidiyah dari Pusat maupun Daerah-daerah yang baru pertama kali akan dilaksanakan.
Mari para hadirin hadirot, kita masing-masing mempunyai tangung jawab yang sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya. Mari kita masing-masing dari yamng hadir ini terutama, masing-masing mempunyai tangung jawab atas sukses tidaknya Mujahadah Kubro yang akan datang, tanggung jawab dihadapan Alloh wa Rosulihi SAW. Itu sendiri Para hadirin hadirot !. Mari mulai detik ini segala perhtian dan kemampuan kita curahkan untuk Mujahadah Kubro yang akan datang sehingga benar-benar diridloi Alloh wa Rosulihi SAW. Membuahkan manfaat yang sebesar4-besarnya fiddini waddunya walakhiroh !. Mari Para hadirin hadirot, masing-masing kita merasa saya yang bertanggung jawab 100% dalam segala bidang. Baik dihadapan Alloh wa Rosulihi SAW. Maupun terhadap jami’al ‘alamin !. Ya mudah-mudahan kita terhindar dari soal-soal negatif kepada orang lain, kepada kawan ! mari kita bekerja dengan sekompak-kompaknya. Mari pada kesempatan ini kita mengadakan permohonan-permohonan kehadirat Alloh wa Rosulihi SAW.........!

AL-FAATIHAH............!


( MUJAHADAH )
AL HIKAM 1 HAL 17

بـسْمِ الله ِالرََّحْمَـنِ الرَّحـِيْمِ





ARAB 120
(segala yang ada itu sesunggunya gelap. Adapum kelihatanya ada itu oleh Alloh “menampakkan diri” didalamnya)

“Gelap” berarti sama denga tidak ada. Jika ada Alhaqqu Alloh tidak “menampakkan diri” kedalam apa yang ada itu, niscaya apa yang itu tidak ada.jadi adanya atau wujudnya segala yang maujud itu, karena Alloh berada didalamnya, istilah lain yang agak ringan, karena diwujudkan Alloh. Segala yang ada, apa saja lahir, bathin, didunia dan diakhirat yang ghaib ... duniwi samawi ... segala-galanya.
Adanya segala semua itu tadi karena diadakan atau diwujudkan oleh Alloh. Jadi kalau ada istilah “diadakan” atau “diwujudkan” sesungguhnya tidak wujud. Adanya wujud karena diwujudkan. Tapi, tapi yang pokok jangan hanya ilmiyah saja, melainkan pengetrapan. Pengecakan dalam hati!. Yaitu seperti dalam Sholawat Ma’rifat : Hatta laa naro walaa nasma’a .......... “ melihat, mendengar, meraa, menekuan dengan kesadaran BILLAH, mendengar BILLAH. Dan tang di dengar , suara itu yang BILLAH, yang mendengar BILLAH, yanmg didengar BILLAH. Pendengaran juga BILLAH.pokoknya segala-galanya serba BILLAH. Ini harus dirasa, disadari. Bukan hanya pengertian ilmiyah atau teori.
Begitu juga “Hatta la a naro” melihat, BILLAH yang dilihat jugaBILAAH. Penglihatan juga BILLAH. “Walaa najida” menemukan. Mnemukan apa saja. Denga panca indra lahiriyah maupun bathiniyah. Umum menemukan denga mata, dengan pendengaran, dengan perasaan menemukan sifatnya, atau perbuatanya, atau dzatnyakeadaanya pokoknya umum.
“ Walaa nuhisa” – tidak merasa. “walaa nataharroka”. Tidak bergerak. “walaa maskuna”, tidak diam .... kecuali “ illa bihaa” – melainkan senantiasa BILLAH.
Ini harus dipupuk, denga memperbanyak Mujahadahdan dilatih. Otomatis yang diusahankan dan yang tidak tentu ada perbedaan. Seperti firman Alloh dalam surat Ar-ro’du ayat : 11

           
(Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka sendiri merubah keadaan mereka )

Alloh tidak akan merubah keadaan umat, selama umat itu sendiritidak mau merubah. Tapi sesungguhnya asal mulanya sola ini soal syukur, soal nikmat. Diberi nukmat. Diberi nikmat, mula-mula mau syukur. Tapi lama-lama tidak mau syukur, selama tidak merubah, artinya terus syukur. Maka nikmatnay tidak akan dirubah., ditambah atau dikurangi. Tapi umat itu sendiri yang merubah. Artinya yang meninggalkan atau tidak mensyukuri nikmat itu kalau di tinjau sejarah turunnya ayat. Tapi kalau dilihat harfiyah atau redaksinya pengertianya adalah umum.
Ayat-ayat Al-Qur’an itu ada yang perngertia menurut sejarah, tidak sama dengan perngertian harfiayah atau redaksinnya ayat. Misalnya didalam soal zakat. “Fii sabiilillah”. Dalam sejarah turunya ayat, yang dimaksud dengan sabiilillah adalah orang yang bertempur dimedan perang. Sebahagian dari zakat suapay diberikan kepada mereka yang bertempur Fii sabiilillah. Artinya Fii sabiilillah yaitu asykar atau tentara sukarela, yang tidak menerima bayaran. Cukup dari bayaranya saja, jadi yang berhak menerima zakat dalam pengertian sabiilillah, yaitu sukarela-sukarela yang menjalankan tugas perang dimedan perang. Itu pengetia menurut sejarah. Akan tetapi dalam pengertian dan pelaksaan praktek, sabiilillah itu hukum, yati “sabilul khoiri” segala sesuatu perjuangan yang baik buat agama tentunya, itu bisa dimaksudkan “sabiilillah”. Ini antara lain timbul pertentangan pendapat dikalangan masyarakat kaum muslmin sendiri. Satu pihak berpegang pada pengertian sejarah, bahwa yang dimaksud dengan “Fii sabiilillah”. yaitu orang-orang yang berperang dimedan perang. Itu yang berhak menerima sebagian dari zakat. Pihak lainya memegang kepada isi redaksi dari kalimah dalam ayat tersebut yaitu Fii sabiilillah. adalah Fii sabiilil khoiri.
Kembali kepada kepengajian. Dus!. Kita harus usaha dapatnya merasakan seperti apa yang diutarakan diatas. Yaitu memandang makhluq, kelihatan kholiq, dalam Wahidiyah senantiasa BILLAH Hatta la a naro walaa nasma’a dan seterusnya tadi. Caranya usaha antara lain memperbanyak Mujahadah-mujahadah Wahidiyah. Dilatih hatinya diingat-ingat dan ....... pokoknya dalam segala gerak dan langkah, lahir maupun batin selalu dilatih rasa kesdaran BILLAH. Menjauhi soal-soal yang menjauhkan atau mengahpus atau menutup kesdaran hati pada BILLAH tersebut.
Saya ulangi lagi “al kaunu kuiluhu dlulmah” itu dhulma, gelap. Artinya gelap sama sekali tidak ada . “ wa innama anarohu dhuhuruurul haqqi fihi”. Adapun wujud, karena al haqqu berada didalamnya, atau gampangnya karena diwujudkan Alloh. Makhluq itu sesungguhnya tidak ada. Kerana diadakan atau diwujudkan, berarti tidak ada.
Bayi yang dipegang tanganya oleh orang tuanya, diberdirikan sekalipun kelihatanya bayi itu berdiri, tapi sesunmgguhnya tidak berdiri. Kelihatanya bisa berdiri itu karena di berdirikan. Berarti bayi bisa berdiri itu sesungguhnya tidak ada, ada tapi diberdirikan, begitu semua “al kaunu” atau makhluq lain. Sesungguhnya tidak ada. Kelihatanya ada, karena diadakan atau diwujudkan. Diwujudkan oleh penciptanya, Tuhan SWT.
Bisa juga dikatakan : makhluq itu dalam satu segi, wujud. Karena wiwujudkan, tapi dalam segi lain, tidak wujud, karena ya .... karena memang tidak wujud, tidak ada. Wujudnya. Barang yang diwujudkan berarti tidak wujud sendiri makhluq satu segi hak, sebab diwujudkan Tuhan. Segi lain tidak haq, sebab keadaan makhluq itu sendiri sesungguhnya tidak wujud.
Seperti itu “ Waaqul jaa-al haqqu wazahaqol baatil ... “ ini, soal ini datanglah haq. “ Wazahaqol baatil” dan hancur yan bata ini, soal ini juga memupuk soal tauhid. Kalau orang sadarkepada Alloh SWT. Berarti dalam pandangnya makhluq tidak ada. Pandanganya BILLAH. Yang ada hanya Alloh adanya lin-lain itu sebab BILLAH. Sebab diadakan. Ini namyanya jaa-al haqqu wazahaqol baatil !.
Itu tadi pada sejarahnya. Yaitu ketika Rosululloh SAW. Dengan ummat islam dapat mengusai mekkah, beliau denga tongkat da pedangnya memukul-mukul dan merobohkan berhala-berhala sambil membaca “jaa-al haqqu wazahaqol baatil” !. sekarang telah datang yang haq yaitu tauhid dan islam dan yang batal menjadi hancur, yaitu berhala- berhala dan penyembahan-penyembahan berhala.
Dus !. makhluq itu wujud. Yang wuud hanya Alloh Al Waahid Al Ahad. Wujud sesunggunya hanya satu. Yaitu Alloh lain tidak!. Jadi meyakini sifat-sifat Alloh Al Waahid, harus satu pandang. Wujud hanya satu. Alloh !. lain-lain diwujudkan Alloh. Jadi sesungguhnya tidak wujud. Ada perbedaan sedikit antara Al Waahid dan Al Ahad. Tapi sesungguhnya sama. Maha Esa Satu!. Jikalau satu, tidak ada yang lain. Sifat-sifat yang dimiliki oleh lainnya sifat wujud misalnya. Sifat Alloh jadi yang lain memiliki sifat wujud. Qidam. Qidam itu tidak ada permulaan. Jadi hanya satu. Tidak ada permulaan dlohiran wa batinan. Artinya, kecuali Alloh. Baqok-sekali abadi. Tuhan punya sifat baqok-kekal abadi lainnya tidak ada. Lha itu ahli surga digadang-gadang “khoolidiina fiihaa”, itu bagaimana ? ya karena diadakan. Kalu tidak diciptakan oleh Alloh abadal abadi ya tidak ada. Sama halnya dengan hal wujud tadi abadi, diabadikan yang abadi hanya Alloh
“mukholafatu lil hawaadisi”. Tidak sama dengan lainnya, dalam segala bidang dan segi. “Qiyaamuhu binafsihi” berdiri sendiri atau wujud sendiri. Kalau makhluk, BILLAH. Qiyaamuhu bighoirihi . adanya tergantung kepada yang lain Alloh SWT.
“Qudrot”. Kuasa. Yang kuasa hanya satu. Tuhan Maha Kuasa. Lainnya atau makhluksama sekali tidak punya kemampuan apapun juga. Manusia atau makhluk bisa begini begitu, dimampukan !. BILLAH. “Irodah”- Kehendak, begitu juga. Kalau Tuhan punya kehendak lainnya atau makhluk tidak punya kehendak.
Nuwun sewu ini teori, sekalipun penting tapi yang paling penting adalah praktek. Praktek dalam rasa dalam hati.
Para hadirin hadirot !. mari kita masing-masing koreksi, meninjau keadaan kita masing-masing. Apakah sudah penuh ?, atau masih kosong sama sekali. Atau baru sekian persen, mari kita harus tahu kepada keadaan masing-masing.

ARAB 124

Kata sayyidina ‘Ali orang yang mengetahui atau menyadari kepada kedudukan atau keadaan dirinya, dia tidak akan hancur atau rusak. Kalau dia tahu keadaan dirinya kurang baik, dia tahu tentu dia usaha ke yang lebih baik. Kedudukan dirinya, terutama sebagai hamba.
Dalam pengajian tadi memakai istilah “Dhuhurul haqqi fiihi” atau “ Wujuudul haqqi fiihi” – wujudnya haq didalam makhluk. Ada lagi istilah atau dawuh lain :

ARAB 124
Barang siapa sadar kepada Alloh, dia senantiasa melihat Tuhan di segala sesuatu. Atau dalam Al-Qur’an: surat yunus ayat 101 :

      

Katakanlah : “perhatikanlah apa yang ada didalam langit dan didalam bumi.

Ini maksudnya “roalloha fii kulli syai-in” – melihat alloh di segala sesuatu. Sebagai contoh sebenarnya banyak. Umpamanya melihat sebuah foto. Melihat fotonya, terbayang orang yang punya foto itu melihat. Fotonya kelihatan orangnya. Atau melihat pakaian-pakaian bikinan seorang penjahit. Potongnya begini ini bikinan penjahit anu, melihat pakaian, tahu penjahitnya. Dengan kata lain hati melihat si penjahit dari dalam pakaian. Soal mendengar begitu juga spontan. Mendengar suara mesin mobil, kelihatan mobilnya mendengar suara kawannya dari sebelah tembok. Tapi lantas terbayang kawannya. Padahal ini hanya suaranya yang sampai padanya.
Begitulah kalau orang sadar kepada Alloh SWT. Mestinya otomatis begitu. Melihat tembok, terbayang pencipta tembok. Mendengar, mengingat, memikir dan sebagainya begitu, spontan sadar kepada Alloh SWT. Para hadirin hadirot. Bagaimana keadaan kita, harus ada perhatian. Seharusnya harus seperti itu. Kalau belum begitu itu namanya belum normal. Ibarat orang sakit, masih ada penyakitnya, harus obati. Harus usaha penyembuhan !. kalau memang sungguh-sungguh sudah normal, mestinya senantiasa terus sadar kepada Alloh SWT dalam setiap gerak dan laku lahir maupun batin. Melihat, mendengar, merasa, menemukan, berfikir, berangan-angan, bergerak atau berdiam, seharusnya spontan sadar kepada Alloh SWT !. dan di samping soal tersebut, wajarnya memang begitu, menurut logika dan pengalaman nyata, didalam Al-Qur’an di sebutkan, bahwa dahulu pada zaman “arwah” ketika makhluk lain ditanya kesanggupanya oleh Alloh SWT tapi tidak sanggup, manusia yang menangguhkan diri.

ARAB 126

(Bukanlah AKU ini Tuhan kamu sekalian? mereka (para arwah) menjawab : “balaa-benar ya Tuhan”).

Oleh karena itu para hadirin hadirot, mari kita menaruh perhatian dan berusaha sekuat mungkin kearah kesdaran seperti diatas. Kita diberi kemampuan untuk itu. Kepada soal-soal lain bisa, seperti contoh tadi, melihat pakaian spontan terbayang jahitannya, mengapa terhadap Tuhan. Pencipta kita. Pencipta segala makhluk dan memperuntukkan segala makhluk untuk kita, mengapa tidak bisa begitu ?. ini namanya tidak normal. Harus usaha supaya sembuh dari penyakit hati yang berbahaya ini !. antara lai memperbanyak Mujahadah-mujahadah Wahidiyah.

ARAB 126

(Maka barang siapa melihat “kaum” atau makhluk tetapi tidak sadar bahwa Alloh didalamnya makhluk atau disampingnya, atau sebelumnya, atau sesudahnya, maka orang yang begitu itu telah buta oleh adanya sinar cahaya yang menjadi sebabnya makhluk itu ada. Dan dia berhijab dari bermacam-macam cahaya makrifat sebab kegelapanya makhluk).

“Melihat kaum atau makhluk”. Melihat, merasa, mendengar, mengerti, dan sebagainya.

“Fiihi”. Menyaksikan Alloh didalamnya makhluk. Ini maksudnya seperti itu, orang yang bercermin. Melihat cermin, tapi yang dimaksud sesungguhnya melihat gambar didalam cermin itu berdiri di muka cermin kok tidak melihat gambar didalam cermin tapi hanya melihat cerminnya, ini jelas orang yang kurang terang atau buta penglihatannya. Begitu juga “indahu”, hampir sama yang dimaksud. Istilah Wahidiyah yang paling gampang yaitu, BILLAH. Melihat, mendengar, merasa dan sebagainya ... terus sadar bahwa semua itu BILLAH. Yang dilihat ... BILLAH, yang melihat ... BILLAH penglihatan ... juga BILLAH. Pokoknya semuanya BILLAH. Istilah “qoblahu” – sebelumnya, maksudnya sebelum tampak (terdengar, merasa, mengerti dan sebagainya). Sudah syuhud kepada Alloh ini umumnya dialami oleh mereka yang sedang dalam keadaan “jadzab” orang jadzab yaitu orang yang hatinya senantiasa penuh ingat kepada Alloh. Acara dengan makhluk boleh dikatakan tidak ada. Atau acara dengan makhluk itu hanya sekedar manifestasi atau perwujudan dari keadaan hati yang senantiasa ingat dan sadar kepada Tuhan Maha Pencipta. Oleh karena itu tidak aneh, jika orang jadzab dilihat dari segi lahiriyahnya tidak sama dengan umumnya orang memang seolah-olah tidak normal. Tapi tidak normalnya umumnya orang yang sedang jadzab, tidak sama dengan tidak normalnya orang yang tidak normal malah tidak sedikit haliyah lahiriyah mereka-meraka itu merupakan petunjuk atau kinayah atau peringatan. Tapi disini kita tidak membahas soal jadzab. “auba’dahu” – sesudahnya makhluk. Ini juga dalam pengertian yang hampir sama dengan sebelumnya. Tapi tingkatanya agak lebih rendah. Artinya begitu meelihat makhluk tidak spontan syuhud, kepada Alloh penciptanya, tapi agak sedikit terlambat baru sadar. Tapi dalam pengalamannya tidak dapat digambarkan dengan jarak waktu dan sebagainya. Kesemuanya itu adalah pengalaman zauqiyyah, pengalaman batin, yang tidak dapat diuraikan dengan kata-kata ditangkap dengan kemampuan fikiran begitu saja. Hanya mereka yang sama-sama punya pengalaman batin. Seperti itulah yang dapat memahimi dengan sebetulnya. Jadi sekali lagi pengajian pagi ini adalah menyangkut soal keadaan batin mengenai kesadaranya kepada Alloh. Ya mudah-mudahan kita para hadirin hadirot kita di beri dapat terus meningkatkan kesadaran kita kepada Alloh wa Rosulihi SAW, dan di samping mudah-mudahan kita harus usaha. Usaha dengan segala kemampuan yang. Sebab soal ini adalah soal prinsip yang menentukan sekali.

ARAB 128


Setengah dari pada hal yang menunjukan sifat Qohar ke Maha Kuasaan Alloh SWT. Yaitu engkau dihijab pandangan bathinmu terhadap Alloh dengan sesuatu yang sesungguhnya tidak wujud.
Ini kelanjutan dari dawu diatas, sebaga penjelasan yaitu dawuh “al kaunu kulluhu dhulmah” …. al kaunu atau makhluk itu semuanya gelap atau tidak wujud. Tapi kok ada istilah hijab atau penghalang?. Ini menunjukan kemaha Kuasaan Alloh SWT. Barang tidak ada, tapi ada, artinya menjadi hijab.
Hijab yang paling beasar adalah nafsuh, istilah Wahidiyah. Dan ini yag harus dibrantas . cara membrantasnya yaitu, selagi masih ada diarahkan atau dimanfaatkan untuk “liya’ buduuni”. Istilah Wahidiyah dengan LILLAH-BILLAH, dimanfaatkan, tapi kalau sudah tidak bisa nafsu harus dibunuh. Artinya, apa-apa yang menjadi keinginan dan kemauan nafsu. Nafsu jangan dituruti. Orang kalau belum bebas dari nafsunya atau belum dapat di manfaatkan untuk, istilah Wahidiyah, yaitu LILLAH-BILLAH, LIRROSUL-BIRROSUL, LILGHOUTS-BILGHOUTS, tidak mungkin sadar kepada Alloh. Kata sadar, dalam kitab-kitab disebut “Fanak”. Fanak dibagi tiga bidang.
“Fanak af’al” = Fanak perbuatan. Menyadari bahwa tiada yang berbuat selain Alloh. Melihat atau melakukan perbuatan terus sadar bahwa yang melakukan itu Alloh. Yah ini, sudah maklum, ada alhamdulillah kita para pengamal Wahidiyah sudah banyak merasakan. Tapi masih harus terus ditingkatkan
Kedua “fanak sifat” – menyadari bahawa tiada yang berkuasa yang pandai, yang … yang … pokoknya sifat-sifat Tuhan melainkan hanya Alloh.
Ketiga “Fanak dzat” yaitu laa maujudaa ilallah. Tiada yang wujud selain Alloh. Kadi seperti di yang uraikan dalam pengajian ini tadi, … “al kaunu kulluhu dhulmah …. “ dan seterusnya. Bagi kita wahidiyah, insya Alloh prinsip Ajaran LILLAH-BILLAH, LIRROSUL-BIRROSUL, LILGHOUTS-BILGHOUTS, itu sudah cukup, meliputi apa yang kita bahas dalam pemgajian ini, mari para hadirin hadirot, kita syukuri nikmat dam fadlol Alloh SWT. Yang sangat berharga ini, yaitu denga terus berusaha memelihara apa yang kita miliki. Dan meningkatkan kearah yang lebih baik lagi. Usaha meningkatkan lahir batin denga segala kemampuan yang ada pada kita dan di segala bidang. Bidang pengamalan bidang Mujahadah, bidang Penyian dan sebagainya. para hadirin hadirot, orang yang sadar atau istilah disini syuhud kepada Alloh SWT, adalah … “kullu auqotihi lailatul qodar” segala waktunya menjadi lailatul qodar baginya. Ada lagi dawuh seperti dalam buku kuliah Wahidiyah Insya Alloh ada,

ARAB 129

(Jika seorang hanba mendapat inayah atau ilahiyah, maka menjadilah sedetik dari umurnya sepadan dengan ibadah (lahir) serinu tahun)

Dan banyak lagi, anatara lain sabda sayyidina Ali Karomallohu wajhah :

ARAB 129
(sebaik-baik harimu, waktumu ialah hari atau waktu dimana engkau sadar kepada Tuhanmu)

Itu dawuhnya sayyidina Ali Karomallohu wajhah, tapi logikanya kebalikan dari itu.

ARAB 129

( sejelek-jelek harimu, atau waktunya, yaitu hari atau waktu diamana engkau tidak syuhud, tidak sadar kepada Tuhanmu)

Itu tadi sayyidina Ali Karomallohu wajhah. Agak panjang ceritanya. Yaitu ketika beliau ditanya apa yang paling untuk ibadah ?. beliau menjawab, kebanyakkan orang atau ulama manapun juga dijagad timur dan dijagad barat jawabnya sama yaitu hari jum’at atau hari ‘Arofah atau waktu turunya lailatul qodar bulan Romadhon dan sebagainya tapi kalau menurut saya … yaitu tadi seperti diatas. Malah (ini tambahan saya) sekalipun har jum’at atau hari ‘Arofah atau lainnya kalau tidak sadar kepada Tuhan malah lebih berat. Dan selain “syarru ayyamika” orang yang tidak sadar kepada Alloh SWT. Disamping tidak tepat kalau makin bertambah ilmunya atau amalnya otomatis senantiasa UJUB, RIYA’, TAKABBUR !. Ujub = membanggakan diri, definisi dari Ujub yaitu merasa mempunyai keistimewaan, kebaikan. Aku mujahadah, aku sembahyang …. Pen. Kalu begini sekalipun sudah LILLAH tapi Ujub tidak BILLAH. Amal yang begini tidak diterima olah Alloh SWT. Riya’ memperlihatkan keistimewaan terhadap orang lain, denga kata ataupun perbuatan malah kalau perlu memperlihatkan keistimewaannya kepada Alloh SWT. Ini malah berat. Takabbur !. otomatis ini takabbur, melihat kawannya tidak sembahyang atau tidak mujahadah … lalu dia merasa … mujahadah itu lebih baik dari pada nganggur kalau begitu saya lebih baik dari pada dia. Ini namanya takabbur otomatis !. banyak perbuatan hati istilah orang Jawa “Uneg-uneg”. Yang kalau tidak disertai keadaran LILLAH-BILLAH otomatis Ujub. Riya’ atau Takabbur. Sekalipun hanya angan-angan.!.
Para hadirin hadirot, itulah keburukan-keburukannya yang sangat terkecam selain itu menyalah gunakan. Makhluk ciptaan Alloh SWT. Itu supaya digunakan menjadi “cermin” dia tahu dan sadar kepada Alloh SWT, dari dalam makhluk itu sebab kalau tidak ada makhluk sekalipun dia tahu Tuhan, tapi bukan dari dalam makhluk ini negatifnya. Orang yang makin banyak makhluk dan dilihat, makin banyak-banyak pengalamannya, makin banyak apa yang tanggapi, otomatis makin banyak kesadarannya kepada Tuhan dari makhluk-makhluk yang ditanggapi itu. Selain itu lagi, nuwun sewu, Alloh SWT. Menciptakan makhluk diperuntukkan manusia. Manusia diciptakan … “liyaa ’buduun” dan liyaa’buduun ini disamping LILLAH harus BILLAH!. Tidak mungkin orang mengabdikan diri, kok tidak tahu siapa dan kemana saya mengabdikan diri. Ini tidak mungkin dan tidak boleh jadi, dia tidak tahu. Orang mengabdikan diri paling tidak harus tahu itu tidak boleh disebut mengabdikan diri. Otomatis dia menyalah gunakan, tidak mengecakkan apa resep dari Tuhan.maka dari itu … antara lain disini ada saya tulis :


ARAB 131

Maka segala nafas (ambekan) yang hasilnya tidak menujukan kesadaran kepada Alloh SWT. Dan isyaroh tauhid dengan sungguh-sungguh, dengan darurot artinya otomatis, maka nafas yang mati. Tidak hidup nafasnya. “wa shoohibuhu mas ulun ‘anhu” dan orang yang dimintai pertanggung jawaban besok pada yaumul qiyamah. Karena nafas itu ambekan. Ambekan ini ... nikmat !. harus disyukuri. Syukurnya, yaitu itu tadi seperti diatas.
Orang syukur tidak bisa syukur apabila tidak tahu kepada yang memberi, saya misalnay saudara beri sesuatu, tapi saya tidak tahu saudara, siapa yang saya terima kasih ?. jadi orang syukur itu harus tahu kepada yang memberi. Dan harus tahu barang apa yang diberikan. Kalau tidak tahu yang memberi, dan tidak tahu apa yang diberi ini tidak bisa syukur. Padahal saya dan saudara-saudara semua ini bernafas, punya tangan, kaki dan sebagainya.
Itu tadi yang hubungan BILLAH. Satu nafas tadi tidak sadar kepada Tuhan, berarti menyalah gunakan makhluk semuanya. Satu nafas tidak sadar kepada Alloh SWT. Berarti satu nafas itu menyalah gunakan makhluk ini semua. Disamping menyalah gunakan ambekan atau nafas itu sendiri !. menyalah gunakan badannya sendiri. Menyalah gunakan makhluk semuanya. Itu tadi pentingnya soal BILLAH para hadirin hadirot !. jadi soal BILLAH ini harus 100%. Baik mengenai perbuatan yang tidak sengaja atau yang di sengaja, ini ..... umum. Keadaan maksiat atau tidak maksiat, BILLAH harus,harus seratus persen !. “Khoiri wa syairrihi minolloh” !. Hanya ada dua. Alloh pencittannya dan makhluk yanng dicitakan. Otomatis ada yang baik dan buruk, ada putih, merah dan seterusnya.Ini harus seratus persen BILLAJ-Tauhid.
Adapun bidanng LILAH,harus ada pemisahan.Ini misalna mengenai perbuatan yang disegaja.
ARAB 132



Ini kata Sahal At-Tustati
Segala perbuatan yang diperbuat oleh seseorang hamba tanpa manut LILLAH-LIRROSUL,bai itu tho’at,baik itu maksiat, katanya. Lha maksiat ini kok boleh ini.Mungkin, ini ... maksudnya maksiat yang diorurot. Sering saya sebtkan disamping kita maklumi.Misalnya ada dua macam lobang bahaya,dia mau tidak mau akan terjerumus kedalm salah satu jurang bahaya tadi. Atau dua macam kerugian. Salah satu dari dua macam kerugian pasti akan terjadi. Lha ini harus memilih kerugian atau jurang bahaya yang ringan.Lha ini !. memilih kerugian yang ringan atau jurang kerugian yang ringan ini boleh dikatakan maksiat. Oleh karena itu harus diisi LILALLH.Ini faham bukan?. Ajdi kalau menghahadapi dua soal yang sama-sama brebahaya atau terlarang tapi harus tetap memilih kepada yang salah satu diantaranya.Yang sama dengan dagang,dan lain-lain kalau ada dua kerugian yang mau tidakmau pasti mengalami salah satu dari pada dua macam kerugian itu , kerugian dua atautiga atau pokoknya kerugian lebih dari satu,ini harus milih yang paling ringan.Ini wajib milihnya menurut syariat kalau kerugian itu kerugian haram,atau lebih-lebih kerugian yang berat.kalau begitu,mejerumus kedalam kerugian yang ringan ini.Harus ada dasartnya LILLAH.Klau tigak ada dasar LILLAH otomatis LINNAFSI.
“Fuhuwa ‘aisyun-nafsi”. Kalau tidak LILLAH disini dikatakan:
Penghiupannya menjadi “Aisyun-nafsi”. Makanan nafsu!.
“Wakullu fi’in yafaluhhubil iq tidaak”. Segala perbuatan yang dikerjakan berlandaskan manut. Tidak LILLAH atau LIRROSUL dan LILGHOUTS,itu ‘adhaabun-nafsi.siksaan nafsu!. Siksaan bagi nafsu.
Dus!.kembali lagi soal tauhid,atau BILLAH. Pengajian pagi ini adalah soal tauhid,BILLAH dan jaga AHADIYAH HANYA ALLOH pen!. Ya mudah-mudahan para hadirin hadirot pengajian pagi ini yang isinya palinng, paling prisip ya mudah-mudahan diridloi Alloh SWT, dipringi hidayah taufiq syafaat barokah karomah sebanyak-banyak oleh Alloh wa Rosuulihi SAW wa Ghoutsu hadazzamani wa akwanihi wa saairi ahbabillah rodliyallohu ta’ala ‘anhum sehingga kita sekelurga dan masyarakat mengecakkan melaksanakan yang diridloi oleh Alloh SWT Amiin.


SAMBUTAN DARI PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT.

Disampaikan oleh Bapak KH.Zainal Fanani.
Pokok-pokok sambutan antara lain pengumuman dari panitia mujahadah kubro seksi keamanan, mengenai diketemukannya barana –barang berupa pakaian dll. Kepada yang merasa ketinggalan barangnya supaya berhubungan dengan panitia. Selanjutnya Beliau mengajak kepada para pengamal Sholawat Wahidiyah umumnya untuk terus berusaha meningkatkan usaha perjuangan “Fafirru Ilalloh Wa Rosulihi SAW” terutama sesudah kita sama-sama melaksanakan mujahadah kubro. Peninkatan dalam segala bidang,lahiriyah maupun batiniyah. Lebih-lebih setelah pengajian pagi ini tadi dimana setelah di uraikan kembali soal Tauhid soal BILLAH,kita merasa masih jauh sekali dari apa yang nafas saja nafas yang tidak di jiwai LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL, LILGHOUTS BIL GHOUTS ternyata telah begitu beratnya terkecam karena menodai makhluk seluruhnya. Hubungan dengan peringatan-peringatan Rojabiyah, ternyata Alhamdulillah sesudah mujahadah kubro ini banyak sekali permintaan-permintaan dari daerah-daerah tersebut. Karena itu dari pusat,badan pembinaan dan penyiaran khususnya mohon do’a restu dari para hadirin hadirot khususnya dari hadrotul Mukarom Romo Yai, semoga dalam menjalankan tugas-tugas itu dan umumnya dalam menjalankan hidmah nanti perjuangan Fafirru Ilalloh Wa Rosulihi SAW. Mudah-mudahan di karuniai kemampuanlahir,batin, sehingga apa-apa yang akan dijalankan oleh pusat Khususnya dalam melayani permintaan dari daerah-daerah, benar-benar di Ridhoi Alloh Wa Rosulihi SAW. Membuahkan manfaat dan barokah yng sebanyak-banyaknya terutama bagi perjuangan kesadaran Fafirru Ilalloh Wa Rosulihi SAW. Amin. Demikian antara lain pokoknya isi sambutan dari penyiar Sholawat Wahidiyah pusat yang di sampaikan oleh Bapak KH.Zainal Fanani.

KEMBALI DARI DAWUH-DAWUH DARI HADROTUL MUKAROM

Beliau menakkiti sambutan dari Penyair Pusat, terutama hubungan dengan usaha peningkatan perjungan Fafirru Ilalloh Wa Rosulihi SAW. Dalam segal bidang. Lebih-lebih sesudah kita kita bersama mengadakan Mujahadah Kubro peringatan Isro’ Mi’roj begitu hubungan dengan penyiaran secara batiniyah memohon bagi kegiatan-kegiatan Wahidiyah di daerah-daerah yang mengadakan peringatan rojabiyah.
Akhirnya Beliau mengajak hadirin hadirot untuk menmanfaatkan kesempatan pada akhir pengajian ini dengan mengadakan permohonan-permohonan kehadirat Alloh wa Rosulihi SAW wa Ghoutsu Hadzaz Zamani wa Awaanihi wa sairi ahbaabillaahi rodiyallahu Ta’ala ‘anhum. Permohonan-permohonan bagi kita sekeluarga dan bagi ummat dan masyarakat, bagi perjuangan Fafirru Ilalloh Wa Rosulihi SAW

AL FAATIHAH ...........!.

( MUJAHADAH )




















































HIKAM1 HAL 19

ARAB 136


Gusri Alloh tidak kaling-kalingan. Dan Alloh mewujudkan segala sesuatu. Apakah mungkin Alloh SWT kaling-kalingan. Sesuatu padahal Alloh yang mewujudkan segala sesuatu ini, ini setengah dari pada penjelasan pengajain yang lalu : ..... “AL KAUNU KULLUHU DHULMAH ..... “ Dus tidak ada segala sesuatu itu yang mengijabahi atau mengaling alingi Alloh. Sebab segala sesuati wujudnya kana Alloh, atau karena diwujudkan Tuhn. Ciptaan atau barang yang diwujudkan tidak mungkin mengaling alingi yang menciptakan atau mewujudkan. Malah menjelaskan. Seperti orang penjahit. Penjahit celana misalnya. Apa yang dijahit atau keadaan menjahitnya itu tidak mungkin menutupi si penjahit. Fakta bahwa dia adalah dia penjahit, ini hasil buatannya atau jahitanya.Alloh SWT tidak tertutup oleh segala sesautu apapun juga. Karena Alloh SWT yang menciptakan segala sesuatu itu. Malah justru adanya segala sesuatu itu memperjelas kepada Alloh SWT, yang menciptakan segala sesuatu itu, tidak ada yang menyamai
Nuwun sewu, para hadirin hadirot. Pengajian pagi lau lau dan sekarang ini adalah yang paling prinsip. Soal inti dari pada pengajian HIKAM. Soal yang paling inti dari pada perjungan Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW. Yang paling penting dari ajaran yang dibawah Rosululloh SAW, dan bahkan yang paling inti dari pada ajaran-ajaran yang dibawah Rosul utusan-utusan Tuhan ‘alaihumus sholatu wassalam. Bahkan Alloh SWT menciptakan makhluk justru karena itu. Jadi pokok sekali. Penting sekali. Seperti yang nampak denga jelas dalam kupasan “BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM”. Maksud segala kitab yang diturunkan oleh AllohSWT kepada para Rosul tercakup didalam AL QUR’AN, isi dari Al Qur’an seluruhnya tercakup dalam AL FAATIHAH.Isi atau maksud dari AL FAATIHAH tercakup dalam BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIIM teringkas dalm “BAK”nya yang dimaksud dengan “BAK” yang mencakup segala itu tadi ialah :


ARAB 136


(Sebab AKU Tuhan adanya barang yang sudah ada, dan seba AKU akan adanya barang yang akan datang)

Sebab Alloh, Alloh pencipta apa yang telah ada yang telah wujud dan apa yang akan tercipta atau sedang tercipta – BILLAH. Segalanya BILLAH. Disamping kesimpulan itu “BAK” maknanya lagi “lil-iltishok”, yaitu untuk menenukan atau menghubungkan.
Jadi Alloh SWT menurunkan kitab-kitab atau mengutus para Utusan para Rosul ....... mencipta segala makhluk, ialah Alloh akan mengadakan hubungan dengan hambanya. Atau hambanya supaya hubungan dengan Alloh SWT. Dan hubungan itu, tidak mingkin jika tidak tahu denga siapa yang dihubungi. Seperti halnya mengabdikan diri. Mengabdikan diri kepada siapa, itu kalau tidajk tahu, tidak bisa jadi mengabdikan diri.
Dus!. Sekali lagi, pengajian minggu yang lau “ al kaunu kulluhu dhulmah”....... dan seterusnya, sampai pengajian pagi ini adalah yang paling pokok dari pada isi pengajian AL- HIKAM, perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW yang pokok adalah soal in. Ini merupakan pengecakan dari syahadat yang kesatu, “ Asyhadu an laailaaha illalloh”
Dus tidak mungkin Alloh, ditaburi oleh apapun juga. Segala makhluk secara langsung diketahui oleh Alloh SWT. Dan mestinya segala makhluk secara langsung, sperti nanti penjelasn dibelakang. .... segala makhluk tahu kepada Alloh SWT. Si pencipta karena Alloh SWT menciptak segala makhluk, secara langsung tidak pakai perantara. Sekalipun ada perantara tapi perantara yang sama sekali tidak mempengaruhi. Tidak menjadi sebab. Oleh karena kalau perantara itu mempengaruhi berarti perantara mempunyai qudrat mempunyai kekuasaan atau kemampuan. Padahak hanya Alloh yang mempunyai sifat qudrat atau kemampuan. Kalau begitu, jelas bahwa sebab atau perantara itu tidak mempengaruhi, tidak menaksiri sama sekali. Karena itu, otomatis secara langsung segala makhluk di tangani oleh Alloh SWT otomatis semua makhluk tahu kepada Alloh SWT. Terutama Alloh SWT tahu kepada semua makhluk.
“Kaifa yatashowwaru an yuhjibahu syain ....” Malah, Justru Alloh SWT menciptakan makhluk itu, justru makin jelas bahwa Alloh SWT adalah pencipta alam, pencipta makhluk ciptaannya. Seperti si penjahit tadi sebagai gambaran. Adaya celana,itu kerea dibuat oleh si penjahit.Dus celana itu justru menguatkan itu ,bukan celana itu sendiri, tapi si penjahit.Sebab celana dari penjahit.
Dus sekali lagi, soal ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Sebab ini soal yang paling perinsip.Dan sebagai pupuknya yaitu memperbanyak mjahadah-mujahadah. Menlancarkan pengertian-pengertian dan terutama pengecakannya.
ARAB 138

Apakah mungkin,Alloh SWT dihijabi atau kalingan sesuatu padahal kaerena sesuatu itu Alloh yang jelas. Inii bagi orang yang membutuhkan dalil. Apa dalilnya kok tuhan itu ada?. Ini antarannya ,apa faktanya ? Ini faktanya, ciptaan berupa langit ini.
Tidak mungkin suatu ciptaan tanpa pencipta.Tidak mungkin!. Dus adanya makhluk itu malah memperjelas adanya Alloh SWT. Dalam Al- Qur’an surat Fusshilat ayat 53 tersebu:

ARAB 139

Akan Aku ( Tuhan ) perlihatkan kepada mereka ummat manusia terhadap Ayat-ayatKu, teradap fakta-fakta yang menujukkan bahwa Alloh adalah ALLOH SWTpecipta alam, bahwa aku mempunyai sifat-sifat qudrot yang tidak terhingga, mempunyai sifat irodahyang tidak terhingga, mempunyai sifat ....sifat,siaft,sifat yang serba tak terhingga. Saya perlihatkan ayat-ayatKu kepada mereka atau atau tanda-tandaKu bahwa AKU sungguh-sungguh daa,sungguh sifat-sifat yang serba Maha. Saya perlihatkan kepada ummat manusia dan jin,ayat-ayatKU diufuk, dialam dan didalam diri merekan sendiri, sehinga jelas bagi mereka bahwa Alloh zat yang haq,yang sungguh-sungguh ada.

ARAB 139
Disini diperlihatkan penjelasan secara ringkas.Atsar atau bekas, itu menunjukkan kepada yang membekasi. Kita meliahat bekas tapak kaki diats debu atau lumpur.Itu jeles adanya orang yang berjalan disitu.Ini ada tulisan, otomatis ada yanng menulis.Ini ada pakaian, pasti ada pembikinnya atau penjahitnya. Begitu juga makhluk, dad bumi ada langit, tidak mungkin tahu-tahu ada. Atu tidak ada permulaannya,qodim tidak mungkin.Ini jelas dapat dipelajari dari kitab-kitab ilmu Tauhid, kitab-kitab ushulddin, tapi,umumnya orang mengaji kitab Tauhid itu hanya ilmiyah. Sedang yang dimaksud disini disamping ilmiyah terutema pengetrapan.tidak hanya pengertian saja, tapi mengetrapan, pengecakkan ....dhauqon!.
Orang yang ahli seseorang pemborong banguanan misalnya mangetahui sesuatu bangunan, otomatis pengetahuan lebih mendetail. Lebih banyak yang dia ketahui dari pada yang diketahui oleh orang yang biasa yang bukan pemborong atau bukan ahlinya .begitu juga terhadap Alloh SWT.makin banyak pengalaman-pengalaman dhauqiyyah seseorang maki n banyak pula soal-soal yang diketahui tetang Tuhan. Kalau orang mau tafakkur lha setengah dari pada kebaikkannya tafakkur, akan tahu dan faham serta merasakan bagaimana kemaha kuasaan Alloh SWT. Selain menciptakan alam memeliharanya, membuka bidang-bidangnya bagian-bagiannya. Orang yang mempunyai keahlian otomatis makin kagum melihat kebesaran Alloh SWT. Makin mendalam kesadarannya, makin mantap. Jadi sedapat mungkain segala sesuatu digunakan semestinya untuk ini. Lebih-lebih orang yang mempunyai keahlian tertentu. Ini kalau dimanfaatkan untuk memperdalam dan memprejelas kepada Alloh SWT, otomatis makin banyak pula hasil. Andaik kata orang barat ynag mempelopori kemajuan materi, yang memiliki banyak pengetahuan teknologi dalam abad sekarang ini, andai kata mereka mau memperhubungkan pengetahuan mereka dengan soal kesadaran kepada Alloh SWT. Tentulah lebih nyata dan lebih mendalam kesadaran kepada Alloh SWT, Tentulah lebih nyata dan lebih mendalam kesadaran kepada Alloh SWT. Sebab mereka memiliki alat-alat ilmiyah untuk dapat mengali soal-soal, yang dapat digali oleh mereka. Lha ini mestinya lalu makin kagum, kagum betapa penciptannya. YA mudah-mudahan para hadirain-hadirot, mereka segera diberi kesadaran jepada Alloh SWT, dan kita dalm hubungan ini ikut bertabggung jawab para hadirin-hadirot!.bertanggung jawab atas kesadaran jami’al ‘alamin.
ALFATIHAH...........YAA ROBBANALLOHUMMA SHOLLLI SALLIMI, ‘ALAMUHAMMADIN SYAFI’IL UMAMI. WALAILI WAJ’ALIL ANAAMAMUSRI’IIN, BIL WAAHIDIYYATI LIROBBIL ‘ALAMIIN. YAA ROBBANAGHFIR YASSIRIFTAH WAAHDINAA. QORRIB WA’ALLIF BAINANAA YAA ROBBANAA.

Menurut perhitungan dan kenyatan pada umumnya orang menuju kesadaran pada Alloh SWT, bag mereka yang masih kosong ilmiahnya atau sedikit pengalaman dan pengetahuannya pada umumnya lebih mudah merasakan soal kesadaran. Lebih mudah wusul sampai pada Alloh SWT. Ini pada umumnya tapi kalau sudah sama-sama jadinya lebih baik dan sempurna mereka yang lebih banyak pengalaman dan ilmiahnya sebab mereka yang lebih banyak ilmiah dan pengalamanya dapat anu, dapat menghubungkan ilmiah dan pengetahuanya mereka pada kesadaran pada Alloh SWT. Tapi pada waktu masih pembukaan istilah pintu pada umumnya yang lebih mudah yaitu orang yang belum punya atau kurang ilmiah dan pengalamannya. Sebab ilmiah dan pengalaman seseorang itu, pada saat-sat permulaannya sebab menjadi rintangan atau hijab dalam ia masuk kedalam hadrotulloh itu. Kok tidaki cocok dengan ilmu saya, tidakcocok dengan pengetahuan saya begini begitu. Tapi kalau sudah masuk sudah didalam hadrotulloh istilahnya dia lebih baik lebih sempurna.
ARAB 141

Apakah mungklin Alloh SWT kalingan ?. Tidak mungkin. Apa mungkin, pernyatan tapi yang dimaksudkan tidak bertanya. Malah redaksi bergaya tanya dalam bahasa arab bermakna menguatkan bahwa adanya apa mungkin Alloh SWT kaling-kalingan atau terhijab ? ini yang dimaksudkan sungguh, Alloh SWT tidak ada yang mengaling alingi atau menghijabi. Apa mungkin ada sesuatu yang dapat mengaling-alingi Alloh ?. Sehingga Alloh tidak kelihatan . Sungguh tidak mungkin atau mustahil sekali bahwa Alloh ter hijab oleh sesuatu, dan ntidak tahu itu mustahil. Sebab Alloh wujud disegala sesuatu. Bi dzaatihi !. Karena dzat-NYA berada disegala sesuatu. Jadi tidak mungkin kaling-kalingan.
Para hadirin hadirot, soal ini harus ada perhatian yang sungguh-sungguh istimewa. Antara dengan pupuk memperbanyak mujahadah-mujahadah. Ya mudah-mudahan pengajian minggu ini dan minggu yang lalu benar-benar diridloi Alloh SWT dan membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya !. Amin ! Amin ya Robbal ‘alamiin.
ARAB 142
Orang-orang yang sadar kepada Alloh SWT atau “ahli syuhud” yakin dengan jelas bahwa dzat Tuhan tidak sifat-NYA atau asmak-NYA saja, tapi dzat-NYA ada disegala sesuatu. Tapi kalau orang ahli hijab atau orang belum sadar pada Alloh SWT yang diketahui Cuma sifat atau asmak Alloh saja yang ada disegala makhluq.
ARAB 142
Maka “asy-yaak” atau segala sesuatu itu merupakan tempat kelihatan dan sebagai cermin hidup sebab asmak Alloh SWT atau sifat Alloh SWT atau bekasnya sifat Alloh SWT ada disana. Kelihatan disana.
ARAB 142
Jadi kalau ada orang mulia, ini jelas yang memulyakan Tuhan. Orang yang kaya tidak mungkin kaya sendiri yang membuat dia jadi kaya adalah Tuhan. Jadi kelihatannya Tuhan. Tuhan mempunyai sifat mampu, Kuasa menciptakan apa saja dan keadaan bagaimanapun juga, mampu. Kuasa !. Jadi sisitu kelihatan kekuasaan Tuhan. Kelihatan pada apa yang dicipta itu.
Begitu juga kalau kita melihat orang yang sehat atau orang yang sakit. Sehat disehatkan Tuhan. Sakit Tuhan yang membikin seseorang sakit. Adapun soal-soal obat yang menjadi sebabnya seseorang sembuh dari penyakit itu hanya sebab atau perantara. Dan sama sekali sebab ini tidak mempengaruhi. Kalau benda atau obat ini dapat mempengaruhi, berarti ada kekuasaan dua. Apabila ada dua kekuasan berarti ada dua Tuhan. Dan ini tidak mungkin. Begitu juga api misalnya, terbakar itu bukan api yang membakar. Api itu hanya sebab. Dan sama sekali tidak bisa mempengaruhi terbakarnya benda yang dibakar tadi. Didalam arti yang sesunggunya. Adapun adanya terbakar itu sesungguhnya adalah Tuhan. Kalau api bisa membakar berarti api kuasa. Kalau api kuasa berarti ada dua kekuasaan. Ada dua Tuhan. Dan ini tidak mungkin. Jadi secara langsung sakit, yang membikin sakit Tuhan lapar yang membikin lapar Tuhan.....dan seterusnya. Adapun makan minum itu hanya sebab. Sebab yang sama sekali tidak membekasi.
Para hadirin hadirot, ini soal tauhid. Soal yang pokok sekali. Segala agama, agama samawiyyah agama yang dibawa para Rosul ‘alaihimus-sholatu wassalam, punya keyakinan tauhid seperti itu. Tuhan Maha Esa. Maha Esa disegala-galanya. Artinya Maha Esa ini Esa dalam dzat-NYA, Esa dalam sifat-NYA. Artinya tidak ada lainnya yang punya sifat seperti sifat Tuhan. Tuhan bersifat wujud berarti tidak ada yang lain-lain itu wujud. Hanya Tuhan yang memiliki sifat wujud. Lainnya otomatis tidak punya sifat wujud. Adapun ada atau wujud itu karena diwujudkan oleh Tuhan. Kalau tidak karena diwujudkan pasti tidak wujud. Jadi berarti tidak punya sifat wujud. Itu maksudnya Esa dalam segala hal, dalam segala sifat. Begitu juga misalnya sifat “qudrot” atau kuasa. Tuhan yang mempunyai sifat qudrot atau kuasa, berari lainnya tidak ada yang punya sifat kuasa. Adapun bisa begini begitu itu karena diciptakan Tuhan kuasa begini begitu dan sebagainya. Hidupnya makhluq dihidupkan Tuhan. Tahu makhluq di tahukan Tuhan. Mendengarnya makhluq di mendengarkan Tuhan.
Yah sesungguhnya cocok dengan dawuh hadits Rosululloh SAW.
ARAB 143
Ummat manusia pada umumnya pada tidur. Kecuali mereka-mereka yang sadar pada Alloh SWT. “Fa-idhaa maatuu intabahu” –kalu sudah mati mereka melek, bangun, dan kaget. Ketika dicabut Isroil gragapan terkejut. Tahu soal yang sesungguhnya. Tahu benar bahwa Tuhan ada. Tahu benar, bahwa makhluq sesungguhnya tidak ada. Tahu bahwa ini itu dikecam oleh Alloh SWT tahu ini itu diridloi oleh Alloh SWT. Kaget !. Seperti orang mimpi. Jika dsalam mimpi sungguh-sungguh terjadi. Setelah sudah bangun, sudah jaga melek ternyata tidak ada apa-apa. Jika mimpi, merasa menjadi seorang raja. Entah saudara pernah mimpi jadi raja apa baelum ? saya pernah mimpi jadi raja. Tapi itu mimpi. Setelah saya bangun ternyata ada didalam gubug saja. Lha itu orang yang didunia ini, juga seperti it, orang yang tidur. Seorang yang kaya, yang mewah, ataupun yang miskin semua mimpi. Nanti setelah dibangunkan oleh Isroil menjadi kaget semua. Itu para hadirin hadirot !. Kecuali mereka-mereka yang sadar kepada Alloh SWT. Mereka yang sadar kepada Alloh SWT sesudah dicabut Isroil menjadi semakin jelas yang sejelas-jelasnya. Jadi ibarat asalnya remeng-remeng menjadi padang. Itu bagi orang yang sadr kepada Alloh SWT. Tapi orang yang sama sekali tidak sadar nanti sesudah dicabut Isroil terkejut. Tahu-tahu ada ditempat yang panas. Terkejut sekali. Terkejut karena saking beratnya !. Terkejut akan bahayanya. Biar dia usul begini begitu pada Isroil tidak ada hasilnya. Isroil saya minta ditunda sekian hari lagi, sekian jam lagi, sekian detik lagi, supaya ada kesempatan untuk bertobat.

     •   
( Yaa Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar maka kembalikanlah kami kedunia, kami akan mengerjakan amal soleh, sesungguhnya kami sekarang ini adalah orang yang yakin )

Begitu jerit tangis didunia orang-orang didunia ini tidur, ketika dicabut oleh Isroil lalu kaget, terkejut dan menyesali dirinya. Tapi menyesal disini sudah tidak berguna.
Mari para hadirin hadirot, selagi masih ada kesempatan untuk memperbaiki. Untuk melek, untuk sadar kepada Alloh SWT untuk bertobat memohon ampun. para hadirin hadirot !. Nanti kalau getun atau menyesal disana sudah tidak bisa diperbaiki lagi para hadirin hadirot !. Getun didunia itu boleh dikatakan barang sepele kalau dibanding dengan getun diakhirat. Kalau sudah pindah kealam kubur sudah tidak mungkin kembali kedunia. Mari para hadirin hadirot !. Pindah untuk selama-lamanya. Sak jeg jumbleg. Dari itu para hadirin hadirot mari sungguh-sungguh kita perhatikan.
Sedikit saya mengulangi lagi pengajian minggu yang lalu.Sebab ini soal yang paling prinsip sekali. Maka kita harus menaruh perhatian yang paling istimewa, dan supaya dapat menguasai yang lebih istimewa sendiri !. Minggu yang lalu : “ alkaunu kulluhu dhulmah : waainnamaa anaarohu dhuhurul haqqi fiihi” dan itu tadi, “ wahuwal-ladhii adhharo-kulla syai-in” Dus. Asalnya makhluq belum diciptakan. Gelap. Tidak ada. Lha kok ada, Sebab !. Sebab menurut istilah minggu yang lalu sebnab adanya Alloh SWT disitu. Andaikata Alloh tidak disitu, tidak kelihatan juga atau tidak ada itu makhluq. Denganredaksi yang gampang, makhluq sesunggunya tidak ada. Kok !.Wujud sebab di wujudkan sebab diwujudkan diciptakan Alloh, maka menjadi ada. Istilah “nampaknya Alloh didalam makhluq” ini seperti ini, micropon ini. Sesungguhnya dilihat dari mic ini, tampak kelihatan ( dalam pandangan hati ) pabriknya micropon. Pabrik micropon didalam micropon. Sebab micropon tidak mungkin ada kalau tidak ada pabriknya. Lha ini dapat dikatakan pabriknya mic, kelihatan didalamnya mic. Penjahit kelihatan didalam pakaian. Ini yang dimaksudkan “Dhuhurul haqqi fiih”. Sesungguhnya yang ada ya hanya penjahit, sebab kalau tidak ada penjahit, pakaian itu tidak ada. Alloh SWT begitu juga. Disamping sebelumnya makhluq sudah jelas adanya makhluq itu makin jelas makin gamblang Alloh didalamnya makhluq. Yaitu tadi kelihatan.
ARAB 145
( Barang siapa sadar kepada Alloh SWT, dia senantiasa melhat Alloh SWT didalam segala sesuatu ) melihat tembok, yang nampak Alloh. Tahu langit yang kelihatan Alloh. Mendengar apa yang kelihatan Alloh. Saudara-saudara sudah begitu apa belum, para hadirin hadirot !. Kalau belum berarti masih tidur. Atau masih buta. Seperti lagi, contoh yang gampang kaca pengilon. Melihat kaca pengilon yang kelihatan bukan pengilonnya, tapi gambarnya dia sendiri. Begitu juga makhluq ini, sesungguhnya yang bayangan adalah makhluqnya. Yang ada hanya Alloh SWT. Kalau belum tahu itu karena masih buta yang ada sesungguhnya Tuhan.
“ Allohu nuurus-samaawaati wal ardii ” Alloh itu nurnya langit dan bumi. Alloh yang mewujudkan langit dan bumi. Karena adanya Alloh maka menjadi ada atau kelihatan langit dan bumi. Sebab ada Alloh istilah wujud, menjadi wujud kalau tidak wujud tidak kelihatan. Jadi kembali lagi “melihat Alloh di segala sesuatu” itu seperti orang ngilo. Mudanya gambaran begitu tidak kelhatan kacanya atau tidak melihat kacanya, tapi yang dilihat itu gambarnya didalam kaca itu. Jadi melhat tembok atau mendengar suara itu seharusnya yang dimaksud bukan ujudnya melihat tembok atau mendengarkan suara tapi ya itu tadi seperti orang ngilo. Bukan melihat kaca pengilon tapi melihat gambar yang ada didalamnya kaca pengilon. Ini yang dimaksudkan “roa Alloha fii kulli syai-in”gambharan seperti itu tadi yang paling gampang dalam Wahidiyah ini tingkatan BILLAH. Lha kita masing-masing sudah begitu apa belum ini harus ada perhatian yang istimewa !. BILLAH !. Kalau orang senantiasa begitu otomatis senantiasa dia tawadu’ terhadap siapapun. Seperti halnya Kanjeng Nabi Ibrohim AS. Terhadap orang lain senantiasa menghormat karena Beliau tahu Tuhan yang nampak pada Beliau. Ya maaf minggu yang lalu saya obrolkan disamping sudah kita maklumi saya membeber sapu tangan ini, lalu tahu yang punya sapu tangan ini. Rosululloh SAW Beliau senantiasa tawadu’ kepada orang lain siapapun, senantiasa sopan santun. Karena “roa Allohu fiihi”. Jadi kita sedapat mungkin harus usaha “roa Alloha fii kulli syai-in”
Dalam uraian selanjutnya minggu yang lalu dikatakan “faman roal kauna walam yasyhadhau fiihi a’u indahu .......”. Ini agak maro tingggal. Ibarat orang ngilo ya melihat kacanya ya melihat gambarnya didalam kaca pengilon.Jadi kurang kuat. “au qoblahu”, ini maksudnya keadaan “fanak” Fanak itu tidak sadar. Hanya Alloh belaka. Jadhab !. Atau dalam istilah “istighroq” hanya Alloh !. Pen . Dalam keadaan harian ada contoh untuk ini. Isalnya orang yang sedang termenung kepada sesuatu hal. Di ajak bicara tidak dengar. Dilalui mukanya tidak tahu. Orang kami tenggengen ( kata klita bahasa jawa serupa dengan ini ). Ini saking ngendengnya pikirannya. Istighroq, itu hanya pen kepada Alloh SWt. Pen !. Dicubitpun tidak merasa , tidak sadar. Lha ini tingkatan yang disebut tingkatan “AHADIYAH” ada lagi martabat atau tingkatan WAHIDIYAH. Tingkatan WAHIDIYAH ini ada yang menyebutnya martabat MUHAMMADIYAH. Yaitu BILLAH “roa Alloha fii kulli syai-in” melihat Alloh disegala sesuatu.
Dus. Dibanding dengan “indahu” atau “qoblahu”, lebih baik yaitu...........”BILLAH” ini. Jadi AHADIYAH Yaitu dalam Wahidiyah ISTIGHROQ. Dan istighroq ini bukan hanya sesudah Mujahadah saja, tapi sebanyak mungkin lebih baik akan tidur. Istighroq !. Umpamanya. Dan lain-lain. Nuwun sewu kita kan sudamh paham semuanya bukan. Dan sudah mengecakkan semuanya bukan. Sekali lagi, ini soal yang penting. Jadi kita harus menambah perhatian. Menambah kegiatan-kegiatan sebagai pupuk dan lain-lain usaha. Sebab ini adalah bidang yang paling prinsip sekali. Saya teruskan lagi, kalau perlu lain waktu saya sambung lagi.

ARAB 148

Apakah mungkin Alloh kaling-kalingan ?. padahal Alloh ada disegala sesuatu ?. Dzatnya !. itu sebenarnya dalam pengalaman harian sudah anu ya tadi. Tahu celananya, tahu ini buatan si penjahit anu. Dari celana itu kelihatan segala-galanya. Ya penjahitnya, ya kepandaianya. Itu keyakinan “ ahlul syuhud” tapi kata orang ahli hijab, hanya sifatnya. Hanya asmaknya. Tapi sesungguhnya yang punya sifat. Kalau ada sifatnya tentu ada dzatnya. Kita sekalian punya sifat “tahu”.tahu kita ini tidak bisa pisah dari kita masing-masing. Jadi kalau kelihatan sifatnya kelihatan dzatnya. Kelihatan dzatnya nampak juga sifatnya. Sifat itu maknawi. Dus tidak bisa di rabadengan panca indra. Yan bisa diraba itu hanya akibatnya. Akibat dari sifat. Saya punya sifat bisa .... apa misalnya lha itu hanya akibatnyayang bisa di lihat. Saudarab punya sifat kepandaian misalnya. Yang bisa dilihat atau diraba ialah hasil atau akibat dan kepandaian itu. Sifat bisa menjahit, itu tidak kelihatan maknawi. Lalu yang menunjukan punya sifat menjahit yaitu hasil jahitannya. Jadi sifat itu tidak bisa pisah dari mausuf yang punya sifat. Yang punya sifat, jug tidak bisa pisah dari sifatnya. Ya bisa lepas dari sifatnya, tapi sifatnya menjadi hilang. Asalnya bodoh menjadi pandai. Sifat bodohnya menjadi hilang asalnya tidak tahu sifat tidak tahu menjadi hilang. Tapi sifat Alloh SWT tetap abadi. Sifatnya tetap dan dzatnya tetap.
Kita harus anu. Selain ilmiah faham harus : harus mengecakkan !. Kalau belum bisa mengecakkan harus latihan. Usaha dengan segala kemampuan yang ada, dan dalam segala bidang !. Usaha lahiriyah dan batiniyah. Memperbanyak tafakkur, menggali. Mujahadah dan hubungan. Hubungan yang hubungan dengan kawannya yang searah dengan jurusan ini.

ARAB 148
Apakah mungkin Alloh kaling-kalingan ?. Padahal Alloh Dhohir kepada segala sesuatu. Menampakkan diri ( Tajalli ) kepada segala sesuatu. Tidak mungkin !. artinya menampakkan diri-Alloh yang menciptakan segala sesuatu dengan langsung. Ini yang dimaksudkan. Kalau Alloh SWT langsung menciptakan segala sesuatu di tangani, otomatis tahu segala sesuatu. Lha. Adanya sebab, itu dan ini seperti yang saya katakan tadi, sama sekali sebab itu tidak mempengaruhi. Sesungguhnya segala-galanya dari Alloh SWT. Dan oleh sebab itu, sesungguhnya segala itu tahu kepada Alloh SWT.

ARAB 149
Semua yang ada dilangit dan ada dibumi bertasbih kepada Alloh.
Membaca tasbih itu dengan lisaanu haalihi atau dengan lisaanu maqoolihi. Lisan keadaan, lisan fakta. Itu keadaan penciptaan itu keadaan bicara. AKU, yang mencipta AKU, Maha Kuasa. Maha Suci dari keadaan-keadaan yang keadaan-keadaan itu saya miliki. Yang menciptakan AKU Maha....tahu. Sebab tidak mungkin kalau mencipta AKU dengan tidak mengetahui secara mutlak dan keseluruhan. Yang menciptakan AKU, Maha berkehendak dan sebagainya. Itu baik diucapkan. Atau keadan penciptaan itu merupakan pernyataan. Yang mencipta AKU, Maha Suci dari soal-soal yang saya miliki. Yaitu apes saya tidak bisa menciptakan. Dia Maha tahu dan AKU tidak tahu. Sekalipun AKU tahu tapi ditahukan oleh dia. Itu lisan keadaan. Lisan Haali.
“Sujud”. Sujud itu yang dimaksudkan tunduk kepada Tuhan. Kun fayakun. Disuruh hidup ya hidup, disuruh mati ya mati. Dan seterusnya. Mulai hal yang dilahirka Tuhan di dunia ya lahir setelah dewasa dihidupkan terus ya hidup dimatikan ya mati dan seterusnya. Secara langsung ditangani otomatis tahu kepada Alloh SWT.
Para hadirin hadirot, mari kita ,lebih manfaatkan !. Alloh SWT langsung memberi kepada kita. Menciptakan kita secara langsung diciptakan dan dipelihara oleh Alloh SWT. Langsung saya dan saudara diparingi bisa, me,lek, bisa mendengar. Secara langsung saya dan saudara diberi berbagai banyak soal yang sangat kita butuhkan. Malah hal-hal yang diberikan sebelumnya kita tidak minta sama sekali. Toh diberi kepada kita dan apa yang diberikan kepada kita itu dicabut. Seketika mati, kita ini. Kita kalau diberi atau dibantu oleh saudara lain, kita tanggapi dengan sopan dengan matur suwun terima kasih dan mendo’akan kebaikan bagi yang memberi tadi. Lalu terhadap Tuhan, kita ini sudah begitu atau belum Para hadirin hadirot !. Sop[ankah kalau begitu kita terhadap Tuhan ?. Mari Para hadirin hadirot, kita teliti keadaan kita. Kita senantiasa diberi soal-soal yang sangat kita butuhklan sekali dan soal-soal yang menentukan sekali kepada keadaan kita. Tapi kok kita anggap sepi saja.
Nuwun sewu, kita dibantu sesama terkadang hanya diberi rokok sebatang saja terima kasih. Dan andai kata tidak merokok, ya tidak mati. Lha padahal yang diberikan Tuhan itu......
Para hadirin hadirot !. Mari para hadirin hadirot mumpung kita belum dicabut oleh Malaikat Izroil. Mari sama-sama bangun, Para hadirin hadirot !. Mari konco-konco dan orang-orang masih tidur kita obrak-obrak Para hadirin hadirot !.
ALFAATIHAH !.
YAA ROBBANALLOHUMMA SHOLLLI SALLIMI........3x
ALFAATIHAH ........................................................................

SAMBUTAN DARI PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT

Disampaikan oleah Bapak A.F. Badri. Pokok-pokok isi sambutan :

Memperingatkan kepada hadirin hadirot, setelah memperoleh mutiara-mutiara hikmah dan ilmiyah-ilmiyah yang kita gali dalam-peringtan-peringatan Isro’ Mi’roj khususnya dalam Mujahadah Kubro yang lalu, dimana sekarang, dimana sekarang kita sudah ditinggalkan oleh bulan Rojab, apakah sudah betul-betu kita amankan, kita praktekan atau belum. Alangkan bahagianya kita kalau ilmiyah-ilmiyah itu sudah dapat kita trapkan yang setepat-tepatnya. Suatu bukti bahwa amal-amal kita didalam bulan Rojab benar-benar diridloi Alloh SWT. Setengah dari pada hasil pengalian peristiwa Isro’ Mi’roj sewakru Rosululloh SAW, bertemu dengan Kanjeng Nabi Ibrohin AS. Memperoleh wasiat supaya umat-umat Muhammad SAW, mengamalkan dan mengetrapkan dawuh :


ARAB 151

Semikian antara lain sambutan dari beliau. Selanjutnya beliau mengajak bangkit. Bangkit dan membangkitkan kembali kegiatan-kegiatan jama’ah-jama’ah Wahidiyah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan perjungan Fafirruu Ilalloh wa Rosuliohi SAW. Menurut laporan, akhir-akhir ini. Banyak sekali jama’ah-jama’ah yang tidur dengan nyenyaknya, perlu kita ambil perhatian yang sebanyk-banyaknya !. kita perlu prihatin terhadap keadaan seperti ini, jangan sampai terus berlarut-larut!.

Sekian antara lain Pokok-pokok sambutan dari pusat yang disampaikan oleh Bapak A.F. Badri.




KEMBALI FATWA ROMO YAHI

Mari para hadirin hadirot, apa yang disampaikan pusat tadi mari kita perhatijan sungguh-sungguh. Tadi kita sudah sama-sama mendengar dan memahami. Yaitu kita mengadakan upacara peringatan Isro’ Mi’roj terutama Mujahdah Kubro yang ada dipusat dan umumnya peringatan- peringatan Isro’ Mi’roj yang kita adakan didaerah-daerah mari kita terus tingkatkan para hadirin hadirot, terutama ya itu tadi seperti apa yang diuaraikan tadi, wasiat dari Mbah Nabi Ibrohin AS. Kepada Rosululloh SAW. Yang dilangsungkan kepada kita bersama. Soal tauhid “LAA KHAULA WAL QUWWATA ILLA BILLAH” atau soal LILLAH-BILLAH soal LIRROSUL-BIRROSUL. Dan soal kita sekeluarga dan seterusnya seperti apa yang diutarakan tadi. Mari para hadirin hadirot, kita tambah-tambah perhatian kita untuk ini, malah lain-lain perhatian kita harus arahkan demi soal kita ini, soal Fafirruu Ilalloh wa Rosuliohi SAW, ya mudah-mudahan disamping perjuangan, mudah-mudahan diridloi Alloh SWT. Mudah-mudahan diberi khusnul khotimah, AMIIN...!.
Para hadirin hadirot, keluarga kita dan ummat dan masyarakat masih, masih yah, seperti apa yang kita ketahui para hadirin hadirot, lekas-lekas!. Masyarakat makin, disamping kelahiranya sudah begitu, ada saja mati meninggalkan dunia. Mati kok belum mengenyam ini para hadirin hadirot, langkah ruginya, alangkah beratnya. Lha diantara sebab, sehingga dianya sampai mati tidak sadar kepada Alloh SWT . Para hadirin hadirot, terang-terangan mari kita doki, kita akui. Kita kurang giat dalam penyiran soal ini. Kurang bersungguh-sungguh didalam kita memohonkan bagi mereka, sehingga mereka mati tidak sadar kepada Alloh wa Rasulihi SAW. Dari itu mari, mulai detik ini, terus giat ‘ala yaumil qiamah, Fafirru Ilalloh wa Rasulihi SAW.
Para hadirin hadirot, mari pada kesempatan ini kita berdepe-depe dihadapan Alloh wa Rasulihi SAW. Dengan sungguh-sungguh, demi untuk kita sekeluarga, untuk umat dan masyarakat untuk negara, untuk....jamii’al ’alaamiin!. Mari dengan .....sungguh-sungguh para hadirin hadirot!.
ALFATIHAH!...... (MUJAHADAH)











AL HIKAM 1 HAL 19






(Alloh tidak mungkin kaling-kalingan makhluk sebab Alloh yang mewujudkan dan Alloh lebih jelas dari segala sesuatu).
Ini jelas, yang mewujudkan yang mengadakan tidak mungkin dihijabi atau menghalang-halangi oleh makhluk yang diwujudkan. Malah makin tenang, makin jelas adanya sesuatu yang diciptakan atau makhluk itu otomatis malah lebih memperjelas adanya yang diwujudkan, yaitu Alloh SWT. Yang dimaksud terang atau jelas itu tidak memakai mata lahir, akan tetapi dengan mata batin, dengan hati atau dengan akal. Adanya arloji misalnya tidak mungkin meniadakan atau menghilangkan pabriknya. Malah adanya arloji itu justru lebih memperjelas adanya pabrik pembuat arloji itu. Kelihatan arloji, terus terbayang pabriknya.
Catatan redaksi: (Mulai dari sini diulang lagi sebagian dari pengajian minggu yang lalu, 009)
Halaman 153 (arab)
Alloh tidak mungkin kaling-kalingan oleh makhluk, sebab yang menjadi sebab wujudnya itu makhluk. Istilah makhluk ciptaan, dibuat itu pasti ada yang menciptakan, yang membuat Alloh SWT. Jadi tidak mungkin benda buatan menghijabi yang membuat. Justru adanya benda itu memperjelas kepada sipempbuat.
Contoh lain bekas tapak kaki diatas lumpur atau debu misalnya. Ini lebih memperjelaskan adanya kaki atau orang yang berjalan disitu. Tidak mungkin bekas tapak kaki itu mengaling-alingi atau menjadi hijab terhadap orang yang berjalan disitu. Gambaran lain. Suatu bayang-bayang. Ada bayangan tentu ada orang atau benda yang punya bayangan itu. Jadi adanya bayang-bayang bukan meniadakan adanya yang punya bayangan tetapi justru malah merperjelas.
Arab 154
Alloh SWT tidak mungkin kaling-kalingan oleh sesuatu atau makhluk sebab Alloh SWT kelihatan disegala suatu atau makhluk. “Kelihatan” Bagi orang yang tahu orang yang melek, sadar kepada Alloh SWT. Gambaran lain. Seorang terima surat dari kawan atau anaknya yang mondok ditempat yang jauh. Otomatis begitu terima atau membaca surat tadi kawan atau anaknya yang kirim surat itu yang kelihatan. Malah surat itu sendiri sudah tidak menjadi perhatian atau sudah tidak kelihatan lagi. Yang kelihatan atau terbayang adalah sipengirim tadi. Tapi bagi orang yang belum kenal dengan sipengirim surat otomatis tidak bisa terbayang siapa pengirim surat itu. Dia hanya terhenti sampaipada surat itu saja. Tidak langsung perhatian kepada siapa yang mengirim surat itu. Begitu juga orang yang sudah sadar kepada Alloh SWT melihat makhluk otomatis terbayang atau terlihat kholiq Alloh SWT. Orang yang belum sadar otomatis melihat makhluk apa saja tidak dapat langsung terbayang kepada sipencipta. Hanya terhenti pada melihat makhluk itu saja.
Para hadirin hadirot, ilmiah mudah. Tapi bagaiman pengecakkan dalam hati dan kesadaran kita masing-masing, itu yang perlu diperhatikan. Mari kita koreksi diri kita masing-masing. Melihat tembok, tembok itu makhluk tentu ada kholiqnya. Tahu tanah, tanah itu makhluk pasti ada kholiqnya. Melihat badannya sendiri juga badannya sendiri itu makhluk. Ada kholiqnya. Dus melihat segala sesuatu itu lalu dipandang semuanya itu makhluk. Dan terus diteruskan ingat atau sadar kepada kholiqnya. Kata makhluk pasti ada kholiqnya. Atau dicipta pasti ada yang membuat atau yang menciptakan. Jadi sebagai latiha untuk keterampilan hati, semua keadaan itu entah tembok, entah gunung entah motor, entah rumah, entah dirinya sendiri pokoknya semua yang kita lihat dan kita rasa itu, didalam hati selalu memandang bahwa kesemuanya itu makhluk. Terus sadar kepada kholiqnya. Tahu makhluq tahu kholiqnya. Semua itu rasa didalam hati. Dan harus dilatih. Isya Alloh dengan cara begini asal sungguh-sungguh selalu dilatih begitu. Tahu makluk – sadar kepada kholiq. Itu untuk latihan. Jadi apa saja. Soal lahir sola batin semuanya saja supaya di pandang makhluk. Dan terus sadar kepada kholqnya. Adapun yang sudah menguasai otomatis bisa berjalan begitu. Sekalipun tidak usah menganggap makhluk lebih dahulu, tahu tembok tahu masjid, tahu kali, tahu ………. Apa saja hati terus sadar kepada kholiq penciptanya. Ada maqolah :


Arab 155
(Barang siapa tahu dirinya tahu kepada Tuhanya).
Artinya tahu dirinya adalah makhluk ada yang meciptakan yaitu Alloh SWT. Tahu dirinya hamba otomatis sadar kepada Tuhanya Alloh tempat hamba mengabdikan diri. Mendengar suara sepeda motor baru mendengar suara sepeda motor saja. Sepeda motor belum kelihatan lebih-lebih orangnya, bagi orang yang sudah kenal dengan yang punya sepeda motor atau pengendaranya, baru mendengar surannya spontan terbayang terbayang si anu, si anu pemilik atau pengendara sepeda motor. Lha begitu juga seharusnya terhadapa SWT, kita melihat atau mendengar makhluk spontan harus ingat kepada penciptanya. Alloh SWT yang Maha Esa, Maha kuasa, Maha ………. Maha segala. Malah, mendengar suara motor tadi spontan terbayang sepeda motornya atau pengendaranya. Kelihatan dalam hati. Malah suara sepeda motor itu sendiri menjadi hilang tidak kedengaran lagi. Dengan kata lain tidak mnjadi acara dalam hati. Hilang lenyap. Yang lehiotan motor atau orang yang mengendarainya. Begitu seharusnya terhadap Alloh SWT. Melihat tembok kelihatan Alloh SWT. Malah temboknya tidak menjadi acara. Te,boknya hilang dari pandangan hati. Yang kelihatan hanya Alloh. Lha !. kita sudah begitu atau belum!. Terserah masing-masing!. Kalau bellum berarti masih buta mata hatinya.

           
( Dan barangsiapa yang buta hatinya di dunia ini, niscaya di akhirat dia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang benar).

Kalau dunia tidak tahu Tuhannya di kuburan ketika ditanya Munkar Nakir “Man Robbuka ?” Maa adri-aku tidak tahu. Yang saya tahu didunia ialah tembok saya tahu masjid, saya tahu uang, saya tahu pangkat kedudukan dan sebagainya dan sebagainya. Mungkin para hadirin hadirot !. karena itu mari kita sungguh-sungguh mengambil prihatin yang sebanyak-banyaknya soal ini. Mari kita tingkatkan kesadaran kita kepada Aloh SWT.

Arab 156

Maka segala sesuatu atau ya makhluk begitu saja, semuanya merupakan tempat dari tempat itu Alloh dapat di ketahui dengan jelas. Artinya Alloh yang menciptakan segala sesuatu atau makhluk itu dapat kelihatan . istilah ringan Hudlur atau ingat. Itu namanya kelihatan. Misanya ada saudara atau kawan yang kaya atau mlarat, wah memang sudah diqodar oleh Alloh begitu itu, harus ridlo dan sabar. Jelas bahwa Alloh SWT yang memuliakan atau yang menghinakan.

             
(.......... Engkau berikan kerajaan/kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan/kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki........... )


Jelas bahwa Alloh SWT, yang membeikan kekuasaan yang memuliakan, yang menghinakan dan sebagainya dan sebagainya.

     ...........  
(......... dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah dengan perumpamaan itu pula banyak orang yang mendapat petunjuk Alloh ........).

“Khoiri wa syarrihi minalloh”. Dus . semua sudah praktek begitu?. Yah harus praktek. Tidak ilmiyah saja.

Arab 157

Ilmu yang tidak dipraktekkan tidak dicakkan seperti tawon, (lebah) yang tidak ada madunya. Yang ada hanya sengat (entupnya) belaka, Entup dunia mudah diobati, tapi entup diakhirat berat!.
Kembali lagi

Arab 157

Apakah mungkin Alloh kaling-kalingan? Sebab Alloh tampak dhohir kelihata disegala sesuatu?. Tidak mungkin. Alloh SWT mencitakan segala makhluk itu secara langsung adapun “Sebab”. Hanya segala sesuatu yang tidak naksiri. Tidak ngalabeti tidak terpengaruh sama sekali. Sengguhnya Alloh SWT semuanya yang menciptakan secara langsung. Tanpa perantara.tanpa pengaruh dari “sebab” itu. Karena kalau “sebab” itu naksiri. Atau berpengaruh atas penciptaan Alloh, ini berarti bahwa “Sebab” itu mampu atau punya kuasa. Padahal hanya Alloh SWT yang berkuasa otomatis lainya tidak mempunyai kekuatan atau kekuasaan. Dikuasakan, dimampukan, dimengertikan dan sebagainya. Istilah “di ..........!. otomatis tidak mampuu sendiri. Tidak kuasa sendiri. Tidak melihat, mendengar sendiri dan seterusnya. Umpamanya tidak dikuasakan tidak dimampukan, tidak dimengertikan, tidak di .... di ... di ... dan seterusnya pasti tidak kuasa tidak mampu dan tidak mengerti dan seterusnya. Yang kuasa hanya Alloh SWT manusia dan makhluk lainya dikuasakan dibisakan dan seterusnya. Ini dalam hati harus senantiasa begitu.
Adapum dalam keadaan lahiriyah ya biasa saja, seperti lazimnya dalam pergaulan hidup ya makan ya minum, ya tidur, ya bekerja dan sebagainya

Arab 158
Orang yang “kamil” orang yang sempurna yaitu orang yang batinnya senantiasa “jam’u”-kumpuk, syuhud sadar kepada Alloh SWT. Dan lahirnya “farqu”. Artinya ya sama dengan keadaan masyarakat pada lazimnya. Ya ada yang tani, ada pedagang ada pegawai dab sebagainya. Tapi batinnya senatiasa “Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW. Ini orang yang kamil, orang yang sempurna!. Lahirnya dalam percakapan ya bisa saja, saya tahu, saya bisa, saya mengerti, saya....dan seterusnya, tapi batinnya: saya ditahukan, saya dibisakan, saya dimengertikan dan seterusnya. Ini orang yang kamil orang sempurna!.
ARAB 158 BAWAH
Apakah mungkin Alloh terhalang oleh makhluk atau segala sesuatu, padahal Alloh tampil menampak diri pada segala sesuatu. Jelas tidak mungkin. Alloh tampil menampakkan diri pada segala sesuatu, “hatta ‘arofahu. Sehinga segala ssuatu itu tahu kepada Alloh. Karena diciptakan secara langsung. Diciptakan, diberdirikan, didudukkan dibangunkan dan sebagainya. Lahirnya seperti itu, tapi batinnya “hatta laa naro walaa nasma’a wa laa nasma’a wa laa najida wa laa naskuna ilaa bilhaa”. Tidak melihat, tidak mendengar, tidak menemukan, tidak merasa, tidak bergerak, tidak berdiam, tidak begini begitu melainkan kesegalanya itu dalam batin harus, dimelihatkan, dimendengarkan, di ...... di..... dan seterusnya. Seperti wayang gampangnya. Yang menggerakkan si Janoko, si cakil, si butho, yang membikin mereka berperang adalah si Dalang. Tapi Ki dalang dalam perwayangan itu hanya sebagian tidak keseluruan. Sedangkan “dalang” nya manusia manusia dan makhluk semuanya adalah Alloh SWT, Tuhan Maha Pencipta!. Gambaran wayang itu tadi hanya sebagai gambaran. Foto gambar manusia tidak persis seperti manusianya.Lha. kita sudah merasa begitu atau belum?. Kalau belumnamanya belum tepat. Masih menyalahi. Mennyalahi. Dan harus bertanggung jawab terutama kelak dikemudian hari di yaumil qiyamah. Maka harus diopeni dipelihara, dan dipupuk dengan pemoerbanyak mujahadah.

Arab 159
Segala sesuatu itu sujud kepada Alloh SWT penciptanya dan dan membaca tasbih. Sujud artinya senantiasa taat. Ibarat wayang dikalahkan ya kalah,dimenagkan ya menang. Itu namanya tunduk. Dcipta ya terwujud,dihancurkan ya lenyap. ‘kun fyakuun”. Jadi segala sesuatu itu tahu kepada Alloh SWT. Sekalipun tahunya itu secara jumlah secara global,secara garis besarnya. Membaca tasbih artinya me-Maha sucikan. Degan kata dan denagan fakta. Dengan kata, tidak banyak yang tahu bertasbihnya segala sesuatu. Kecuali beberapa yang diparingi tahu oleh Alloh SWT. Menurut laporan ada salah seorang saudar dari sumatra katannya diparingi mengerti bahasanya segala makhluk. Ya sebagian makhluk tentunya terutama sejenis kayu,batu dan sebagainya
Arab 160

apakah mungkin sesuatu makhluk menghalang-halangi Alloh,padahal Alloh sudah ada sebelum makhluk-makhluk itu wujud.Jadi tidak mungkin makhluk bisa menghijabi Alloh. Wujudnya Alloh adalah wujud yang abadi,wujud yang kekal. Tetapi wujudnya makhluk, Sekalipun ratusan ratusan tahu atau bahkan jutaan tahun tapi ada pemulaannya dan lahirnya akan musnah. Sebab kalau tidak diwjudkan pasti tidak wujud. Langit bumi seisinya ini sesungguhnya pada hakikatnya tidak wujud. Wujud karena diwujudkan. Istilah diwujudkan berarti tidak wujud dengan sendirinya.
Arab 160
(Ketahuilah sesungguhnya segala sesuatu selain Alloh itu batal, dan segala keni’matan itu tidak syak lagi pasti hancur musnah).
Arab 160

Maksudnya ya seperti apa yang saya obrolkan tadi. Selain Tuhan, seluruh makhluk sesungguhnya pada hakikat yang sebenarnya, segala makhluk itu tidak ada. Tidak wujud. Ada ini, itu dan sebagainya. Sebab diadakan diwujudkan, yang ada hanya Alloh SWT. Wujudnya Alloh SWT. Dzat hakikat yang sungguh nyata. Tapi wujudnya makhluk adalah bayangan. Wujud bayangan, wujud majazi,wujud pinjaman.
Syekh Muhyioddin Ibnul Arobi mengatakan:
Arab 161


Orang memandang makhluk (termasuk dirinya sendiri) tidak ada kemampuan tidak bisa berbuat apa-apa seperi wayang itu sudah agak lumayan. Orang memandang makhluk termasuk dirinya tidak hidup, ini yah sudah meningkat. Yang hidup hanya Alloh SWT. Orang yang memandang makhluk atau melihat atau mengingat makhluk atau memikir-mikir makhluk tidak ada. Itulah orang yang sydah wusul kepada Tuhan. Yang ada hanya Tuhan semata-mata!. Diri sendiri ya tidak ada. Langit bumi sejagat seisinya sesungguhnya tidak ada. Yang ada hanya Gusti SWT. Adapun kelihatan wujud atau ada, itu sebab diwujudkan oleh Alloh. Jadi sesungguh tidak ada. Kalau orang punya pandangan hati begitu. Itulah dia orang yang sudah wusul kepada Alloh SWT. Sadar kepada Alloh. Kalau terus begitu Ilaa mamaatihi – sampai pada ajalnya yang penghabisan, besok dia diperkenankan memperoleh” jannatul qurbi”- Surga dekat disisi Alloh memperoleh kesempatan sowan menghadap kehadirat Alloh SWT pada hari akhirot kelak.

Ni’mat atau pahala tidak ada yang nungkuli baiknya dan ni’matnya dari sowan menghadap AllohSWT. Jauh Surga biasa. Dan otomatis menghadapnyka juga tidak bisa digambarkan.Tidak bisa.

Lha itu semua para hadirin hadirot, ilmiyahnya gampang tapi prakteknya harus terus dilatih dipelihara, dipupuk dengan mujahadah dengan hudlur merasa senantiasa banyak dosanya, mersa menjadi sejelek-jeleknya manusia, sedlolim-dlolimnya manusia. Harus senantiasa husnudhon, berprasangka baik terhadap orang lain, lebih-lebih yang ada gejalanya kebaikan, lebih-lebih terhadap mereka yangn budinya baik, jujur, tawadu’,sopan ssantun, kuat ibadahnya dan seterusnya. Apakah mungkin Alloh terhalang oleh sesuatu padahal Alloh lebih jelasdari segala sesuatu. Tidak mungkin. Alloh wujud hakiki, sedang makhluk wujud majazi, wujud bayangan otomatis yang lebih jelas lebih nyata adalah yang hakiki. Malah tidak dapat diperbandingkan. Alloh yang wujud, sedang makhluk yang diwujudkan.Alloh dzat Qoyyum. Artinya dzat yang dan mewujudkan. “ jumeneng lan jumenengaken”.
Alloh yang paling geleh,paling jelas. Tapi sebagian besar manusia tidak tahu malahan. Yaitu sebabnya tidur mereka sama tidur. Tidur dengan nyenyaknya. Sabda Rosuululloh SAW:

Arab 162

Manusia sama tudur sama ngorok. Maka tidak tahu apa-apa. Baru kalau mereka sudah mati mereka menjadi bangun, melek. Para hadirin hadirot mari kita manfaatkan yang sebaik-baiknya pengajian yang pokok ini.hati kita paakah sudah sungguh-sungguh melek atau belumperu adanya penelitian. Perlu adanya koreksi!. Senantiasa ingat kepada Tuhakah, atau sedik sekali ingatnya, atau malah sama sekali lupa.Hanya terhenti pada memandang makhluk saja. Dan iniberarti menganggap makhluk itu ada punya kuasa dan kemampuan disamping Tuhan ?. Seharisemalam kalau diprosentase berapa persen yang ingat atau sadar kepada Alloh, danberapa persen yang dipakai untuk nuruti nafsunya. Berapa persen tidur ngorok terus-terusan?. Dalam lima jam terakhir ini tadi mislnya berapa menit kita ingat kepada Tuhan ?. Ini yang perlu senantiasa perlu kita koreksi. Sebab kalau tidak ada koreksi ibarat orang berdangangkeluar masuknya uang tidak dibukukan tidak dicatat dalam adminitrasi ayng tertib nanti tahu-tahu mengalami kerugian besar yang mengejutkan. Tahu-tahu bangkrut. Ya pintar ngitung, tapi tidak bisa perhitungan. Pandai perhitunan tapi tidak bisa perhitungan. Tahu-tahu bangkrut. Lha begitu juga soal umur kita. Umurku sudah berkurang sekian jam, sekian hari, sekian tahun, ini kalau tidak senantiasa dikontrol, kerugian yang tidak bisa ditempuhi. Ya kalau bangkrutnya barang dagangan atau lenyapnya uang sekalipun cukup berat, tapi mungkin masih nasih ada jalan keluar, tapi kalau bangkrutnya kesadaran dan iman kepada Alloh SWT sampai ajalnya belum di perbaiki ........ hancur dan bangkrut diakhirat tidak dapat di gambarkan pedihnya, tidak dapat ditempuh lagi para hadirin hadirot.

    • 
( Kemudian kamu pasti dimintai pertanggung jawaban atas nikmat-nikmat tang telah diberikan kepada kamu).

Demi hai jin dan mausia, kamu semua kelak AKU mintai pertanggungjawab atas nikmat-nikmat yang telah AKU berikan kepada kamu sekalian. Antara lain kamu, AKU beri umur 60 atau 70 tahun. Semuanya seklaipun hanya satu menit AKU tanyakan, AKU mintai pertanggungjawab. Berapa tahun kamu sadar kepada KU, yang kamu salah gunakan soal umur, soal harta benda, pokoknya segala benda, pokoknya segala nikmat. Bidang ekonomi bagaimana cara kamu mencari, dengan jalan halalkan atau jalan haram dan bagaimana cara kamu mengunkan rezeki itu, untuk berlarut-larut melanggar undang-undangKU atau bagaimana. Pokoknya segala nikmat dimintai pertanggungjawab oleh Alloh SWT besok pada yaumil qiyamah!. Siapa yang tidak bisa mempertanggungjawabkan otomatis disiksa, dihukum. Berat dan ringannya siksa menurut besar kecil dosa. Penyala gunaan atau dosa. Dosa yang paling besar adalah dosa syirik. Menyamakan Tuhan terhadap lainnya. Seperti manusia, seperti jagad seperti begini begitu.. alloh tidak seperti makhlik. Alloh tidak manggon!. Seperti lainya Alloh dalam segala hal.
Kalau Alloh punya sifat wujud, lainnya tidak punya sifat wujud itu karena diwujudkan. Alloh punya qudrat – kuasa. Lainya tidak punya sifat kuasa. Sedikitpun tidak punya sifat kuasa. Adanya bisa atau kuasa begini begitu karena dikuasakan. Sekalipun soal yan sangat kecil sekali. Sama sekali makhluk tidak bisa berkutip sedikitpun. Seperti wayang, tidak bisa bergerak kalau tidak digerakan Ki Dalang. Dan wayang tidak bisa dalang. Dalang tidak seperti wayang. Itu jauh tidak sama. Ini dicakkan dan dipraktekkan dalam hati dalam rasa. Jadi harus senantiasa BILLAH kalau tidak BILLAH, itu namanya diakui, berarti menyamai Tuhan. Ini dosa yang paling berat. Otomatis hukumanya juga berat, kalau tidak segera bertaubattidak segera neruba sikap sanpai mati itu berat sekali. Para hadirin hadirot, mari kita tinjau mari kita tingkatkan. Bagaimana keadaan kita sekarang ini. Keluarga kita bagaimana dan tetangga-tengga kita dan kenalan-kenalan bagaimana? Mari para hadirin hadirot, seperti sudah kita maklumi kita perjuangkan .... AL FAATIHAH

“ YAA ROBBANALLOHUMMA SHOLLI SALIMI ................. ”

ARAB 164


Alloh tidak bisa dialing-alingi. Tidak ada yang bisa dialing-alingi Tuhan. Sebab Alloh hanya satu. Tidak ada lainnya. Yang ada hanya Alloh. Adapun makhluk itu adanya karena diadakan.Alloh Maha Esa, Maha Satu, jadi kalau Maha Satu yang lainya tidak ada. Indonesia berketuhanan Yan mMaha Esa. Jadi Bangsa ya Negara ya Rakyat Indonesia ini adnya karena di adakan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

ARAB 164

Sesungguhnya segala sesuatu makhluk sesungguhnya adam tidak ada.

ARAB 165

Karena wujud yang sesungguhnya hanya Alloh, lainya hanya bayangan.

ARAB 165

(Apakah mungkin sesuatu bisa menghalangi-halangi Alloh padahal Alloh lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu)

Alloh lebih dekat kepadai segala sesuatu dari pada segala sesuatu itu sendiri. Alloh lebih dekat kepada orang dari pada orang itu kepada dirinya sendiri. Sebab segala sesuatu itu adanya karena diciptakan. Seratus persen. Bergerak, berdiam, punya kehendak, yang membikin atau keinginan itu Alloh yang membuat begitu. Orang yang punya kehendak , yang membikin kehendak itu Alloh, begitu tahu, yang membikin orang tahu juga Alloh. Alloh lebih tahu dan lebih karep. Artinya biar bagaimanapun juga banyak kehendak atau cita-cita kalau tidak dibuat punya kehendak dan cita-cita oleh Tuhan, tentu tidak bisa. Maka dikatakan lebih dekat

ARAB 165

Alloh tidak mungkin terhijab oleh sesuatu. Sebab seandainya tidak ada Tuhan, segala sesuatu itu tidak ada.

ARAB 165

Apakah tidak cukup Tuhanmu , bahwa sesungguhnya ia senantiasa menyaksikan atas segala sesuatu

Alloh hadir disegala sesuatu.

Sesungguhnya soal ilmiyahnya gampang, jauh lebih gampang dari pada prakteknya. Kata oarang kuno “ngelmu”-angele lek wis ketemu. Sukanya kalau sudah ketemu. Sukar dalam pengetrapan dan pengecakkan. Orang senantiasa dilihat Tuhan, senantiasa memberi, tapi orang yang senantiasa dilihat dan diberi itu tidak mau tahu. Diberi lain, tidak mau tahu, ditolong tidak tahu. Itu manusia. Sebagian besar umat manusia begitu.

ARAB 166


Dus, disini diulang-ulang dengan susunan kata yang berlain-lainan tapi maksudnya sama, ini karena pentingnya soal ini, sebab soal yang paling pokok sekali. Hingga orang yang pempelajari kitab ini supaya betul-betul mancep didalam hati yang dalam, agar supaya bisa ditrapkan. Ditrapkan dalam hati. Maksudnya “yaa ‘ajaba ....... sungguh ganjil mengherankan, bagaimana bisa jadi wujud didalam ‘adam atau bagaimana bisa jadi hal yang baru dapat tetap bersama dengan dzat yang bersifat qodim.

      •    

(Dan Katakanlah: "Yang benar Telah datang dan yang batil Telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap)

Ini singkatnya yang haq hanyalah Alloh SWT saja. Lain-lainnya batal. Atau sekalipun bayangan, yang haq yaitu Alloh SWT dan soal-soal yang diridloi Alloh. Ini yang haq. Sekalipun haqnya haq bayangan, tapi kalau diridloi Tuhan itu haq. Yang tidak diridloi Tuhan, itu batal total.
Jadi orang sesungguhnya sadar, orang yang tidak buta, yang tahu pada Alloh SWT, mestinya senantiasa sadar, senantiasa ingat, senantiasa tahu pada Alloh SWT, itu tadi, mendengar “gluduk-gluduk” diatas pyan atau loteng, yang kelihatan bukan suaranya tadi tikusnya. Mendengar suara hondanya. Mendengar suara temanya itu. Bukan lagi suaranya yang menjadi acara tapi temanya itu. Melihat rumah kawan dari kejauhan, bukan rumah yang kelihatan itu yang menjadi acara tapi kawan yang punya rumah itu, sekalipun kawan itu belum kelihatan mata lahirnya. Lha kita masing-masing sudah begitu itu terserah kita masing-masing.
Alangkah bahagianya kita terutama besok pada yaumul qiyamah kalau kita dikaruniai seperti itu, kita mau usaha lahir batin. Tapi sebaliknya alangkah ruginya kita kalau kita tidak dapat memiliki soal itu, kalau kita dikaruniai seperti diatas tadi.

ARAB 167

Sedetik dari pada umurnya memadai ibadah seribu tahun. kalau lebih dari pada itu. Malah orang yang ibadah seribu tahun. kalau masih dikuasai oleh imprialis nafsu dia tidak bisa tahu sadar kepada Allah SWT. tapi kalau orang sudah bebas dari imprialis nafsunya, otomatis tahu kepada Tuhanya otomatis. kalau orang masih dikuasai oleh imprialis nafsu senantiasa berdosa besar. Hidupnya berlumuran dosa. sebab kalau tidak maksiat lahir ya maksiat batin, hanya luarnya saja yang kelihatan baik, tapi dalamya bongkeng .sebab lalu senantiasa merasa saya banyak ibadah,saya suka menolong orang lain saya suka berbuat baik !. Diakui Dan disamping diakui otomatis takabbur sebab merasa orang lain tidak ada yang menolong ,dan dia saja yang memberi pertolongan. itu takabbur. itulah akibat tidak sadar kepada Allah SWT. kalau orang yan sadar kepada Allah SWT ketika dia menolong orang lain dia sadar aku bisa ditolong ini karena ditolong olehTuhan. karena digerakan Tuhan untuk menolong. jadi bukan kemampuan atau usaha saya sendiri. itu dalam batinnya orang yang sadar kepada Tuhan. Istilah Wahidiyah BILLAH. Aku mujahadah, aku amal begini begitu itu karena ditolong digerakkan Tuhan. Tanpa digerakkan Tuhan saya tidak bisa berbuat sama sekali. Jadi yang ada dan yang kuasa hanya Tuhan.
Orang yang masih dikuasai imprialis nafsu, otomatis mengaku. Kalau baik diakui jelek, cuci tangan !. itu karena nafsu.
Ya mudah-mudahan para hadirin hadirot, pengajian pagi ini benar-benar diridloi Alloh wa Rosuluhi SAW. Pengajian mingguan ini suatu pengajian yang membahas soal-soal yang sangat prinsip sekali, mudah-mudahan benar-benar diridloi Alloh wa Rosuluhi SAW. mudah-mudahan benar-benar menbawa manfaat yang sebsar-besarnya, terutama manfaat kesadaran kepada Alloh wa Rosuluhi SAW. Amiin.


ARAB 168

(Tiada meninggalkan sedikitpun dari kebodohan, orang yang pada suatu masa akan usaha mengadakan sesuatu selain yang diberikan Alloh dimasa lalu).

Orang yang ingin merubah kodar, ingin merubah kodar seratus persen ini orang yang memborong kebodohan namanya. Seluruh kebodohan di borong oleh dia. Bodoh sekali orang yang begitu. Yaitu orang yang sama sekali dijajah oleh imperialis nafsunya.
Dus kodar segala sesuatu, makhluk pada umumnya manusia atau lainnya, semua sudah dikodar oleh Alloh SWT. Dikodar ditentukan dengan pasti. Istilah bangunan sudah direncanakan dengan matang. Tak akan berubah-rubah. Secara kongkrit menyeluruh sempurna. Tidak ada sebutir otompun yang tidak termasuk didalam kodar Tuhan, apakah itu soal yang baik maupun soal yang buruk semua tidak lepas dari rencana Tuhan. Ibarat arsitek bangunan ahli , pasti ada rencana bangunan atau bestek yang kongkrit, yang lengkap yang diperhitungkan dengan matang dengan seksama. Sempurna. Sak glugut pinoro pitu tidak ada yang keliwatan karo kodar Alloh SWT. Semuanya dibawah kodar Alloh SWT.
Kalau begitu baiknya apa menyerah kodar saja ?. Ya memang harus menyerah pada kodar atas dirinya. Tapi disamping itu harus usaha. Harus ikhtiar. Harus berjuang. Bekerja harus. Tapi soal kaya atau miskin itu sudah dikodar Tuhan. Jangan cam,pur tangan urusan Tuhan. Lha kalau begitu kaya atau miskin sudah dikodar Tuhan ya sudah dienakan nggelonjom saja, toh kalau Tuhan mengkodar kaya saja jadi kaya. Lha, ini namanya menyalahgunakan !. Kaya atau miskin ini satu bidang. Bidang kodar penentuan Tuhan. Dan usaha ikhtiar berjuang itu bidang lain lagi, harus dipenuhi oleh manusia !.
Jadi soal kodar harus iman harus percaya, iman bahwa “khoirihi wasyarihi minallohi ta’ala”. Baik dan buruk Alloh yang menentukan. Jadi ya harus syariat ya hakekat !. Ya LILLAH ya BILLAH. Keduanya harus dipenuhi. Tapi sayangnya masih banyak diokalangan masyarakat yang menyalahgunakan dengan pedoman jawa “yen yo mosok wurungo, yen ora mosok iyoho”. Lalu nggelonjom tidak mengisi bidang ikhtiar. Ini menyalahgunakan dan terkecam !. Pasti juga akan dimntai pertanggung jawaban kelak dikemudian hari.
Pokoknya harus “yukti kulladzi haqqin haqqoh”. Bidang lahiriyah diisi bidang batiniyah diisi. Istilah ban, harus ada ban luar dan dalam. Ya mudah-mudahan para hadirin hadirot, kita diridloi Alloh wa Rosulihi SAW dapat memanfaatkan pengajian mingguan ini yang sebanyak-banyaknya dalam segala bidang. Artimya bidang pengetrapan bidang peningkatan, bidang penyiaran, lahir maupun batin. para hadirin hadirot, kiranya cukup sekian saja pengajian mingguan ini dan nuwun sewu sekali lagi mugi-mugi pengajian mingguan ini benar-benar dikaruniai manfaat yang sebanyak-banyaknya. Mudah-mudahan kita, Mudah-mudahan kita dikaruniai dapat mengtrapkan yang setepat-tepatnya sesuai dengan apa yang diridloi Alloh waRosulihi SAW. Amin. Yang sesungguhnya !. Yang sesungguhnya ialah yang diridloi Alloh SWT. Yang diridloi Alloh SWT adalah yang sesungguhnya. Amin amin.
Dus. Soal kodar , soal iktiqot, harus kita isi sepenuh mungkin soal lahiriyah, syariat harus juga kita isi sepenuh mungkin !. Kita harus Isro’ dan harus Mi’roj. Disamping Mi’roj harus Isro’.

SAMBTAN DARI PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT.
Disampaikan oleh Bapak Moh. Ruhan Sanusi. Pokok-pokok sambutan antara lain : Pertama soal kemajuan-kemajuan perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW. Didaerah-daerah khususnya setelah Mujahadah Kubro Alhamdulillah mengalami kemajuan-kemajuan. Antara lain didaerah Magelang yang baru didatangi oleh Bapak Kyai Fauzan dan Bapak Kyai Jazuli Malang, dalam rangka peringatan Isro’ Mi’roj untuk umum didaerah kabupaten Magelang dan Wonosobo Jawa Tengah. Alhamdulillah telah dapat dimanfaatka utuk penyiaran Wahidiyah, dan ternyata mendapat sambuta yang baik sekali dilima daerah Kecamatan oleh masyarakat, para ulama dan pejabat setempat, dan terus lansung dipraktekan sekaligus pengamalan Sholawat Wahidiyah didaerah-daerah yang beliau datangi, dan langsung dibentuk jama’ah-jama’ah dengan para panitia penyiar Sholawat Whidiyah setempat. Pada malam terakhir kunjungan Beliau kedaerah Magelang tersebut, yaitu pada tanggal 16 Juli 1977 malam minggu mengadakan Kuliah Mujahadah dikompleks Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang yang diikutu oleh para Akademis dan Karyawan AMN disamping masyarakat umum. Dan Alhamdulillah dikompleks AMN Magelang itu telah ada jama’ah Wahidiyahnya.
Demikian juga peninjauan-peninjauan yang dilakukan oleh Bapak Fanani dan Bapak Kyai Muhaimin kedaerah Malang dan Bangil dalam rangka Rojabiyah dan pembinaan dibidang penyiran, Alhamdulillah juga menunjukan ada kemajuan-kemajuan jama’ah-jama’ah Wahidiayah didaerah Malang dan Bangil.
Itu semua para hadirin hadirot, kata Bapak Moh. Ruhan Sanusi selanjutnya, mendorong dan menarik kita yang berada dirumah kita masing-masing untuk ikut juga meningkatkan usaha dan kesyukuran kita secara menyeluruh dan sebanyak-banyaknya. Sykur kepada Alloh wa Rosulihi AW wa Ghoutsu Hadzaz Zaman Ra dan syukur kepada Wahidiyah dan perjuangan Fafirruu Ilalloh SAW. Dimana kita diikut sertakan didalamnya, kata Beliau selanjutnya, terutama saya sendiri, gampang sekali kena pengaruh oleh situasi dan kondisi yang berada disekeliling kita. Dari berbagai jurusan. Sehingga berubah pendirian kita sebagai perjuangan Fafirruu Ilalloh SAW. Dalam mengambil dan memilih atau menentukan “ taqdimul aham”.
Sehubungan dengan kita sudah memasuki bulan Sya’ban, sesudah kita ikut berisro’ mi’roj dalam peringatan-peringatan mujahadah-mujahadah terutama mujahadah Kubro dipusat Wahidiyah ini bulan Rojab yang lalu, kita diajak untuk lebih meningkatkan lagi dalam usaha Fafirruu Ilalloh wa Rosulikhi SAW. Bulan sya’ban adalah bulan “pemeliharaan” atau bulan matun istilah pertanian. Sedangka bulan Rojab merupakan bulan bertanam dan bulan Romadlon sebagai bulan panen bertanam kebaikan dan kesadaran LILLAH BILLAH LIRRROSUL BIRROSUL LILLGHOUTS BILGHOUTS dan sebagainya, yang harus dipelihara dipupuk dan diopeni dalam bulan Sya’ban ini sehingga sehingga mudah-mudahan dalam bulan suci Romadlon nanti kita benar-benar memperoleh panenan berupa giat menjalankan amal-amal ibadah dalam bulan Romadlon disamping ibadah berpuasa, beribadah yang tepat lahir batin dan diridloi Alloh wa Rosulihi SAW. Amin !.
Selanjutnya Beliau mengumumkan bahwa dalam bulan Romadlon nanti dipusat Wahidiyah di Kedunglo sini akan diadakan Asrama Wahidiyah selama 20 hari dimulai hari malam pertama puasa. Dianjurkan kepada pengamal Wahirdiyah ummnya teutama para remaja muda dan mudi supaya menyempatkan diri mengikuti asrama itu nanti. Disamping mujahadah-mujahadah Wahidiyah dan Kuliah-kuliah Wahidiyah, dalam Asrama Romadlon itu nanti nanti juga diadakan pengajian-pengajian kitab-kitab jurusan syariat yang penting-penting sebagai pengetahuan dasar bagi pelaksanaan ‘ubudiyah kepada Alloh wa Rosulihi SAW. Sekalipun asrama seperti ini sudah beberapa kali diadakan, namun selalu ada hal-hal baru bagi kita. Banyak ilmiyah- ilmiyah terutama jurusan kepada Alloh wa Rosulihi SAW. Yang sama sekali baru, belum pernah kita jumpai sebelumnya. Tidak sedikit pengalaman-pengalaman batin terutama yang bisa kita peroleh dalam Asrama Wahidiyah dipusat Wahidiyah ini yang tiodak mudah kita peroleh pada kesempatan lainnya Asrama. Bagi para panitia penyiar Sholawat Wahidiyah dan sponsor-sponsor wahidiyah didaerah-daerah. Asrama Wahidiyah dalam Romadlon ini merpakan kesempatan yang sangat berharga sekali kader forming pembentukan kader-kader perjuangan fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW. Yang sungguh-sungguh militan. Ini pengalaman para hadirin hadirot, disamping itu para hadirin hadirot, yah sekalipun soal tidak menjadi objek tujuan kita, tapi merupakan tambahan fadlolnya Alloh SWT. Yaitu banyak sekali kesulitan-kesulitan soal rumah tangga dan lain-lain yang sulit atau sukar dicari jalan keluarnya, tahu-tahu kita tinggal ikut berasrama disini tahu-tahu memperoleh jalan keluar, sungguh para hadirin hadirot ini pengalaman bukan koyah atau jual kecap kosong, yah sekali lagi sekalipun soal tersebut tidak menjadi tujuan pokok dari pada kita mengikuti Asrama. Tapi Alhamdulillah sekian antara lain pokok-pokok isi sambutan dari pusat.

KEMBALI FATWA DARI AL-MUKARROM ROMO YAHI.

Mari para hadirin hadirot, apa-apa yang telah disampaikan oleh pusat tadi kita perhatikan dengan sungguh-sungguh antara lain hubungan Sya’ban. Supaya memperbanyak menbaca Sholawat !. Karena, yaitu ada dawuh, seperti yang sudah kita maklumi, bahwa buln Rojab adalah bulan Alloh SWT. Bulan Sya’ban, bulannya junjungan kita kanjeng Nabi Muhammad SAW. Justru itu kita memperbanyak menbaca sholawat atau mujahadah-mujahadah disamping memperbanyak ibadah-ibadah lain dan disamping itu ayat sholawat yaitu :
ARAB 172
Diturunkan dalam bulan sya’ban. Dan lebih-lebih lagi didalam bulan Sya’ban ada “nisfu sya’ban”. Nisfu Sya’banmerupakan waktu yang sangat baik sekali. Kita memperbanyak mujahadah depe-depe di hadapan Alloh SWT. Baik sekali bulan sya’ban. Antara lain membaca surat yasin ba’da maghrib tiga kali seperti banyak dilakukan oleh ummat islam dimana-mana setiap malam nisfu sya’ban. Maka dari itu kita perlu sekali sebagai pejuang Fafirruu Ilalloh SAW. PerjuanganWahidiyah dan Ajarannya, perlu sekali memanfaatkan waktu malam nisfu sya’ban itu yang sebanyak-banyaknya semalam suntuk !. Yaitu untuk Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW !.
Dan hubungan bulan Romadlon, diuraikan tadi, khususnya mengenai Asrama, para hadirin hadirot, kita sebagai pengamal, pejuang sholawat wahidiyh dan ajarannya, perjuangan kesadaran Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW. Perlu memperhatikan dan mengikuti Asrama ini. Terutama bagi remaja-remaja. Kalau tidak dapat megikuti 100% 20 hari, yah ! apakah semalam, dua malam, malamnya saja atau siangnya saja, ini perlu mengikuti. Terutama bagi para remaja-remaja yang pada akhir-akhir ini, kita sebagai pejuang Fafirruu Ilalloh wa Rosulihi SAW. Terutama bagi para remaja kurang sekali tenaganya. Tenaga kader kurang sekali. Karena itu perlu sekali adanya perhatian kita yang sebanyak-banyaknya, terutama untuk dapatnya memenuhi apa yang kita butuhkan dalam perjuangan ini !.
Mari para hadirin hadirot, pada kesempatan ini kita manfaatkan yang sebaik-baiknya untuk berdepe-depe memohon kehadirot Alloh wa Rosulihi SAW. Demi untuk kita sekeluarga, untuk ummat dan masyarakat !.

AL FAATIHAH !...

( MUJAHADAH )















1 komentar: