al hikam 2
Mujahadahmujahadah didaerah masing-masing supaya sungguh-sungguh dimasukkan dalam acara yaitu memohon semoga Mujahadah Kubro yang akan datang itu benar-benar diridloi Allah wa Rosuulihi saw, membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kita bersama, bagi keluarga kita, bagi bangsa dan negara kita, dan bagi umat dan masyarakat jamii’ alamin semoga cepat-cepat lari Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW !.
Demikian pokok-pokok sambutan dari Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat.
Hadrotul Mukarrom Romo Yahi dalam amanat terakhirnya mengajak hadirin-hadirot, memperhatikan dengan sungguh-sungguh pengumuman dari pusat. Seperti biasa, pengajian diakhiri dengan mujahadah !!!.
KATA PENGANTAR
الَسَّلاَمُ عـَلـَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وبـَرَكاَتـُهُ
ِبـسْمِ الله ِالرََّحْمَـنِ الرَّحـِيْمِ
اْلوَاحِدُ الصَّمَدُ يَهْـدِ لِلرَّشَادِ * الحَمْد ِللهِ اْلَـّذِىْ هُوَ اْلأَحَـــدْ
يَارَبـَّـنَا صَلِّ عَـلَـيْـهِ سَــلِـّمِ * بِخَيْـرْ خَـلْقِكَ شَفِـيْعِ اْلأُمَــمِ
فِى كُلِّ حَالٍ دَائِمًا وَسَعَـتِهِ * وَاْلأَلِ غَرِّقْـنَا بِبَحْـرِ اْلوَحْدَةِ
عَـلَـيْـــــكَ رَبِـّنِى بِإِذْنِ اللهِ * ياأيّــها الغوث ســـــلام الله
مُوْصِلَةِ لِلْحَضْرَةِ اْلعَــلِـيَـّهْ * وَانْظُرْ إِلَيَّ سَـيِـّدِى بِـنَظْرَهْ
Alhamdulillahi bifadlillahi ta’ala wabi Syafa’ati Rosulillahi SAW wabi Nadzroti Ghoutsi Hadzaz-Zaman ra, serta restu beliau hadrotul Mukarrom Romo KH. Abdul Hamid Madjid, kami bisa menghadirkan kembali buku “Pengajian Kitab Al-Hikam dan Kuliah Wahidiyah Minggu Pagi” yang disampaikan oleh beliau Hadrotus Syaikhina wa Murobbi Ruuhina Mbah KH. Abdul Madjid Ma’ruf Mu’alif Sholawat Wahidiyah Qs. Ra. Dihadapan para pembaca sekalian. Penerbit buku ini terdiri dari tiga edisi, yaitu Edisi I, II, dan III yang setiap Edisi memuat 10 pengajian.
Dimohon dengan sangat kepada para pembaca sekalian khusunya para Pengamal Sholawat Wahidiyah supaya dengan hati yang ikhlas untuk senantiasa mempelajari/membaca buku ini, semoga maaf hati kita yang buta, oleh Allah SWT segera dibuka sehingga semakin meningkat rasa pengabdian diri dan kesadaran kita kepada Allah wa Rusuulihi SAW.
Oleh kesemuanya dalam mempelajari/membaca buku ini, di mohon untuk senantiasa memperhatikan dan melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
1. Bermujahadah baik sebelum, sesudah atau di tengah-tengahnya membaca
buku ini, adapun bilangannya supaya di sesuaikan dengan situasi dan kondisi.
2. Senantiasa berdepe-depe dihadapan Allah SWT wa Rasuulihi saw wa Ghoutsi
Hadzaz-Zaman ra. Lillah-Billah, lir Rosul-bir Rosul, lil Ghouts-bil Ghouts senantiasa menjiwai dalam membaca buku ini.
3. Senantiasa muhasabatun nafsi atau koreksi diri terhadap nafsu dan proyek-proyek nafsu selanjutnya hayati dan amalkan isi atau maksud yang terkandung dalam pengajian ini.
Mudah-mudahan penerbitan buku ini benar-benar mendapatkan Ridho dari Alloh SWT wa Rosuulihi saw wa Ghoutsi Hadzaz-Zaman RA yang sehingga membuahkan barokah, peningkatan yang sebesar-besarnya dalam segala bidang. Khususnya bidang Perjuangan Kesadaran Fafirruu Ilolloh wa Rasuulihi saw. Amin-amin yaa Robbal ‘alamin.
وَبِاللهِ التُّوْفِقْ وَالْهِدَايَةْ, وَمِنَ الرَّسُوْلِ صلى الله عليه وسلم الشّافَعَةْ, وَمِنَ الغْثِ رضى الله عنه النّظْرَةْ وَالبَرَ اكَةْ وَالْعَفْوَ مِنْكُمْ .
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله ِوَبَرَ كَاتُه
Kedunglo, 18 Mei 2004
28 R. Awal 1425 H.
Jama’ah Perjuangan Wahidiyah
Pusat Penyiar Sholawat WahidiyahMiladiyyah
Mu’allif Sholawat Wahidiyah
LILLAH BILLLAH LIRROSUL BIRROSUL !. Tapi jika kita merasa LILLAH BILLLAH, berarti kita belum LILLAH BILLLAH, masih merasa LILLAH BILLLAH.
Ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot, pengajian pagi hari ini membawa manfaat maslahah dan kemajuan yang sebanyak-banyaknya maaf kiranya cukup sekian pengajian ini dan, mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada hadirin-hadirot. Sekali lagi mudah-mudahan pengajian pagi hari ini dikaruniai manfaat yang sebanyak-banyaknya. Sebab akhir-akhir ini para hadirin-hadirot, banyak sekali atau sebagian besar ilmu tidak bermanfaat. Sebagian besar, zaman akhir ini ilmunya tidak bermanfaat. Tahu itu buruk, itu jelek dan ini baik. Tapi yang dikerjakan yang buruk. Ini berarti ilmunya tidak manfaat. Mari kita doki diri kita sendiri para hadirin-hadirot. Tahu yang itu buruk yang ini baik tapi yang dipilih justru yang buruk. Sebagian besar umat manusia begitu para hadirin-hadirot !. Bahkan kita sendiripun terutama… mari kita aku para hadirin-hadirot. Mari kita prihatin. Terutama mari kita kaui hal-hal seperti itu.
Pengajian cukup sekian, mudah-mudahan diberi manfaat yang sebanyak-banyaknya !. Amin, amin, amin. Waktu dan tempat dipersilahkan kepada beliau dari pusat.
SAMBUTAN DARI PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT
Dismpaikan oleh Bapak KH. Zainal Fanani
Pokok-pokok isi sambutan mengenai sekitar akan diselenggarakan Mujahadah Kubro Wahidiyah dalam rangka memperingati Lahirnya Sholawat Wahidiyah yang ke 15, yaitu besok pada hari kamis malam jum’at tanggal 19 Muharam 1398 H sampai dengan malam senin Pahing tanggal 23 Muharam 1398 H. Tanggal umum 29 Desember 1977 sampai dengan tanggal 2 Januari 1978 M. Diharapkan dengan sangat perhatian dan bantuan hadirin hadirot dan umumnya segenap Pengamal Sholawat Wahidiyah, berupa pikiran, tenaga, moril dan materiil terutama
ibadah,... Lebih-lebih kalau maksiat Lebih larut,... jaauuh berlarut-larut…!.
Para hadirin-hadirot, diantara kita di mana letaknya dan kita mampu. Tapi kalau orang berkhusnudhon berdasar sifat Tuhan, dalam segala bidang dia senantiasa alhamdulillah, senantiasa memuja, senantiasa berterima kasih kepada Alloh SAW. Sedangkan yang berkhusnudhon berdasarkan perbuatan, ...yaitu tadi,... ketika keadaan jembar atau berlebih dia alhamdulillah. Dan menggunakan kejembarannya itu untuk kebaikan. Tapi hanya sebagian Tapi kalau keterlaluan, ... yaitu tadi...“KALLAA” INNAL-INSAANA LAYATHGHO AN ROAAHUS TAGHNA...”.
Manusia kalau keadaan kaya. Istilah umum istilah khusus kalau merasa kaya senantiasa berlacu berlarut larut !. ini sudah maklum!.
Kalau itu tidak heran ada hadits Rosulullooh SAW yang menerangkan bahwa orang fakir masuk syurga lebih dahulu dari pada orang-orang kaya 500 tahun lebih dahulu ini maksud dawuh ini ya soal lahiriyah soal materi tapi yang dimaksud dengan Fakir yaitu fakir yang sabar dan ridlo.
Ada lagi anu, tafsiran dari hadist ini
أَكْثَرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ اْلفُقَرَآءِ {أوكما قال}
Sebahagian besar penghuni surga adalah fuqorok orang-orang miskin, melarat, melarat dari amal, dari ibadah. Coba kita lihat bangsa Indonesia 90% umat Islam pengakuannya. Tapi yang beramal yang konsekwen hanya berapa persen!. sekalipun dihukum di neraka terlebih dahulu, tapi akhirnya dimasukkan surga juga. Lha yang kaya akan amal-amal ibadah bagaimana?. Mereka jadi raja di akhirat!. lebih-lebih amal batiniyah disamping amal lahiriyah!.
Nuwun sewu para hadirin-hadirot, jika saudara ungguh-sungguh LILLAH BILLLAH LIRROSUL BIRROSUL pasti jadi raja nanti di akhirat!
AL-HIKAM I HaL 21
ِبسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
{اِحَالَتُكَ اْلَاعْمَالُ عَلَى وُجُوْدِ الفَرَاغِ مِنْ رُعُوْنَاتِ النَّفْسِ }
(menangguhkan amal-amal ibadah, menangguhkan berbuat kebaikan, ditangguhkan, ditunda-tunda kalau sudah menganggur, kalau sudah longgar sekarang masih repot ini itu, ini adalah sifat-sifat nafsu yang kumprung, yang bodoh, yang blo'on).
Nafsu yang kumprung, yang bodoh. Atau semua nafsu itu kumprung, dungu. Saya akan beribadah besok-besok saja kalau sudah, sudah selesai pekerjaanku ini, kalau sudah... selesai garapan sawah, kalau sudah... tidak menyusui anak, kalau sudah... tentram rumah tangga saya, kalau sudah... sehat kembali, kalau sudah pensiun... dan sebagainya dan sebagainya. Ini semua ajakan nafsu. jangan diperturutkan!. Jangan dilayani!. Ajakan nafsu pasti menyeret kepada kebinasaan dan kehancuran!. Menunda-nunda pekerjaan adalah bujukan nafsu!. Alloh SWT telah memberi peringatan dalam firman-Nya yang bernada bertanya dalam surat AL-Hadid ayat 16:
اَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا اَنْ تَخْشَعَ قُلُوْ بُهُمْ لِذِكْرِ الله ِوَمَا نَزَلَ مِنَ اْلحَقِّ .....الحديد
(Belum datang waktunya bagi mereka orang-orang yang beriman untuk menundukkan hati mereka khusyu mengingat kepada Alloh SWT dan kepada kebenaran-kebenaran yang telah turun kepada mereka ? ... ).
Sesungguhnya malah sudah jauh terlambat!. Ada lagi, itu dawuh hadist Rosululloh SAW :
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابِكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَصِحَّتِكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَفِرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَغَنَّاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ. الحديث
(Peliharalah lima macam keadaan sebelum datangnya lima macam keadaan yang lain, yaitu masa muda, sebelum datangnya masa tua, dan selagi sehat sebelum atau mumpung tidak sakit, selagi waktu longgar mumpung belum repot, dan selagi kaya mumpung belum fakir, dan selagi masih hidup mumpung belum mati).
Jadi dalam keadaan bagaimanapun juga kita harus terus, terus memanfaatkan segala keadaan untuk ingat kepada Alloh, untuk mengabdikan diri kepada Alloh, untuk.... untuk Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW :
فَاذْكُرُوْا الله َقِيَامًا وَقُعُوْدًا وَعَلَى جُنُوْبِكُمْ . النسآء:٥٣
(... ingatlah kepada Alloh di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring).
Jadi pokoknya dimana kita. berada dan apapun yang kita lakukan, harus senantiasa dzikir atau ingat kepada Alloh!. “udzurullooha” = dzikirlah kepada Tuhan!.
Dzikir itu macam-macam pendapat. Imam Nawawi, semua, semua ibadah itu dzikir. Ubudiyah itu dzikir. LILLAH, semua apa saja yang didasari LILLAH, itu dzikir. Semua dzikir atau ibadah, “muqooribatun ilalloh” . Mendekatkan kepada Alloh! makin banyak ibadahnya, disamping BILLAH otomatis, makin dekat kepada Alloh SWT. Makin diridloi Alloh SWT Makin diridloi Alloh SWT Makin sempurna indallohi ta'ala.
فَاِذَا كان المرُِيْدُ مُشْتَغِلًا بِحَالٍ مِنْ اَحْوَالِ دُنْيَاهُ وَكَانَ ذَلِكَ يَمْنَعُهُ مِنَ اْلاعْمَالِ الَّتِى يَتَوَصَّلُ بِهَا اِلَى حَضْرَةِ َمْولَاهُ ....كَانَ ذَلِكَ دَلِيْلٌ عَلَى رُعُوْنَةِ نَفْسِهِ
Seorang murid menghendaki wusul kepada Alloh SWT. Atau “Saalik” Istilah “Saalik” dan “murid” sama maksudnya. Tapi ada sedikit perbedaan.
menjagakan kepada selain Alloh, tansah ... banyak kelau diperinci. Sekalipun dia buta huruf !.
Adapun orang umum yang dimaksud orang umum di sini bukan rakyat jelata, tapi orang yang tidak mengetrapkan seperti orang khusus tadi. Sekalipun mempunyai keistimewaan, 'allamah ilmunya banyak, ibadahnya giat, tidak henti-hentinya mujahadah atau sembahyangnya, atau ngebleng terus-terusan di dalam masjid sekalipun begitu, kalau hatinya tidak mengetrapkan seperti itu tadi, LILLAH-BILLAH LIRROSUL-BIRROSUL mudahnya orang umum atau menjadi orang khusus istilah di sini, Kemampuan adalah nikmat yang harus kita syukuri.
“FAL KHOSSHOH”... Orang khusus, berhusnudhon husnul yaqiin bahwa Tuhan Maha Pemurah, Maha Pemberi, Maha Kasih Sayang itu memang sifat Tuhan. Sekalipun aku sekarang menderita, tapi Tuhan tetap kasih sayang padaku. Alhamdullilah orang khusus. Sedangkan orang umum, sehabis makan enak Alhamdulillah nanti agak lapar .... Innaalillah !. Bingung !. mereka hanya berdasar pada perlakuan Tuhan atas dirinya yang di alami dasarnya kenyataan. Sekalipun sakit atau melarat dan sebagainya itu sesungguhnya nikmat, atau saking kasih sayang Tuhan tapi karena dia orang umum istilah di sini pandangannya saya itu sudah biasa!. Sudah maklum!. Soal materi, menjadi ngresulo, putus asa begini begitu. Hanya ketika mampu atau keadaan normal, dia ... Alhamdullilah Itu sudah biasa!. Sudah maklum!.
كَلاَ ,إِنَ اْلاِنْسَانِ لَيَطْغَى ,أَنْ رَآهُ اَسْتَغْنَى {علق}
Manusia!. Ketika mampu, kaya ... berlarut-larut!. Malah kalau dia merasa kaya, ini lebih berat lagi!. Menggasap haknya Tuhan!. Yang kaya hanya Tuhan!. Kok dia berani-berani mengaku kaya merasa mampu ?. Larut, berlarut-larut untuk, untuk nuruti nafsunya. Untuk kepuasan nafsunya!. Sekalipun ujudnya untuk ibadah untuk perjuangan, tapi itu hanya lahirnya saja!. sesungguhnya itu ada pamrihnya!. Sedang lahirnya kelihatan
tapi kalau mau menggali sesunggunya dalam pada itu membawa keuntungan dan faedah serta manfaat yang besar sekali. Tidak ada yang 100% merugikan, jadi sesungguhnya yang akan datang, lebih banyak. Lebih banyak pemberian Tuhan, Berdasarkan perbuatan Tuhan yang telah merupakan fakta dan kita rasa itu. Terus meningkat bertambah-tambah pemberian-pemberian Tuhan!. Dan, sekalipun dalam satu bidang terasa merugikan, tapi kalau mau meninjau secara keseluruhan, sesungguhnya menguntungkan.
Husnudhon atau husnul-yaqin berdasarkan kedua-duanya tersebut, kita mampu. Sifat Tuhan yang senantiasa kasih sayang, mampu. Berdasarkan perbuatan Tuhan atas kita yang sudah jelas dalam fakta, kita mampu. Ya berdasarkan sifat-Nya, ya berdasarkan perbuatan-Nya. Dan kita mampu untuk itu.
أَنَّ النَّاسَ فِى حُسْنِ الظَّنِ عَلَى قِسْمَيْنِ خَاصَةٍ وَعَامَةٍ فَالْخَاصَّةُ حُسْنُوا الظَّنِ بِهِ لِمَا هُوَ مِنَ النُّعْوْتِ السَّنِيَةِ وَالصِّفَاتِ الْعَلِيَةِ.
Di sini diterangkan, hubungan husnudhon, manusia dibagi dalam dua bagian “KHOSSOH” orang khusus, dan “AAMMAH” orang umum. Yang dimaksud orang khusus di sini yaitu orang yang pengetrapkan seperti apa yang diuraikan di atas. Sekalipun buta huruf umpamanya, asal mengetrapkan seperti yang dibicarakan dalam pengajian ini, itulah orang khusus. Istilah WAHIDIYAH senantiasa LILLAH-BILLAH LIRROSUL-BIRROSUL. Tapi ini tidak berarti bahwa seorang pengamal Wahidiyah lalu merasa lebih-lebih mengaku dirinya orang khusus atau seorang yang LILLAH BILLAH. Ini terbalik kalau begini perasaannya keblasuk. Malah sebagai Pengamal Wahidiyah harus justru merasa dirinya hina. Banyak dosa banyak berbuat dholim, senantiasa merugikan dan sebagainya seperti yang kita alami ini pokoknya.
Orang khusus di sini yaitu tadi orang yang senantiasa mengabdikan diri kepada Alloh Ta’ala. Senantiasa sabar ridlo, tawakal tidak
“murid”, masih berkehendak, dan “saalik” sudah berjalan. Sudah berada ditengan jalan. Kedua-duanya itu belum bebas dari nafsu secara keseluruhannya. Tapi sesungguhnya “murid”, karena dia sudah berkehendak, berarti sudah dapat mengalahkan nafsunya. Sekali pun baru sekian prosennya. Lebih-lebih “saalik”. sudah berjalan, sedikit atau banyak sudah dapat menguasai nafsu. Sekalipun belum seratus persen. Tapi soal BILLAH dengan sendirinya belum menguasai. Selanjutnya Syekh Pensyarakh Al-Hikam yaitu Syekh Ibnu ‘Ibad mengulas dengan kata selanjutnya :
وَقَدْلَايَجِدُ مُهْلَةٌ بَلْ يَحْتَطِفُهُ المَوْتُ قَبْلَ ذَلِكَ أَوْيَزْدَادُ شُغْلُهُ لأَنَ اَشْغَالَ الدُّنْيَا يَتَدَاعَى بَعْضُهَا اِلَى بَعْضٍ ... فَالْوَاجَبَ عَلَيْهِ اَلنُّهُوْضُ اِلَى مَا يُوْصِلُهُ اِلَى مَوْلَاهُ قَبْلَ الْفَوَاتِ وَلِذَا قِيْلً الْوَقْتُ كَالسَيْفِ إِنَ اَّمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ
Orang yang menunda-nunda atau menangguhkan amal ibadahnya, disamping tidak tepat, mungkin sebelum sampai pada waktu yang ditangguhkan dia sudah kedahuluan pati. Mungkin tidak kedahuluan pati, tapi semangatnya atau hasratnya menjadi semakin kendor, ditlikung oleh nafsu, dan mungkin datang acara baru yang lain lagi. Manusia selalu dikepung oleh bermacam-macam kepentingan ini itu ini itu. Satu belum selesai sudah datang perkara yang lain. Tiap-tiap waktu membuat tuntutan sendiri-sendiri. Ingin ini ingin itu, perlu ini perlu itu dan seterusnya. Maka menunda-nunda waktu untuk melakukan suatu amal perbuatan adalah suatu penyelewengan!. Dan kalau terus menerus begitu, terus menuruti bujukan nafsu, akhirnya tidak ada satu amal perbuatanpun yang dapat dirampungkan dengan sempurna. lbarat masakan matang tidak mentahpun bukan. Magel istilah jawa.
Maka yang wajib harus diperhatikan oleh setiap murid atau saalik ialah selalu menjaga waktu, mengisi segala waktunya segala kesempatannya untuk melakukan amal-amal ibadahnya kepada Alloh Ta'ala ! Untuk melaksanakan pengabdian diri kepada Alloh Ta'ala. Dikatakan
diatas tadi.
الْوَقْتُ كَالسَيْفِ إِنْ لَمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ
(Waktu itu seperti pedang, jika tidak engkau menggunakan pedang itu, tentu akan memotong lehermu).
Kalau waktu tidak dimanfaatkan untuk “Fafirruu Ilalloh”, dia akan terbunuh oleh kesempatan itu dan akan diserahkan menjadi tawanan imperialis nafsunya. Diinjak-injak, diperkosa dan dijerumuskan oleh imperialis nafsunya ke dalam jurang kehancuran!.
Waktu atau kesempatan adalah rohmat karunia Tuhan yang harus disyukuri. Maka siapa yang tidak mensyukuri waktu, yaitu menggunakannya untuk ibadah pengabdian diri kepada Alloh, satu-satunya jalan yang membahagiakan dirinya, otomatis waktu yang tidak dimanfaatkan begitu menjadi siksa yang menyengsarakan dirinya. Kalau tidak menjadi “tsawab” pahala, menjadi “iqob” siksa.
Terserahlah! Lha! ini para hadirin-hadirot sekalipun soal kecil atau besar, kita perlu koreksi keadaan diri kita masing-masing! Apakah sudah memanfaatkan waktu kita untuk “tsawab” ataukah kita biarkan untuk “iqob”, yaitu menunda-nunda waktu. Padahal sudah diperingatkan dan diperintah oleh Alloh SWT seperti di atas tadi “udzkurulloha qiyaaman wa qu’uudan wa 'ala junuubikum”…
“Kalau tidak bisa dengan berdiri ya dengan duduk, kalau tidak bisa duduk ya dengan berbaring. Seketika itu juga. tidak usah menanti-nanti kalau bisa berdiri dan sebagainya. Kalau bisa, ya, lahir batin. Tapi kalau terpaksa ya batinnya saja!. Kalau batin tidak bisa, ya lahimya saja. Daripada sama sekali tidak ada kegiatan ubudiyah!.
Jadi, dzikir atau ibadah yang sempurna harus dhohiron wa baatinan. Lahirnya ya ibadah, batinnya juga ibadah!. Tapi kalau terpaksa tidak dapat lahir batin, yah! batinnya saja. Kalau batin tidak bisa, yaa! lahirnya, daripada sama sekali tidak. Tidak bisa hudlur, umpamanya. Yah dipaksa saja sekuat-kuatnya Insya Alloh Tuhan akan memberikan pertolongan! Asal
seseorang yang karena buruknya negara dan masyarakat atau menjadi buruk, menjadi bejad, Lha Diantara kita di mana letaknya mari sekali lagi! AL FAATIHAH…
Diantara kita mampu “FAMAN SYAA-A FAL YUKMIM, WAMAN SYAA-A FAL YAKFUR”. Mampu kita akan menguntungkan membuat baik masyarakat, mampu akan merugikan menghancurkan mampu. Aku kita mempunyai akal yang sehat sungguh-sungguh manusia, tentu memilih yang menguntungkan: para hadirin-hadirot. Kita tingkatkan yang sebanyak-banyaknya jauh masih, banyak sekali kemampuan kita yang belum kita pergunakan.
Kita harus husnudhon yakin, bahwa Alloh SWT senantiasa sayang, senantiasa memberi jika terpaksa tidak dapat husnudhon berdasarkan sifat Tuhan harus berdasar perbuatan perlakuan Tuhan. Tuhan senantiasa bisa memberi kita bisa begini bisa dan seterusnya. Mari kita sadari ketika kita masih berada dalam kandungan, tidak bisa apa-apa. Kemudian dilahirkan, dibuat oleh Alloh SWT bisa bergerak-gerak, bisa menangis, bisa menetek dan seterusnya sampai besar, menjadi besar, menjadi besar bertambah pula kepandaian dan kecakapan yang dibuat Tuhan kepada kita. Bertambah besar, bertambah umur bertambah pula pemberian Tuhan kepada kita. Mari kita sadari pemberian Tuhan ini. Padahal semua pemberian-pemberian yang evolotif dan sistimatis dan justru kita butuhkan itu, tanpa ada permintaan dari kita manusia, para hadirin-hadirot. Mengapa kita manusia tidak mau husnudhon bahkan husnudhon bahkan-husnul yaqin kepada Tuhan?. Perbuatan Tuhan terhadap kita sudah fakta dan jelas kita rasakan!. Itulah kasih sayang Tuhan, kepada kita manusia! Bahkan Alloh SWT menciptakan matahari, bulan, bintang, bumi, daratan, lautan, pohon-pohonan, gunung, air, angin dan sebagainya justru dipergunakan kita manusia, para hadirin-hadirot.
Sekalipun seseorang mengalami suatu kesulitan atau kesupekan,
sombong, merasa baik, takabbur itu contohnya para hadirin-hadirot, Iblis sebelumnya ibadahnya sebagai kepala para malaikat, 80.000 tahun non stop ... seperti kita maklumi. Tapi karena sombong tidak mau sujud kepada Nabi Adam Aalaihissalam,....akhirnya dila'nat menjadi Iblis itu para hadirin-hadirot. Itu lagi kanjeng Nabi Adam 'Alaihissalam sendiri. Suatu kesalahan atau ma'siat membawa akibat bertobat sampai seratus tahun menangisnya. Dan, dalam bidang syari'atnya tapi ini, andai kata beliau tidak berbuat ma'siat melanggar larangan Tuhan di surga, tentu kehidupan dunia ini tidak ada kita manusia, Ya ma'af para ambiya wal mursalin, junjungan kita Rosulillahi SAW, juga akibat dari pada ma'siatnya kanjeng Nabi Adam 'Alihissalam. Begitu para hadirin-hadirot sebagai anak cucu Nabi Adam, seharusnya kita dapat memanfa'atkan ma'siat kita seperti halnya Beliau Nabi Adam 'Alaihissalam. !
Kalau tidak bisa, ya, ma'af....! lbarat anak kambing ya harus bisa suara lembek. Babonnya bisa mengembek, anaknya juga harus bisa menggembek kalau babonnya suara lembek, kok anaknya “hung-hung… Anak iblis para hadirin-hadirot. Ataukah “hung-hung” para hadirin-hadirot mari kita koreksi anak kambing jadi kambing, anak anjing juga jadi anjing, Ya maaf kita harus prihatin dan harus ….ngedoki para hadirin-hadirot, ummat dan masyarakat pada umumnya ya maaf istilah anak kambing, ya seharuanyaya “embek-embek”. Tapi nyatanya, pada umumnya bukan “embek-embek” tapi kok “hung-hung”, para hadirin-hadirot “embek-embek” malah tidak bisa. Ummat masyarakat pada umumaya atau sebagian besar tidak mengikuti Nabi Adam ‘Alaihissalam, memanfaatkan dosa maksiatnya, melainkan malah seperti Iblis para hadirin-hadirot. Mari para hadirin-hadirot kita tanggung jawab mari kita daki. Andai kata saya bersungguh-sungguh, tentu tidak begitu keadaannya. Mari para hadirin-hadirot, kita prihatin. AL-FAATIHAH… AL-FAATIHAH...
Ada suatu sabda yang menerangkan, ada seseorang yang kerena baiknya, negara dan masyarakat menjadi baik. Tapi juga sebaliknya, ada
sungguh-sungguh berkemauan lebih-lebih dengan amalan sholawat. Itu lebih mudah. Tapi umumnya ya ibadah apa saja. Sekalipun belum dapat sempurna, ya semampunya dulu. Harus kita teruskan.
لاَتَطْلَبُ مِنْهُ اَنْ يُخْرِجَكَ مِنْ حَالَةٍ لِيَسْتَعْمَلَكَ فِيْمَا سِوَاهَا فَلَوْ اَرَادَكَ لاَسَتَعْمَلَكَ مِنْ غَيْرِ اِخْرَاجٍ
(Engkau jangan meminta kepada Alloh supaya dipindah dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Sebab kalau Alloh menghendakinya, tentulah merubah keadaanmu tanpa merubah keadaan yang lama).
Ini kita diperintahkan agar supaya jangan memohon kepada Tuhan atau usaha supaya keluar dari suatu keadaan dimana yang kita hadapi. Baik itu keadaan bidang dunia, bidang ekonomi maupun bidang agama. Bidang dunia misalnya seperti bertani, berdagang atau buruh dan sebagainya. Bidang agama misalnya bidang ilmu, menuntut ilmu atau mengajar dan lain-lain. Minta keluar dari keadaan-keadaan seperti diatas dengan maksud supaya bisa ubudiyah kepada Tuhan. Ini tidak tepat. Sebab ubudiyah kepada Tuhan dapat dilakukan dalam segala keadaan. Umpamanya seorang pedagang. Wah kalau saya terus berdagang begitu tidak bisa ubudiyah kepada Tuhan. Karena itu saya harus memohon dan usaha pindah kelapangan pekerjaan yang lain, jadi guru, mengajar ilmu agama, dengan begitu tentu saya bisa lebih tekun ibadah kepada Tuhan. Dan sebagainya dan sebagainya. Ini tidak benar, tidak boleh begitu. Berarti tidak ridlo kepada Tuhan! Tidak puas dijadikan Tuhan menjadi petani atau pedagang, atau pengusaha, atau pengajar dan sebagainya dan sebagainya, dengan alasan tidak bisa ibadah ini tidak wajar begitu. Justru adanya seseorang dijadikan pedagang atau petani atau tukang dan sebagainya itu, justru supaya dimanfaatkan untuk beribadah kepada Tuhan. justru bertani, berdagang dan sebagainya itu supaya dilaksanakan dalam rangka ibadah kepada Tuhan. Dalam keadaan bagaimanapun juga seseorang dapat melaksanakan ibadah.
فَلَةْ اَرَادَكَ أَىْأَحَبَكَ وَكُنْتَ مِنْ اَهْلِ اْلاِرَادَةِ لاَسْتَِعْمَلَكَ اسْتِعْمَالاَ مَحْبُوْبًا عِنْدَهَ بِاَنْ يُوَفِّقَكَ لِلاَفْعَالِ الصَّالِحَةِ وَيُشْغِلُ قَبْلَكَ بِهِ مِنْ غَيْرِ اِخْرَاجٍ أَىْمَعَ بَقَائِكَ عَلَى حَالَتِكَ الّّتِى اَنْتْ عَلَيْهَا
Dus! kalau Tuhan menghendaki, mengasihi atau meridloi kepada seseorang sekalipun dalam keadaan bagaimanapun juga, seseorang dapat beribadah atau ubudiyah. Pokoknya kalau mendapat hidayah Tuhan dapat. Justru berdagang... untuk Fafirruu... bertani, untuk Fafirruu ... Berusaha ini dan itu, untuk Fafirruu .... Jadi tidak perlu keluar dari keadaan yang sedang dialami, dengan alasan untuk bidang ubudiyah, itu tidak perlu.
Soal-soal yang disebutkan diatas tadi kalau tidak bertentangan dengan agama, dengan syariat. Artinya, selama keadaan dimana dia berada tadi tidak dilarang oleh syariat, harus sekuat mungkin dan secepat mungkin usaha pindah kepada keadaan baru yang tidak melanggar syariat. Sebab kalau tidak lekas-lekas keluar dari keadaan yang dilarang syari'at, kemungkinan besar lalu menyalahgunakan. Umpamanya, yah! bagaimana lagi saya memang sudah ditakdir menjadi begini, menjadi orang buruk, kok mau jadi orang baik-baik. Ini namanya suu-ul adab kepada Tuhan. Menyalah gunakan dalil “khoirihi wa syarrihi minalloh”. Suu-ul adab kalau.begini!.
Ada ba’dul qoul mengatakan:
مَنْ تَفَقَهَ وَلاَتَصَوّفَ فَقَدْ تَفَسَقَ, وَمِنْ تَصَوّفِ وَلاَ تَفَقّهَ فَقَدْ تَزْنَدَقَ وَمَنْ تَفَقّهَ وَتَصَوّفَ فَقَدْ تَحَقّقَ. أَوْ كَمَا قَالَ
(Barang siapa berilmu fiqih, bersyari'at saja tidak bertashowwuf yang positif, dia telah fasik atau merusak agamanya. Dan barang siapa yang bertasawwuf saia, berilmu haqiqot saja, tidak bersyari'at, dia tazanduq bertentangan dengan syari'at).
belum. Atau sesungguhnya ini sudah diberi tapi aku tidak sadar bahwa diberi. Melarat ini adalah pemberian yang baik. Sebab seandainya aku kaya, mungkin malah berlarut-larut. Ini suatu pertolongan yang baik sekali. aku kok terus-terusan sakit-sakitan, kok tidak lekas sembuh?. Yah ini pemberian Tuhan yang baik bagiku. Seandainya aku waras-wiris, aku makin terus menerus larut berlarut-larut!. Selalu merugikan orang lain! selalu berbuat apa yang dikecam Alloh SWT, atau mungkin saking belas kasihnya Tuhan, saya di dunia dalam keadaan melarat compang-camping, agar tidak kalong, agar jauh lebih baik kelak di akhirat. Husnudhon ataupun husnul yaqin seperti itu lebih baik. Lebih baik.
Pokoknya para hadirin-hadirot, segala keadaan baik yang diinginkan, menguntungkan atau merugikan, supaya semuanya itu dimanfaatkan untuk... “FAFIRRUU ILALLOOH WA ROSULIHI SAW”.
Jangan sampai berani-berani menyalahgunakan, bahkan maksiat sekalipun, harus kita manfaatkan untuk “FAFIRRUU ILALLOOH WA ROSULIHI SAW”. Antara lain diikuti dengan tobat yang sungguh-sungguh orang yang tidak bersalah kok minta maaf, apa mungkin?. Adanya minta ampun itu karena, dosa ini setengah dari murahnya Tuhan!
Sekalipun maksiat kita tidak boleh memasuki maksiat, tapi... harus kita manfaatkan aku mau memasuki maksiat, nanti toh bisa mandi yang bersih, inilah yang namanya menyalahgunakan.
Syekh Hasan Basyri mengatakan orang tidak ada yang ibadahnya lebih baik daripada maksiat. Artinya dari pada akibatnya maksiat. Dalam kitab ini juga, ada keterangan yang hampir sama maksudnya dengan dawuhnya Syekh Hasan Basyri tersebut :
مَعْصِيَةٌ أَوْرَثَتْ ذَلاَ وَانْكِسَارًا خَيْرٌ مِنْ طَاعَةٍ أَوْرَثَتْ عِزًا وَا سْتِكْبَارًا
Maksiat yang menyebabkan dia nelongso, merana, merasa jelek, merasa dosa berlarut-larut, ini lebih dari pada thoat yang mengakibatkan
toh akhirnya hanyut kedua-duanya. Tidak bisa menyelamatkan anak juga tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
Ini para hadiria hadirot !.
Sesunggunya manusia itu hanya memikirkan dirinya sendiri Kecuali, mereka yang mendapat taufiq Hidayah pertolongan Alloh SWT. Dalam keadaaa yang sudah kritis, sudah sangat terjepit, dirinya sendiri yang berusaha mencari selamat, biar sekalipun mengorbankan anak darah dagingnya sendiri yang masih kecil seperti cerita di atas. Ini para terutama bagi kaum Ibu betapa bengisnya manusia hadirin-hadirot, biar bagaimanapun juga, toh tidak berhasil menyelamatkan diri, tapi terkecuali para hadirin-hadirot, terkecuali... yaitu mereka yang mau mencari keselamatan dengan lari mengungsi kepada Alloh SWT. Alloh SWT pasti menolong hamba-NYA yang sungguh-suagguh mau kembali mengungsi kepada-NYA dengan sepenuh-penuhnya mengungsi. Malah, para hadirin-hadirot, sesunggunya Alloh SWT senantiasa memanggil-mauggil hamba-NYA agar mereka menjadi selamat, tidak celaka, tidak sengsara !!!. Fafirruu Ilallooh !. Fafirruu Ilallooh !. Fafirruu Ilallooh !.
{اِنْ لَمْ تُحَسِنْ ظَنَكَ بِهِ لِاجْلِ حُسْنِ وَصْفِهِ فَحَسِنْ ظَنَّكَ بِهِ لِوُجُوْدِ مُعَامَلَتِهِ مَعَكَ}
Jika engkau tidak bisa husnudhon atau yang lebih tepat kalau terhadap Tuhan “Husnul yaqin” jika engkau tidak bisa husnul yaqin kepada Tuhan berdasar kebaikan sifat-sifat Tuhan, maka berkhusnul yaqinlah kepada-NYA berdasarkan adanya perlakuan Tuhan terhadap dirimu.
Berdasar sitat Tuhan, Maha Loman-Pemberi. Aku kok melarat umpamanya, aku kok sengsara, tapi aku yakin, yakin pasti akan diberi oleh Tuhan. Sebab Tuhan senantiasa memberi dan menolong hamba-NYA. Tuhan adalah “AR ROJAQ”, “AL JAWAAD”, “AL WAHHAAB ROUF ROHIM”. Jadi yang baik berdasarkan sifatnya. Tidak mungkin Maha Loman.kok tidak memberi. Adapun sekarang tidak diberi, yah, memang
Orang yang bersyari'at saja, berilmu fiqih saja, tidak bertasyawwuf rusak atau fasik. Artinya, karena hanya syari'at saja, dia otomatis selalu riyak takabbur, ujub dan sebagainya. Kelihatannya ibadah lahimya memang aktif giat/mempeng. Tapi karena hatinya tidak bertasyawwuf, otomatis ujub riyak takabbur. Dan ini merusak amal-amal ibadahnya.
Jadi kita harus kedua-duanya. Ya tafaqquh ya tasyawwuf. Ya syari'at ya haqiqot. Istilah Wahidiyah ya LILLAH ya BILLAH. Hanya LILLAH saja. Pasti timbul ujub riyak takabbur dan ini merusak amal. Sebaliknya hanya BILLAH saia, lalu tidak ada pelaksanaan ubudiyah secara syari'at yang tepat LILLAH BILLAH harus selalu gandeng. Dan tidak usah menunda-nunda waktu nanti-nanti kalau sudah begini begitu. Tidak usah memilih atau usaha keluar dari keadaan yang dihadapinya.
Terkecuali, apabila seseorang mendapat petunjuk atau hidayah dari Tuhan dengan petunjuk yang khusus. Atau mendapat bimbingan dari orang lain yang harus ditaati, guru mursyid misalnya (yang kaamil mukaamiil). Itu terkecuali. Otomatis harus mengikuti petunjuk-petunjuk yang diterimanya!.
مَا اَرَادَتَ هِمّةُ سَالِكِ اَنْ تَقِفَ عِنْدَ مَا كَشِفَ لهَاَ إِلاّ وَنَادَتْهُ هَوَاتِفُ الْحَقِيْقَةِ : فَإِنَّ الَّذِي تَطْلُبُهُ اَمَامَكَ, وَلاَ تَبَرّجَتْ ظَوَاهِرُ الْمُكَوِّنَاتِ إِلاَ وَنَادَتْكَ حَقَآئِقُهَا : إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرٌ
Seorang saalik, orang yang sedang Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW kalau terpengaruh oleh adanya pengalaman-pengalaman yang manis yang lezat yang menyenangkan, pengalaman-pengalaman rohani atau dzauqon atau mukasyafah yang menjadikan orang terpengaruh, terpengaruh kepada pengalaman ini, tahu atau merasa atau lain-lain kok! menjadi terpengaruh, ibarat orang yang berjalan terpengaruh soal-soal di sekeliling jalan, otomatis menjadi lambat perjalanan itu, atau sama sekali mandeg. Maka dalam keadaan yang demikian selalu diingatkan
oleh “hawaatiful haqiqot”. “Hawaatif” suara ghoib dari Tuhan.
سِرْوَجِدّ فِىالسَّيْرِ لاَ تَقِفْ !
“Sayo terus, jangan berhenti”!.
فَإِنَّ الَّذِي تَطْلُبُهُ اَمَامَكَ
“Apa yang kamu tuju berada didepanmu, masih juga”!.
وَهْوَ وُصُوْلَكَ اِلَى الْمَوْلَى وَعَدَمُ رُكُوْنِكَ اِلَىشَئٍ سَوَاهُ
“Yaitu wusulmu kepada Tuhan, dan tidak cenderungnya hatimu kepada sesuatu selain Dia Tuhan “.
Dus! pokoknya jangan sampai kita terpengaruh oleh segala sesuatu lahiriyah maupun batiniyah!. semua harus kita gunakan untuk Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW!. Bahkan sekalipun kita sudah berada dalam tingkat kesadaran, sudah menguasai LILLAH atau BILLAH, jangan sampai terpengaruh oleh soal-soal yang mempengaruhi, harus terus maju dan meningkatkan kesadaran!. Terus disempumakan! kalau mandeg / berhenti, merasa sudah LILLAH BILLAH, sudah mujahadah, sudah merasa tepat, itu namanya terpengaruh! Tidak boleh!.
وَلاَ تَبَرَّجَتْ ظَوَاهِرُ الْمُكَوِّنَاتِ إِلاَّ وَنَادَتْكَ حَقَآئِقُهَا : إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرٌ
Begitu juga kalau ada pengalaman yang selalu memikat hatinya, seperti umpamanya dihormati orang lain, soal-soal ekonominya menjadi mudah, apa yang diusahakan berhasil dengan sukses, atau umpamanya lagi diberi keistimewaan-keistimewaan khoriqul 'adah, mudah memperoleh alamat-alamat dan berita-berita sirri, atau macam-macam khoriqul 'adah yang lain-lain, bisa menghilang, bisa berjalan di atas air, bisa lap!. sampai jagad sana tahu keadaan hati atau kehendak
repot mlarat begitu juga Dus, orang tidak bisa bebas sama sekali. Sekalipun raja malah presiden atau raja atau pejabat tinggi yang bagaimanapun makin banyak persoalan-persoalannya yang tidak bisa diatasi. Sebahagian bisa diatasi, timbul yang lain. Diselesaikan tumbuh sepuluh diatasi yang sepuluh tumbuh seratus, diatasi seratus tumbub seribu, dan seterusnya. Selalu timbul persoalan-persoalan yang makin banyak, makin banyak makin tidak bisa mengatasi. Begitu kok mau dimintai tolong untuk mengatasi persoalan kita oleh karena itu hanya Alloh saja yang mampu mengatasi segala persoalan. Mari para hadirin-hadirot, selalu mengungsi kepada Alloh SWT. Yang sudah mengungsi mari kita usaha mengungsi yang lebih sempurna dan yang lebih meningkat. Kita masih kurang sekali mengungsi kita kepada Tuhan, para hadirin-hadirot. Lebih-lebih yang belum mengungsi. Sekalipun sudah mengungsi sudah berdepe-depe, tapi kurang jauh. Jauuuh sekali kemampuan kita masih banyak untuk mengungsi yang lebih kuat lagi, lebih dekat lagi, lebih ... meningkat lagi. Lebih-lebih jika dilihat dari ke-Maha Rajaannya Alloh Ta’ala, Ke-Maha Agungnya Alloh Ta'ala, ke-Maha... Maha ... Maha, dan dari arah lain kita keapesan kita, kemelaratan kita, kebutuhan kita lebih-lebih, masih jauuuh para hadirin-hadirot.
Mari para hadirin-hadirot kita perhatikan yang sungguh -sungguh.
Zaman banjir bandangnya Nabi Nuh ada suatu kejadian, yaitu seorang Ibu. Ya pernah diutarakan dari pusat. Seorang Ibu dengan anaknya yang masih kecil karena ada banjir bandang anaknya diajak lari menyelamatkan diri. naik ke atas puncak bukit. Tapi sang banjir terus mengejar makin dalam makin dalam,. Puncak bukit akhirnya tegenang..banjir makin dalam makin dalam. Untuk menyelamatkan anaknya. anaknya digendong. Banjir terus naik sampa ke punggung sang lbu. Anaknya lalu di sunggi. Banjir terus makin tinggi air sampai pada leher sang Ibu, ...anaknya yang yang dijadikan ancik-ancik. Di bawah telapak kakinya! untuk menyelamatkan dirinya sendiri, para hadirin-hadirot. Tapi
Sekarang kalah, bangun lagi. Jatuh-bangun, jatuh-bangun-dan seterusnya. Jangan menyerah sekalipun bagaimana kepada nafsu. Harus terus maju pantang mundur.
مَنْ لَا يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَرْفَعَ حَاجَةً عَنْ نَفْسِهِ ,فَكَيْفَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يَكُوْنَ لِغَيْرِهِ رَافِعًا
Yang menguji Tuhan. Apakah mungkin isianya Tuhan bisa menghilangkannya. Tentu tidak mungkin, disamping itu tidak ada orang yang dapat mengatasi, sehingga bebas sama sekali dari apa yang menjadi kesulitan atau ujiannya. Menolak hala'nya sendiri. Menyelamatkan diri saja tidak dapat lebih-lebih mari menyelamatkan orang lain. Jauh mustahil, tidak mungkin, maka satu-satunya jalan hanyalah Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW.
اَلَمْ يَأْنِ لِلذِّيْنَ آمَنُوْا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ {الحديد:١٦}
Apakah belum saatnya orang-orang yang beriman itu cepat-cepat lari mengungsi dan menundukkan hatinya kepada Alloh?. Sudah jauh terlambat sesungguhnya para hadirin-hadirot. Tapi sekalipun begitu, sekalipun terlambat asal mau cepat-cepat lari dan bersungguh-sungguh bermujahadah, sifat kemurahan Alloh tidak mengenal istilah terlambat. Asal sungguh-sungguh mau kembali, pasti Alloh akan membuka dan menunjukkan jalan-NYA yang diridloinya. Mari para hadirin-hadirot kita jangan enak-enak bermalas-masalan, jangan menganggap enteng masalah ini.
وَحَاصِلُهُ أَنَ لِلْمَرْفُوْعِ إِلَيْهِ حَوَائِجُ لَمْ يَتَوَصَلْ إِلَيْهَا وَلَوْكَانَ مَلِكًا _وَلاَ شَكَ....
Jadi kesimpulanya orang juga sama-sama punya kepentingan menyelesaikan dan mengatasi kepentingannya sendiri saja tidak bisa, lebih-lebih mengatasi kesulitan orang lain. Seandainya bisa mengatasi satu persoalan lain timbul lagi persoalan lain lagi, timbul lagi masalah lain lagi, timbul lagi masalah lain, makin banyak, makin kaya makin banyak membuat dirinya makin
kawannya, tahu apa-apa pada jarak jauh, atau... yah! pokoknya macam-macam pengalaman atau keistimewaan-keistimewaan yang diperolehnya. Harus terus maju dan meningkat Fafirruu Ilallohi wa Rosulihi SAW. Jangan sampai mandeg kena pengaruh-pengaruh!. Dan sesungguhnya keadaan-keadaan atau pengalaman-pengalaman itu sendiri selalu memperingatkan :
إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرٌ
“Aku ini hanya ujian. Maka kamu jangan terpengaruh kepada-KU”!.
Kalau kamu terpengaruh kepada-KU, berarti kamu mengabdikan diri kepada-KU. Berarti mengabdikan diri kepada nafsu! berarti kufur kepada Tuhan. Faala Takfur!.
Para hadirin-hadirot, ini soal peningkatan dan penyempurnaan, kita harus senantiasa meningkat dan menyempurnakan, jangan sampai merasa puas begitu saja! harus terus, terus meningkat dan menyempurnakan!. Bidang-bidang yang belum kita isi, atau sudah diisi tapi belum sempurna, harus selekas mungkin kita isi dan kita sempurnakan! Perlu para hadirin hadirot, kita mengoreksi, kita dan keluarga, dan perjuangan, apakah semua sudah terisi atau belumdan kalau sudah terisi apa sudah sempurna artinya sudah tidak ada negatifnyakah, atau masih banyak kekurangannya?. Ini perlu sekali kita koreksi!. Dalam rangka peningkatan dari penyempurnaan ini.
Para hadirin-hadirot, antara lain mungkin mingguan kita tinggal besok Minggu. Dan mari para hadirin-hadirot, pengajian yang tinggal dua minggu ini jangan sampai tidak membuahkan manfaat yang sebanyak-banyaknya. Dan ini soal peningkatan sangat penting sekali. Disamping soal penyempurnaan. Dalam bidang LILLAH, dalam bidang BILLAH bidang YUKTI KULLA DZII HAQQIN HAQQOH dan TAQDIMUL AHAM. Ini semua perlu peningkatan dan penyempurnaan!. Begitu juga bidang penyiaran, bidang pembinaan. Pokoknya segala bidang dalam
hubungan perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW. Hubungan kita kepada Alloh SWT, yaitu LILLAH BILLAH, dan hubungan kita dengan Rosuulillahi SAW LIRROSUL BIRROSUL. Lebih-lebih ini dalam bulan Sya'ban, bulannya Rosuulillaahi SAW, perlu meningkatkan Mujahadah-mujahadah, memperbanyak membaca sholawat!.
Ayat sholawat diturunkan dalam bulan Sya'ban. Yaitu ayat 56 Surat al-Ahzaab :
إِنَّ اللهَ وَمَلا َئِكَةِ يُصَلُوْنَ عَلَى النَّبِيّْ يَاأَيُّهَا الذَّيْنَ آمَنُوْ صَلُوْا عَلَيْهِ وَسَلِمُوْا تَسْلِيْمَا
Itulah antara lain bulan sya'ban disebut bulannya Rosuulillaahi SAW. Ada lagi disebut “bulan memelihara”. Bulan Rojab disebut bulan menanam, menanam tauhid dan ubudiyah, dan sekarang “Bulan Ndangir”. “Mendangir” (Bahasa jawa) = mencangkuli tanah disekeliling pokok tanaman supaya lebih subur. Dalam bulan Rojab kita hubungan dengan Alloh SWT dengan Mi’roj, dan bulan Sya'ban ini kita hubungan dengan Rosuululloh SAW (disamping kepada Alloh SWT), untuk memperbaiki apakah “mi’roj” kita itu sudah tepat atau belum. Begitu juga dalam pengetrapan hubungan dengan Alloh SWT, LILLAH BILLAH di dalam hubungan kita dalam rumah tangga dan masyarakat, perlu dipelihara, diperbaiki dan disempumakan. Lebih-lebih kita dalam berjuang Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW bagi seluruh jami'il alamin. Atau kita dalam berjuang menciptakan kesatuan dan persatuan dalam rangka Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW. Menciptakan “ibaadur-Rohmaan”. Yaitu :
وَعِبَادُ الرَّحْمَانِ الذِّيْنَ يَمْشُوْنَ فِي اْلأَرْضِ هَوْنًا وَاِذَا خَاطَبَهُمْ الجَاهِلُوْنَ قَالُوْا سَلاَمٌ. الفرقان٦٣
(Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan maha enyayang itu ialah
dirubah oleh selainnya Alloh! Jangankan meruhah barang lain, merubah dirinya sendiripun tidak dapat. Jangankan merubah, berubah sajapun tidak bisa. Segalanya Alloh yang merubah, Yang menggerakkan. BILLAH.
اِذْهُوَ الْغَالِبُ الَّذِى لاَ يَغْلِبُهُ شَئٌ
Jika Alloh memiliki sifat QUDROT, otomatis lainnya tidak mempunyai sifat qudrot. Adanya bisa atau mampu, itu karena dimampukan. Jelas yang bisa menghilangkan segala kesulitan atau musibah adalah Tuhan. Kok cari-cari lainnya Tuhan, itu jelas orang yang tidak normal. Mari kita lihat diri kita masing-masing, sudah begitukah atau belum?. Kalau masih menjagakan itu ini, masih ngresulo, itu ada peringatan seperti tertulis di atas pengimaman masjid itu.
آنَا اللهُ لآإِلَهَا الَّاأَنَا مَنْ يَشْكُرْ نَعْمَآئِى وَلَمْ يَصْبِرْ عَلَى بَلآئِى وَلَمْ يَرْضَ بِقَضَآئِى فَلْيَتَّخِذْ رَبَّا سِوَآئىِ{الحديث القدس}
AKU ALLOH, Tuhan, tidak ada Tuhan selain AKU, siapapun juga yang tidak mau syukur, AKU beri nikmat malah berlarut-larut disalahgunakan untuk melukai AKU, AKU beri ujian tidak mau bersabar, malah ngresulo mencaci AKU, dia selalu maido, mengecam tidak rela tidak mau menerima atas qodar-KU,...carilah Tuhan selain AKU. Pergi dari bumi-KU!. Mau keluar negeri-itu luar negeri-KU. AKU yang punya! Mau ke bulan ?, Itu bulan-KU!
Mari para hadirin-hadirot kita koreksi keadaan kita. Ini soal yang pokok, soal yang prinsip. Jika sampai kita tidak atau kurang mengambil perhatian, tahu sendiri nanti akibatnya, bagaimana pedihnya. Sebentar lagi Izroil datang oleh karena itu mari kita perangi nafsu kita yang senantiasa mende-mende menangguh-nangguhkan dengan alasan begini begitu. Nafsu memang begitu kelakuannya. Selalu berat-beratan, selalu nanti-nanti besok-besok. Mari jangan sampai kita jemu-jemu.
hidup sekalipun kalau diyakini seperti yang kita bahas ini tadi, juga musyrik. Hatinya bagaimana, itu yang antara lain menentukan. Hati kecilnya kemana arahnya. Berhenti kepada sebab itu sendiri sajakah, atau langsung kepada Alloh SWT. Ini yang menentukan, maka disini diperingatkan ole Muallif AI-Hikam ini, ...”LAA TARFA ‘ANILA GFOIRIHI HAAJATAN”. Diperingatkan, jangan sekali-kali, dalam hati kecil maksudnya, ini bidang, haqiqot harus dapat menempatkan segala sesutu ditempatnya masing-masing YUKTI KULLA DZII HAQQIN HAQQAH. Mengisi segala bidang masing-masing. Semua bidang harus kita isi. Bidang-bidang, bidang syariat, bidang haqiqot lha disini maksunya bidang haqiqat jangan sekali-sekali engkau minta hajatmu kepada selainnya Tuhan. Sebab yang menciptakan itu Tuhan. Jangan sekali-kali engkau sambat kepada selain Tuhan. Mengalami kecelakaan atau musibah misalnya, ini yang menurunkan musibah ini adalah Tuhan. Karena itu engkau juga harus mohon kepada Tuhan, Yah adanya musibah ini karena keburukan atau karena kesalahanku dan sebagainya. Itu harus kita sadari dari sifat adilnya Tuhan. Dari sifat wenangnya Tuhan, bebasnya Tuhan. dan dalam bidang syari'atnya harus merasa karena keburukan dirinya, jangan sekali-sekali sambat kepada lain.
Sekarang ini banyak ujian-ujian. Soal ekonomi makin seret misalnya, kaum tani banyak sawahnya diserang hama wereng. Di daerah Bekasi Jawa Barat kata seorang Pengamal Wahidiyah di sana, lebih dari 90 % katanya sawah yang dimakan wereng, sehingga pada umumnya tidak mampu membeli beras. Makan hanya seadanya. Begitu juga di daerah lain-lain, Kerawang dan lain-lain. Disamping itu akhir-akhir banyak daerah yang kekurangan air. Ini semua yang menurunkan Tuhan. Kok lalu sambat-sambat kepada lainnya, atau lebih-lebih ngresulo, menyesali keadaan, ini terkecam sekali. Berarti bunuh diri orang yang begitu itu.
“FAKAIFA YARFA'U GHOIRUHU MAAKAANA HUWA LAHU WAADLI'AN” apakah mungkin barang yang diciptakan oleh Alloh bisa
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menegur mereka (dengan kata-kata yang tidak sopan), mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan).
Para hadirin-hadirot, mudah-mudahan pengajian pagi ini benar-benar diridloi Alloh SWT, membuahkan manfaat yang sebanyak-banyaknya fid-diini wad-dunia wal akhiroh!. Khususnya bagi hubungan kita kepada Alloh SWT dan kepada Rosuulullahi SAW! disamping hubungan-hubungan yang timbul diantara kita sama kita. Kiranya pengajian cukup sekian, dan waktu dan tempat dipersilahkan kepada penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat.
SAMBUTAN PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT
Di sampaikan oleh Bapak A. F. Badri.
Pokok- pokok isi sambutan antara lain melaporkan kegiatan-kegiatan Pembinaan Jama’ah Wahidiyah diberbagai Daerah. Khususya Daerah Kabupaten Kediri. Antara lain yang telah ditinjau Penyiar Pusat yaitu jamaah Sidomulyo Kec. Pare, Jamaah Ngadi Kec. Mojo Kediri, Jamaah Kajar Kec. Grogol Kediri, Jamaah Kleco Kec. Pesantren dan lain lain. Selanjutnya jama’ah yang akan ditinjau antara lain Jama’ah Desa Sekaran Kec. Plemahan, Jama’ah Desa Ngletih Kec. Pagu dan Jama’ah Sumber Kec. Kandat.
Selanjutnya isi sambutan Pusat membacakan Siaran Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat No. 23/SW-XV/77 mengenai anjuran Mujahadah Serempak Nisfu Sya'ban ditiap-tiap Jama’ah. Mujahadah Wahidiyah semalam penuh dan tadarus Surat Yasin 3 kali pada ba'dal magribnya. Kemudian siaran mengenai Asrama Wahidiyah Bulan Romadhon. Asrama diadakan di Pusat Wahidiyah Kedunglo selama 20 hari, dimulai hari pertama malam puasa. Acara pokok dalam Asrama Wahidiyah ini ialah peningkatan Perjuangan kesadaran kepada Alloh wa Rosulihi SAW dengan Mujahadah-Mujahadah dan Kuliah-kuliah
Wahidiyah. Disamping itu juga diadakan Pengajian Kitab-kitab Bidang Syari'at antara lain : Fathul-Qorib, Sullamut-Taufiq-'Uquudul-djaini, Durrotun-Nashihin, dan Tadarrus AI-Qur’an dengan penjelasan tafsirnya yang penting oleh Hadrotul Mukarrom Romo K.H. Abdul Madjid ma’ruf sendiri. Demikian pokok-pokok isi sambuatan dari Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat yang disampaikan oleh Bapak A.F. Badri.
KEMBALI AMANAT-AMANAT DARI ROMO YAHI
Beliau merestui dan mendorong supaya apa-apa yang telah disampaikan oleh Penyiar Pusat, kita perhatikan demi peningkatan Perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW. Baik mengenai Mujahadah-Mujahadah Nisfu Sya'ban maupun mengenai Asrama Wahidiyah bulan Romadhon. Terutama bagi para remaja-remaja putra dan putri penting sekali mengikuti Asrama Wahidiyah ini disamping kaum Bapak dan kaum ibu.
Terutama lagi bagi para kader Pejuang Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW penting sekali mengikuti asrama ini, dimana disamping digembleng dan dibina mental kesadaran juga diberikan pengajian kitab-kitab bidang syariat dan ilmiah-ilmiah lain yang sangat diperlukan sebagai modal di dalam menyiarkan Sholawat Wahidiyah dan Ajaran-ajaran Wahidiyah. Sudah seharusnya kata beliau, kita menguasai disamping soal tauhid, soal tasawwuf dan bidang akhlaq, kita menguasai ilmiah-ilmiah syariat. Lebih-lebih bagi kader Pejuang Wahidiyah dan para Muballiqh-muballigh. Perlu sekali memiliki ilmiah-ilmiah yang diperlukan. Baik ilmiah bidang tauhid, bidang akhlaq dan bidang syariat. Malah bidang nahwu shorof sekalipun mungkin diperlukan, sehingga seorang muballigh dalam membaca atau mengupas dalil-dalil, lebih-lebih ayat-ayat Al-qur'an dan Hadist-hadist Rasululloh SAW bisa tepat tidak membuat kesalahan-kesalahan. Sebab kalau seorang muballigh membuat kesalahan-kesalahan dalam membacakan dalil-dalil otomatis ini akan mempengaruhi hasil usaha dakwahnya. Dalam Wahidiyah
begini begitu. Usaha ini usaha itu. Menjalankan begini dan begitu, dan sebagainya seperti umumnya orang.
Tapi yang menjadi ciri khasnya. Hatinya yang pokok. sekalipun dia diberi “Khoriqul ‘adah” kramat istilah umum, siapa yang kelihatan khoriquI ‘adah disebut “keramat”. Orang yang begitu, jika hatinya. tidak seperti yang diutarakan tadi ya tetap terkecam. Malah, kalau perlu lebih berat. Pokoknya, pemberian atau keadaan yang luar biasa khoriquI ‘adah, di luar perhitungan, umpamanya dapat menempuh jarak ratusan atau ribuan kilometer hanya dalam tempo sejangkah, atau mengetahui hati kawan atau orang lain, tapi kok tidak mengecakkan ajaran ini ajaran yang baru kita bahas ini, itu tetap terkecam dan otomatis itu merupakan “lstidroj” penglulu. Pokoknya moril atau materiil, itu sama ketentuannya. Dikaruniai keadaan biasa, kok tidak mengecakan ajaran ini, ajaran yang baru kita bahas ini, itu menyalahgunakan dan merupakan beban baginya, justru dia di karuniai soal itu, malah memberatkan orang yang di karuniai satu macam nikmat misalnya kok tidak mensyukuri lagi itu dia makin berat lagi pokoknya makin banyak nikmat yang di terimanya dia bertanggung jawab di karuniai dua nikmat dan tidak mensyukurinya lagi pokoknya makin banyak nikmat yang di terimanya, baik itu nikmat materi, nikmat lahir atau nikmat moril atau nikmat batin jika tidak disyukuri, makin berat makin berat. Nikmat materi misalnya, makin banyak harta bendanya, jika tidak digunakan semestinya, berarti makin banyak disalahgunakan. Begitu juga nikmat batini seperti ilmu, ilmiyah apa saja, ilmiyah agama atau ilmiyah umum, jika tidak di syukuri di atas tadi, ya tetap makin banyak, makin bertambah besar penyelewengan dan penyalahgunaannya.
{لَاتَرَفَعنَ إِلَى غَيْرِهِ حَاجَةٌ هُوَ مُوْرَدُهَا عَلَيْكَ فَكَيْفَ يَرْفَعُ غَيْرَهُ مَا كَانَ هُوَ لَهُ وَاضِعَا}
Ada anu pengertian atau istilah “musyrik” minta-minta ke kubur. Minta kepada orang yang sudah mati musyrik. Sesungguhnya tidak hanya minta kepada orang mati saja yang musyrik. Biar minta kepada orang
yaitu “AT THOLAB 'ALA WAJHIL I’TIMAAD”. Menjagakan, mengharapkan sungguh menjagakan. Pokoknya lahir batin ya hanya mandeg menjagakan kepada hal-hal tersebut. Tidak Menyadari kepada Alloh SWT.
أَمَا الطَّلَبُ مِنْهُمْ مِنْ حَيْثُ كَوْنِهِمْ أَسْبَابَا وَوَسَآئِطَ مَعَ اْلاعْتِمَادِ فِى نَيْلِ الْمَطْلُوْبِ عَلَى اللهِ وَرُؤْيَةِ أَنَهُ الْمُعْطِى فَلَيْسَ مُنَافِيًا لِلْعُبُوْدِيَةِ
Adapun menjagakan kepada lain-lain tersebut hanya sebagai sebab,
وَجَعَلْنَا لِكُلِّ شَيْئٍ سَبَبًا{سورة الكهف ٨٥}
Alloh menciptakan segala sesuatu dengan menciptakan sebabnya, dan menyakini bahwa Alloh SWT sekalipun ada sebab, tetapi tetap Alloh SWT. Atau ketika memberi atau menerima pemberian. tidak menekatkan bahwa dirinya yang memberi atau yang memberi. Melainkan merasa bahwa Alloh SWT yang memberi. Mudahnya BILLAH jika demikian keadaannya, ini tidak mengganggu kepada ubudiyah. Malah seharusnya begitu terjadinya. Dengan ada sebab-sebabnya yang hubungan. Jadi mudahnya, ya sebab dan ya sebab ya tawakal. Ini malah lebih baik dari pada hanya tawakal tidak memakai sebab. Junjungan kita Rosuulillahi SAW sendiri juga tidak meninggalkan sebab. Tapi tawakal senantiasa menjiwai.
Caranya mengetrapkan yaitu tadi, ...mudahnya LILLAH BILLAH istilah Wahidiyah. Mari jika diantara kita ada yang belum tepat mari usaha ditepatkan setepat-tepatnya.
Disini, nanti Insya Allah dibahas, ada istilah “ORANG KHUSUS” dan ada lagi “ORANG UMUM”.
Yang dimaksud “ORANG KHUSUS” itu lahiriyahnya ya biasa, tidak mesti harus nggetu tekun di dalam masjid saja. Melainkan ya kelihatan
mempengaruhi bidang penyiaran.
Para hadirin-hadirot, mari sekali lagi soal asrama dan lain-lain tadi kita perhatikan sungguh-sungguh. Dan siaran-siaran dan anjuran dari Pusat tadi mari kita perluas kita siarkan kepada para Pengamal Wahidiyah di daerah-daerah yang tidak hadir di sini pagi ini. Malah, sebaliknya kita perluas juga sekalipun kepada masyarakat yang belum mengamalkan Wahidiyah. Mungkin sebabiyah itu Alloh Ta'ala membukakan hati mereka, dan mereka tertarik mengikuti Asrama Wahidiyah misaInya. Ini mungkin. Yah!. Mudah-mudahan.
Para hadirin-hadirot, mari pada kesempatan ini, mari bersama-sama berdepe-depe kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Disamping maksud yang sudah biasa, mari kita mohonkan apa yang kita hadapi yaitu Asrama Bulan Romadhon yang akan datang, mudah-mudahan benar-benar diridloi Alloh SWT wa Rosulihi SAW, memberikan manfaat yang sebesar-besarnya! Mudah-mudahan bulan puasa nanti benar-benar membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya, bagi perjuangan Fafirru Illalohi wa Rosulihi SAW! mudah-mudahan kita diberi dapat melaksanakan ibadah khususnya berpuasa, dengan yang sesempuma-sempurnanya yang paling diridloi Alloh wa Rasuulihi SAW. Menghasilkan manfaat yang sebesar-besarya! fid-diini wad dunya wal akhiroh. Bagi kita sekeluarga dan bagi umat dan masyarakat. Mari para hadirin-hadirot, dengan bersungguh-sungguh kita merintih memohon kehadapan Alloh SWT, mohon jangkungan syafaat Rasuululloh SAW, mohon do’a restu Ghoutsi Hadzaz Zaman wa A’waanihi wa saairi Ahbaabillaahi Rodiyalohu Ta’ala ‘anhum.
AI Faatihah…!!!
( MUJAHADAH )
AL-HIKAM 1 Hal. 23
ِبسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
طَلَبَكَ مِنْهُ اتِّهَامُ لَهُ
Dikatakan bahwa memohon kepada Tuhan, berdo'a, boleh dikatakan menuduh atau tidak percaya kepada Alloh Ta’ala menuduh dan tidak pecaya seolah-olah bahwa Alloh Ta'ala maha Rohman Rohim, Maha Memberi sekalipun tanpa diminta. Padahal Allah SWT telah menanggung mencukupi rizkinya segala. makhluk. Termasuk manusia. Dan disamping itu, berdo'a atau memohon itu boleh dikata menuduh bahwa Alloh SWT tidak selalu mengetahui keadaan orang yang berdoa atau memohon itu.
Kalau orang betul-betul yakin bahwa Alloh SWT Maha Rohman Rohim, Maha Mengetahui, pasti dia orang yang betul-betul yakin iman tadi tidak membutuhkan memohon atau berdoa. jadi yang dikatakan di atas itu tadi, memohon atau berdoa yang tidak didasari LILLAH disamping BILLAH. Memohon karena terdesak kebutuhannya. Bukan karena dasar “diperintah” untuk memohon. Memohon yang didasarkan LILLAH BILLAH, itu sudah seharus Antara lain berdasarkan :
اُدْعُوْنِي اِسْتَجِبْ لَكُمْ المؤمنون :٢
Jadi berdoa bukan karena syak atau ragu-ragu kepada belas kasih sayang Tuhan, melainkan berdoa menjalankan perintah. Perintah supaya memohon juga berdoa bukan karena syak atau ragu-ragu bahwa Engkau
dan sebagainya, apakah sudah sungguh-sungguh nyocoki dengan apa yang diperingatkan oleh Muallif Hikam ini. Kita boleh saja lahirnya menjagakan kepada orang lain atau kepada apa saja, tapi dalam hati kecil kita harus, ... harus itu tadi, hanya kepada Alloh SWT.
الْكَامِلُ مَنْ يَكُوْنُ الْجَمْعُ فِى بَاطِنِهِ مَشْهُوْدًا وَالْفَرْقَ فِى ظَاهِرِهِ مَوْجُوْدًا
Orang yang Kaamil, yang sempurna, batinnya, hatinya, jiwanya senantiasa “jam,u”, kumpul, senantiasa syuhud, nglesot, berdepe-depe di hadapan Alloh SWT. LILLAH BILLAH istilah Wahidiyah. Sedangkan keadaan lahiriyahnya, ya seperti pada lazimnya menurut tingkatan dan kedudukannya di dalam masyarakat. Ya bekerja ya usaha ini itu dan sebagainya. Tapi batinnya senantiasa LILLAH BILLAH LIRROSUL BIRROSUL istilah Wahidiyah. Dan senantiasa berdepe-depe mengharap kepada Alloh SWT.
Kita semua mampu untuk itu para hadirin-hadirot !... adalah nikmat Alloh SWT yang harus disyukuri! Mensyukurinya, ialah menyadari dan digunakan menurut apa mestinya. Mudah-mudahan para. Hadirin-hadirot kita diridloi Alloh SWT, diberi hidayah dan taufiq di beri syafaat dan tarbiyah oleh Rosuulillahi SAW, barokah karomah nadhroh Ghoutsi Hadzaz Zaman wa A’waanihi wasaairi Abbaabillahi rodiyallohhu Ta’ala 'anhum. Sehingga dapat melaksanakan apa yang diridloi Alloh SWT Khususnya seperti apa yang diuraikan dalam pengajian pagi ini.
وَاعْلَمْ أَنَّ الطَّلَبَ مِنَ الْخَلْقِ الْمُنَافِى لِلْعُبُوْدِيَةِ هُوَ الطَّلَبُ مِنْهُمْ عَلَى وَجْهِ اْلإعْتِمَادِ عَلَيْهِمْ وَاْلاِسْتِنَادِ إِلَيْهِمْ وَالْغَفْلَةِ فِى حَالِ الطَّلَبِ عَنِ اللهِ تَعَالَى
Di sini diberi, penjelasan meminta atau menjagakan atau mengharapkan dari siapa saja, orang lain atau benda lain atau dirinya sendiri, kemampuannya, keahliannya, usahanya dan sebagainya. Yang terkecam yang bertentangan dengan 'ubudiyah pengabdian diri kepada Alloh Ta’ala,
dihitung banyaknya!. Tapi anehnya, hamba-Nya yang diberi, makin banyak menerima pemberian dari Tuhannya, makin merajalela menyakitkan melukai kepada Si-Pemberi. Sunggupun begitu Alloh Ta’ala tidak mengambil ketegasan melainkan memberi maaf!. Itu Alloh SWT Itu “KARIM”. Sekalipun yang diberi itu melukai begitu yang tidak bisa digambarkan terlalunya, kalau dia mau minta maaf mohon ampun sekali saja, biar betapapun terlatunya didalam melukai, masih saja berkenan memberi ampun memberi maaf!. inilah “KARIM” WA IDZAA WA’ADA WAFA”. Jika memberi janji dipenuhi. Malah lebih dari pada itu. “WA IDZAA AKHTO ZAADA ‘ALA MUTAHAR ROJA”. Jika memberi, jauh lebih banyak dari apa yang diharapkan oleh si penerima. Inilah sifat “KARIIM”, sifatnya zat yang Maha Loman. “WALA YUBALI KAM AKHTOO WALA LIMAN AKHTO” dan tidak peduli, berapa banyaknya yang diberikan dan siapa saja yang tidak pandang orang. Sekalipun senantiasa disalahgunakan, tetap masih diberi. Terus diberi senantiasa, dalam segala bidang!. “WA IDZAA JUFIA’AATABA WA MASTAQHTO” Jika si-penerima pemberian tidak man tahu, tidak terima kasih, malah mengecam, diperingatkan dan tidak diambil ketegasan seketika!. “WALAA YUDLOYYTU MAN LAADZA BIHI” dan tidak menyia-nyiakan tidak akan mengecewakan orang yang mengungsi orang yang membutuhkan padanya. Malah pemberiannya itu jauh lebih banyak lebih baik. Baik... dari apa yang diinginkan dan apa yang diperhitungkan oleh yang membutuhkan itu. “WA YUGHNIHI AMIL WASAAILI WAS SYUFA’A” dan tidak mensyaratkan, harus ada perantara harus ada syafaat!. Langsung, ada pada Alloh SWT.
فَيَنْبَغِى اَنْ لَا تَتَحَطَاهُ أَمَالَ الْمُؤَمِلِيْنَ إِلَى غَيْرِهِ
Maka dari itu jangan sekali-kali kita menuju, jangan sekali-kali kita menjagakan selain Alloh SWT !.
Para hadirin-hadirot ini perlu adanya pengetrapan!. Bagaimana keadaan sehari-hari kita. Sekalipun tidak menjagakan orang lain, kawan
yaa Tuhan selalu lebih mengetahui apa-apa yang ada pada makhluk ciptaan-MU termasuk diriku jadi berdoa harus semata-mata didasari LILLAH BILLAH. Malah, berdoa yang semestinya, yaitu yang di dasari LILLAH BILLAH dikatakan :
الدُّعَاءُ مَخُ الْعِبَادَةِ
(Berdoa itu kepala dari ibadah).
Kepala atau otak. Otak itu bagian tubuh manusia yang paling penting fungsinya bagi mengatur kehidupan manusia. Manusia tanpa otak yang sehat, tidak ada arti bagi suatu kehidupan di dunia ini. Malah dikatakan tidak normal. jadi do'a adalah ibadah yang paling top nilainya. Mengapa? sebab do’a disamping menghormat memuja pada Allah SWT, keadaan memohon itu sudah berarti menghormat kepada yang dimohoni. Di samping memohon, menghormat. Disamping menghormat zikir. Otomatis!. Orang memohon, berarti sadar kepada yang di mohoni. Disamping menghormat dia tadhallul, merasa hina dina, merasa ddif apes, merasa lemah. Keadaan memohon itu sudah menunjukkan bahwa si yang memohon itu jelas lebih lemah dari yang dimohoni.
Jadi “tholabuka lahu ittihaamun” tahu itu memohon yang tidak di dasari LILLAH BILLAH melainan karena dasar kebutuhan. Terdesak oIeh kebutuhan dirinya. Menuduh bahwa Alloh tidak akan memberi kalau tidak dimohoni. Menuduh bahwa Alloh tidak mengetahui keadaan mahluqnya, hamba-NYA. Kalau berdasar LILLAH BILLAH, itu sudah seharusnya. “AD-DU’A MUKHKHUL 'IBADAH’AD-DU'A SILAAHUL MUKMININ” dan lain-lain.
Tapi kita ya harus “yukti kulla zii haqqin haqqoh” mengisi bidang-bidang yang harus kita isi! Di samping soal-soal lain, terutama memohon yang hubungan dengan kesadaran kepada Alloh SWT, kepada Rosulilah SAW. Atau hubungan dengan soal-soal apa saja. Pernah pada suatu ketika Nabi Musa ‘Alaihissalam membutuhkan makanan untuk ternaknya.
Akan memohon kepada Tuhan malu karena barang sepele. Hanya sejenis rumput buat makanan ternaknya. Lha ini lalu di sesali oleh Alloh SWT. Mengapa kok tidak mau memohon. Tapi ya itu tadi harus di dasari LILLAH BILLAH. Dan dengan syarat tidak keterlaluan!. Umpamanya sudah berlebih-lebihan dari pada kebutuhan. Kok masih memohon, itu namanya keterlaluan!
وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلاَ تَسْرَفُوْا. الاعراف: ٣١
Makan dan minumlah, tapi jangan keterlaluan. Yah, boleh atau harus, tapi jangan terlalu! Memohon soal materi misalnya, yah, silahkan tapi jangan keterlaluan! dan harus di dasari LILLAH BILLAH dan TAQDIMUL AHAM FAL AHAM, didahulukan yang lebih penting!. Kita berkeyakinan otomatis yang lebih penting adalah FAFIRRU ILALLOH WA ROSULIHI SAW. Dan ini tidak berarti dibuntu sama sekali bidang lain lain.
(وَطَلَبَكَ لَهُ) بِأَنْ تُطْلَبُ قُرْبَكَ مِنْهُ وَزَاوَلُ الْحِجَابِ عَنْكَ حَتَى تُشَاهِدُهُ بِعَيْنِ قَلْبِكَ ( غِيْبَةُ مِنْكَ عَنْهُ )
Memohonmu kepada Tuhan agar supaya sadar kepada Alloh SWT agar supaya di hilangkan hijabnya, itu menunjukkan bahwa engkau belum sadar kepada Tuhan. Kalau engkau sungguh-sungguh sadar kepada Tuhan senantiasa yaqin senantiasa merasa bahwa Tuhan senantiasa hadir, senantiasa mengincar, senantiasa memberi, senantiasa .... meliputi, pasti ... malu untuk memohon. Allah senantiasa lebih tahu dari pada keadaan dirimu, otomatis kamu tidak berani atau malu kapada Alloh memohon supaya diberi kesadaran.
Tapi ini tadi semua yaitu tadi apa bila tidak didasari LILLAH - BILLAH. Kalau didasari LILLAH - BILLAH insya Alloh kita sudah jelas seperti di muka tadi.
Berpenghitungan dan mengatur menurut syarat-syarat yang semestinya. Itu adalah separo dari ma’isyah, separo dari perhitungan. Dalam syariatnya kesemuanya itu harus kita laksanakan. Tapi dalam bidang haqiqot harus, ... harus hanya Alloh SWT yang kita jagakan yang kita tuju. Sebab kesemuanya itu adalah BILLAH Tuhan yang mencipta dan menitahkan!
{فَالْكَرِيْمُ لاَ تَتَخَطَاهُ اْلأَمَالُ}
Disamping itu, karena yang maha loman adalah hanya Alloh, sedangkan lainnya, seandainya ada yang loman, itu karena mendapat tetesan dari lautan kelomananya Tuhan. Istilah lain dilontankan oleh Alloh Ta'ala :
“FAL KARIIM LAA TATAKHOTHTHOOHUL AAMAAL”
Dzat yang Maha Loman, fikiran, perhitungan, angan-angan tidak bisa menggambarkan betapa itu!
فَالْهِمَّةُ الْعَالِيَّةُ تَأْنَفُ مِنْ رَفْعِ حَوَائِجِكَ إِلَى غَيْرِ كَرِيْمٍ وَلاَ كَرِيْمَ فِى الْحَقِيْقَةِ اِلاَّ اللهُ
Orang yang sehat Pikirannya, yang tinggi cita-citanya otomatis tidak menjagakan kepada siapapun yang tidak punya sifat loman-pemberi. Melainkan menggantungkan tujuan dam harapan hanya kepada Tuhan Yang Maha Loman. Yang Maha Loman hanya Alloh SWT!.
اِذَ الْكَرِيْمُ هُوَ الَّذِى إِذَاقَدَّرَ عَفَا وَاِذَا وَعَدَ وَفِى وَاِذَا أَعْطَى زَادَ عَلَى مُنْتَهَى الرِّجَا وَلاَ يُبَالِى كَمْ أَعْطَى وَلَا لِمَنْ أَعْطَى
Definisi “KARIM”, ta’rif “KARIM” yaitu “IDZII QODARO” mampu menghukum tapi memberi maaf umpamanya, diejek atau dirugikan orang lain. Dia mampu menghukum atau mengambil tindakan, tetapi dia memberi maaf padahal umumnya orang, terutama yang masih dikuasai oleh nafsu, ibarat dipukul sekali membalasnya berpuluh kali pukulan. Tapi Alloh SWT senantiasa memberi, ... memberi, .... memberi. Memberi rizqi, memberi nikmat, memberi fadlol, memberi tak dapat
AL-HIKAM 1 Hal. 33
ِبسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
لاَ تَتَعَدِّى نِيَةُ هِمَتِكَ إِلَى غَيْرِهِ
بِأَنْ تَتَوَجَهَ إِلَى غَيْرِهِ لِتَحْصِيْلِ حَاجَتِكَ بَلْ أُطْلُبْ حَوَائِجَكَ مِنْهُ
Jangan sekali-kali niatmu, himmahmu atau maksudmu engkau tujukan kepada selain TUHAN, menjagakan kepada selain TUHAN, artinya orang lain, atau dirinya sendiri, usahannya, kekayaannya, sawahnya, pasarnya, perusahannya, ilmunya, keahliannya dan sebagainya dan sebagainya, jangan sekalli-kali engkau jadikan pegangan!. Sebab apa saja selain TUHAN itu tidak bisa dibuat pegangan, tidak bisa dijagakan,. Sekalipun wujudnya kelihatannya bisa, bisa menjagakan sawahnya, pasarnya, usahanya dan lain-lain sebagainya itu, tetapi sesungguhnya kesemuanya itu tergantung pada Alloh SWT. Jadi dalam segi hakikot kita tidak boleh menjagakan selain Tuhan. Tidak boleh menuju selain Tuhan. Sebab, ya itu tadi, tidak semestinya dan apa saja selain Tuhan itu sesungguhnya tergantung pada Tuhan. Dibuat berhasil ya berhasil, dibuat hancur ya hancur, tidak ya tidak.
Itu tadi dalam bidang haqiqot harus begitu perasaan kita adapun dalam bidang syariat kita harus usaha, harus ikhtiar begini begitu, dan harus ada perhitungen dan sebagainya dam sebagainya.
التَّدْبِيْرُ نِصْفُ الْمَعِيْشَةِ
وَطَلَبَكَ لِغَيْرِهِ لِقِلَةِ حَيَائِكَ مِنْهُ
Dan permohonan mu (soal apa saja) barang selainnya Tuhan, soal materi, soal jabatan, soal kenaikan pangkat, soal mukasyafah dan lain-lain, itu menunjukkan bahwa engkau tidak kenal malu kepada Tuhan. kamu memohon soal-soal selain Tuhan, itu namanya kamu tidak kenal malu. kalau orang punya perasaan malu, otomatis tidak mau memohon, lebih-lebih soal materi. Lebih-lebih soal-soal yang hanya untuk kepuasan nafsunya. Sedangkan soal akhirot sekalipun, sekalipun, soal khusnul khotimah sekalipun, kalau sungguh-sungguh punya rasa malu, tidak berani. Tapi yaitu tadi, ini apa bila tidak di dasari LILLAH BILLAH. Tapi kalau di dasari LILLAH BILLAH dan Taqdimul Aham Fal Aham, yukti kulla Dzii haqqin haqqoh, Yah ! Malah seharusnya !.
وَطَلَبَكَ مِنْ غَيْرِهِ لِوُجُو دِ بُعَدِكَ عَنْهُ
Dan memohonmu kepada selain Tuhan, itu menunjukkan bahwa engkau jauh dari Tuhan. Andai engkau merasa dengan Tuhan yang Maha Memberi, Maha Mengetahui, Maha Kaya, Maha ... Serba Maha, pasti engkau tidak mau tidak berani memohon kepada selain Tuhan !.
بِأَنْ تَوَ جَهَتْ إِلَي بَعْضِ النَّاسِ
Seperti misalnya engkau meminta atau mengarahkan harapan atau menjagakan kepada sesama manusia. Minta bantuan atau pertolongan kepada kawanya, atau menjagakan kawannya, atau membanggakan kemampuanya, menjagakan pasarnya, menjagakan sawahnya, menjagakan perusahaanya dan lain lain sebagainya, Kalau orang benar-benar dekat dengan Tuhan, tidak berani. Tapi ya itu tadi, itu semua jika tidak di dasari LILLAH BILLAH. Kalau di dasari LILLAH BILLAH ya, seperti di muka tadi. Pokoknya luar dalam harus LILLAH BILLAH disamping yukti kulla dzii haqqin haqqoh dan Taqdimul Aham Fal Aham. Dan tidak “isrof” keterlaluan otomatis kalau keterlaluan lalu mengganggu hak masing-masing atau mengurangi taqdimul aham. Atau ya, keadaan
“keterIaluan” itu sendiri sudah menyalahi.
إِذْ لَوْ كُنْتَ قَرِيْبًا مِنْهُ لَكَانَ غَيْرِهِ بَعِيْدًا عَنْكَ وَلَوْ كُنْتَ مُشَاهِدًا لِقُرْبِهِ مِنْكَ لأَكْتَفِِيَتْ بِهِ عَنْ سَائِرِ خَلْقِهِ
Karena jika engkau dekat kepada Alloh otomatis jauh dari selain Alloh atau mahluk. Kalau jauh dari Alloh otomatis dekat kepada makhluqk pokoknya kalau tidak LILLAH BILLAH pasti LINNAFSII BINNAFSI. Tidak bisa di tawar lagi.
Para hadirin-hadirot, kita perlu adanya koreksi kepada pribadi kita masing-masing sudah tepat atau belum mari kita koreksi. Mari kita tepatkan kalau belum tepat!.
فَاالطَّلَبُ كُلُهُ مِنَ الْمُرْتَدِيْنَ مَعْلُوْلٌ سَوَآءٌ كَانَ مُتَعَلِقًا بِالْحَقِّ إِلَّّا مَاكَانَ عَلَي وَجْهِ التَّعَبُدِ وَالتَّأَدُّبِ وَاِتْبَا ع ِاْلأَمْرِ وَاظْهَارَ الفَاقَةِ
Pokoknya, segala permohonan atau permintaan baik kepada Alloh atau kepada makhluk (bagi si murid), semuanya terkecam, Terkecuali yang berdasarkan ubudiah, LILLAH adab juga. LILLAH, menurut perintah juga LILLAH. Pokoknya kecuali, yang berdasarkan LILLAH! dan LILLAH itupun masih harus disertai yukti kulla zii haqqin haqqoh dan Taqdimul Aham Fal Aham!
اَمَا الْعَارِفُوْنَ فَلاَ يَرَوْ نَ غَيْرَ اللهِ تَعَالىَ فَطَلَبُهُمْ لَيْسَ مِنْ الْمَخْلُوْقِ فِي الْحَقِيْقَةِ وَإِنْ كَانَ مِنْهُ بِحَسَبِ الظَّاهِرِ
Orang yang 'arifuun orang yang sadar kepada Alloh, mereka tidak melihat selain Alloh. Oleh karena itu permohonannya, permintaannya atau yang dijagakan sesungguhnya hanya kepada Alloh SWT. Sekalipun lahimya minta pada kawannya, minta bantuan moril atau materiil, tapi sesungguhnya kepada Alloh SWT arahnya. Lha!, para hadirin-hadirot, sudah begitu atau belum? Mari kita koreksi! Kalau belum seperti itu
kepada Alloh SWT, mudah-mudahan perjuangan kita ini para hadirin-hadirot, diberi kemajuan yang sebanyak-banyaknya! Sehingga dalam waktu yang singkat sekali, Jamiial'Alamiin Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW .
AL - FATIHAH …MUJAHADAH !.
Selanjutnya para hadirin-hadirot maaf, saya baru menerima surat dari Bapak, Sukadi. Sekalipun alamatnya kepada saya, tapi ada hubungannya dengan saudara-saudara, dengan kita bersama.
Akan saya baca di sini.
“Catatan Penerbit” Untuk menyingkat, harap dimaafkan isi surat tersebut dicantumkan di sini yang pokok-pokok yang ada hubungannya dengan Perjuangan Wahidiyah saja. Sekali lagi mohon maaf !
“Permohonan Bapak setiap saya bersembahyan di Masjid Nahawi senantiasa saya ucapkan dimuka maqom Rosululloh SAW. Dan terus mujahadah di maqom Rosululloh SAW. Dan kami senantiasa mendapat petunjuk-petunjuk demi keterkabulnya permohonan yang telah kami ucapkan. Karena terharunya saya senantiasa mencucurkan air mata, seolah-olah saya berada di rumah sendiri (Kedunglo).
Saya setiap hari selalu Mujahadah. Untuk itu saya mohon do’a dari Bapak-bapak Ibu-ibu, Saudar-saudara Pengawal Wahidiyah demi kelancaran permohonan, dan mudah-mudahan diterima oleh Alloh oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amiin! Sekian! Madinah, 24-10-1977.
Ya, mudah-mudahan para hadirin-hadirot Bpk. Sukadi memperoleh Haji yang mabrur. Dan diantara permintaan yang saya minta pada waktu keberangkatannya yaitu agar supaya perjuangan Wahidiyah dihaturkan kepada Rosululloh SAW secara langsung, secara khusus. Agar supaya memohon dukungan dari Rosalillahi SAW. Untuk, yaitu diridloi oleh Alloh SWT, untuk suksesnya Perjuangan Farirru Ilalloh wa Rosuulihi SAW.
Para hadirin-hadirot! Mari pada kesempatan ini bersama-sama berdepe-depe di hadapan Alloh SWT wa Rosuulihi SAW! mari sama-sama merintih kepada Alloh SWT! Mari sungguh-sungguh merasa senantiasa menyalahgunakan. Senantiasa dholim, menjadi sumber segala hal yang negatif, apa-apa yang dikecam oleh Alloh SWT Apa-apa yang merugikan umat dan masyarakat! Mari para hadirin-hadirot, mari kita memohon
berarti kita belum sadar kepada Alloh SWT, kalau belum sadar kepada Alloh SWT berarti masih dijajah oleh imperialis nafsu. Nafsu yang ganas!, kalau masih dikuasai olehnafsunya yang ganas berarti kita masih mengabdikan diri kepada nafsu.
مَا مِنْ نَفْسِ تُبْدِيْهِ إِلاَّ وَلَهُ فِيْكَ قَدْرٌ يُمْضِيْهِ
Tidak ada suatu nafas yang engkau keluar masukkan, kecuali pada tiap keluarnya dan masuknya nafas itu ada sesuatu kodar yang harus dilaksanakan. Ada soal yang dihadapi oleh engkau. Pada setiap nafas, orang selalu menghadapi soal-soal. Dan pada setiap nafas itu harus melaksanakan soal-soal yang harus dilaksanakan.
Mudahnya, orang itu setiap detik atau setiap nafasnya pasti dalam keadaan, keadaan sehat atau keadaan tidak sehat, keadaan mlarat atau keadaan kaya, keadaan maksiat atau keadaan tho’at, keadaan sadar atau tidak sadar, keadaan dijajah oleh imperialis nafsu atau keadaan bebas dari pada imperialis nafsu. Keadaan abdulloh atau keadaan abdun-nafsi, itu setiap saat pasti terjadi. Lha! Disini yang diharuskan adalah supaya orang senantiasa usaha dhohiron wa baathinan pada setiap nafas atau setiap detik dari hidupnya itu supaya senantiasa Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW. Ketika orang sedang thoat, harus Billah disamping Lillah Billah. Atau menyadari bahwa dia bisanya thoat itu karena mendapat pertolongan atau mendapat fadlol dari Alloh SWT. Dan harus syukur. Syukurnya ya seperti itu tadi, menyadari Billah. Tidak diakui sendiri. Ketika maksiat, secepat mungkin harus bertaubat. Dan harus diakui pada dirinya sendiri timbulnya maksiat itu.
وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيْئَةِ فَمِنْ نَفْسِكَ
(Dan apa-apa yang engkau derita dari keburukan adalah dari dirimu sendiri).
Jadi harus diakui karena saya. Dan secepat kilat bertaubat!. Malah, nuwun
sewu, wonten ing tempat sanes mboten namung maksiat, ingat mengenai pribadinya sendiri saja, segala maksiat harus diakui sekalipun yang diperbuat orang lain. Ini lebih baik dalam keadaan nikmat, orang. harus syukur. Syukur, seperti yang sudah kita maklumi, yaitu harus BILLAH ! Atau mengetahui si pemberi ! Dan menggunakan nikmat itu untuk apa yang diridloi oleh si pemberi. Atau waktu mengalami “baliyaat” atau bilahi. Bilahi soal fisiknya atau sekalipun soal batinnya sekali. Dalam hal ini harus ridlo. Ridlo disamping usaha.
Para hadirin-hadirot, ini kita sekalian sudah semestinya atau belum, mari kita koreksi diri kita masing-masing! Dus!, orang itu dalam sehari semalam kalau tidak tepat atau ya, kurang lebih 24.000 masuk dan 24.000 keluar nafasnya. Lha !, ini harus kita laksanakan menurut keadaan-keadaan seperti di atas. Pada hadirin-hadirot, mari keadaan kita, kita cocokkan dengan pengaiian ini, sudah cocokkah atau belum, mari kita koreksi. Kalau sudah cocok ya, alhamdulillah dan mari kita, teruskan, kita tingkatkan, kita sempurnakan. Kalau belum cocok, mari sekarang juga kita cocokkan disamping harus tobat. Dan begitu juga keadaan keluarga kita bagaimana, tanggung jawab kita!. Masyarakat bagaimana, itu juga menjadi tanggung jawab kita!.
لَيْسَ مِنَا مَنْ لمَ ْيَهْتُمْ بِأَمْرِ الْمُسْلِمِيْنِ . الحديث
Sabda Rosululloh SAW. Bukan golonganku orang yang tidak mau memperhatikan nasib umat dan masyarakat. Kita bertanggungjawab kepada masyarakat.
Para hadirin-hadirot, ya maaf mudah-mudahan pengajian yang singkat ini benar-benar diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya dalam Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW. dan saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada hadirin hadirot, dan terutama kepada beliau-beliau Penyiar Pusat. Dan kiranya pengajian kita cukup sekian saja dan ini oleh beliau-beliau dari Pusat akan
yang akan kita laksanakan itu benar-benat diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SWT, semoga benar-henar membuahkan kemajuan-kemajuan yang sebanyak-banyaknya! Kemaslahatan barokah yang sebanyak-banyaknya!. Mari para hadirin-hadirot kita sedapat mungkin membantu dalam bidang moril maupun materiil demi, yaitu lancarnya Mujahadah Kubro yang akan datang. Demi lebih diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, mudah-mudahan sebab Mujahadah Kubro yang akan datang itu perjuangan kita benar-benar diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuuhhi SAW. Dikaruniai peningkatan kemajuan yang sebanyak-banyaknya!.
Dan pada Mujahadah Wuquf nanti malam para hadirin-hadirot, mari kita laksanakan dengan sungguh-sungguh!. Di samping lain-lainnya yaitu Mujahadah Kubro yang akan datang itu, mari kesempatan dalam Mujahadah Wuquf nanti kita suagguh-sungguh mohonkan kepada Alloh SWT! Para hadirin-hadirot, maaf, seperti ajaran-ajaran yang sudah kita miliki, yaitu ajaran Wahidiyah soal “hadiyah”. Seperti diminta oleh pusat tadi yaitu permintaan dari para ahli waris beliau-beliau ibu-ibu yang haru meninggalkan kita, yaitu minta hadiah Fatihah dan lain-lain sebagaimana, mari yang kita hadiahkan adalah semua amal kita yang ada bukan hanya Fatikahnya saja, atau Tahlil atau Mujahadahnya saja yang dihadiahkan, tapi semua, seluruh amal-amal kita, yang kita terima dari orang-orang yang mengirim hadiyah kepada kita. Kita sebagai umat Islam atau sebagai Pengamal Wahidiyah ini kita hadiyahkan lagi dan pahalah menghadiahkan ini lagi dan terus dan seterusnya. Tidak ada yang ketinggalan mari para hadirin-hadirot ini kita laksanakan! Terutama kepada Junjungan kita Kanjeng Nabi Besar Mohammad SAW. Wasaa rii Anbiya wal Mursalin wal malaikatil muqorrobiin ‘alahimus-sholatu wassalam wa alihim wa Ashaabihim dan seterusnya! Wa Ghousi Hadhas-Zaman wa A'waanihi dan seterusnya, kepada nenek moyang kita semua dan seterusnya. Dan disamping sebagai ummat Islam, ahli waris dari beliau-beliau ibu-ibu tadi minta kepada kita, mari juga kita haturkan semua!.
kubur ditanya diwartakan oleh ahli-ahli kubur terutama yang juga sama-sama pengamal Wahidiyah. Bagaimanakah para pengamal Wahidiyah yang masih tertinggal didunia lebib-lebih kaum ibunya, apakah masih aktif giat dalam Mujahadah-mujahadah dan dalam perjuangan Fafirru Ilallohi wa Rosuulihi SAW kah, atau malah glonjomi terbawa hanyut oleh nafsunya?. Dan sebagainya dan sebagainya Mari para hadirin-hadirot peristiwa kematian kedua ibu tersebut di atas dan umumnya setiap kita mendengar berita tentang kematian mari kita memanfaatkan yang setepat-tepatnya. Yaitu untuk peningkatan kesadaran kita kepada Alloh wa Rosuulihi SAW.
Cukup sekian, dan akhirnya mohon maaf segala kesalahan, khususaya terhadap hadrotul Muharrom Romo Yai mohon do’a restu dan mohon maaf. Selamat berjuang FAFIRRUU ILALLOH WA ROSULIHI SAW min yauminaa hadzaa ila yaumil qiyamah !.
Wassalamu alaikum wr.wb.,
KEMBALI FATWA AMANAT DARI ROMO YAHI
Para hadirin-hadirot, mari kita perhatikan dengan sungguh-sungguh apa-apa yang telah disampaikan dari Pusat tadi! Terutama soal akan diadakannya Asrama Mujahadah Triwulan Kabupaten Kediri di Ngletih, mari diantara kita yang dari Daerah Kediri terutama, berduyun-duyun mengikuti Asrama tersebut kalau sungguh terpaksa tidak bisa mengikuti di Ngletih, bukan karena alasaa buatan tapi sungguh-sungguh tidak bisa, mari kita dukung dari kejauhan ikut prihatin, ikut mujahadah dari daerah masing-masing! Kalau ada kesempatan, mari sam-sama berduyun-duyun mengikuti di Ngleti!
Hubungan Mujahadah Kubro para hadirin-hadirot, yang akan kita adakan yang tadi diterangkan, diumumkam, mari mulai sekarang kita perhatikan! Kita prihatin! Kita sebanyak mungkin memohon kepada Alloh SWT wa RosuulihiSAW Semoga Mujahadah Kubro yang akan datang,
diadakan acara Penutupan Sementara Pengajian. Berhubungan akan datangnya Bulan Romadhon mari acara yang akan diadakan oleh Beliau-beliau dari Penyiar Pusat ini kita ikuti dengan seksama, dan sekarang waktu dan tempat kami persilahkan pada Beliau-beliau dari Pusat untuk mengadakan acara penutupan Pengajian Sementara dan lain-lain.
ACARA PENUTUPAN SEMENTARA . PENGAJIAN KITAB AL-HIKAM
Protokol: Bpk. Moh. Ruhan Sanusi
َاسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَ كَاتُهُ
ِبسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
اََلْحَمْدُ اللهِ الذِّي آتَنَا بِالْوَحِدِيَةِ بِفَضْلِ رَبَنَا
اََلْحَمْدُ اللهِ الصَّلاَّ ةُ وَالسَّلَامُ عَلَيْكَ وَالآ لِ اَيَا خَيْرَ اْلاَنَامِ
رَبِّ كَرِيْمٍ وَأَنْتَ ذُوْخُلُوْقٍ عَظِيْمٍ فَا شْفَعْ لَنَا عِنْدَ الْكَرِيْمْ
يَا أَيُّهَا الْغَوْثُ سَلا َمُ الله عَلَيْكَ رَبَّنَى بِإِذْنِ الله
وَانْظَرَ إِلَى سَيِّدِى بِنَظْرَةِ مُوْ صِلَةٍ لِلْحَضْرَةِ الْعَلِبّةْ
أَمَا بَعْدُ
Hadrotul Mukarrom Romo Yahi wal Mukarromah Ibu Nyahi wa Ahlal bait yang kami dereki. Al Mukarromin wal Mukarromat para Bapak Alim Ulama, para bapak para ibu penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat, Penyiar Sholawat Wahidiyah Daerah Kabupaten, tingkat Kecamatan, para pimpinan jama’ah, para sponsor-sponsor Wahidiyah, para pejuang Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW yang berbahagia yang kami mulyakan. Pertama-tama kami ikut di belakang hadirin-hadirot semua memanjatkan
puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT wa Robby biqoulihi “Alhamdu Lillaahi Robbil 'Alamiin” bahwa pada hari Minggu pagi ini kita memperoleh taufiq dan hidayah-Nya berkenan dapat mengikuti Pengajian Minggu Pagi di Pusat Wahidiyah Kedunglo ini. Kedua, saya juga ikut para hadirin-hadirot menyanjungkan sholawat salam barokah kepangkuan junjungan kita Rosuulillah SAW wa Jami’ill Anbia wal Mursalin wal Malaaikatil Muqorrobin 'alaihimus sholaatu wassalam wa Alaihim wa Ashaabihim ilaa. wat-Thabiin wa jami’il aqthob wa A'waanihim min Awwalihim ilaa aakhirihim khusushon hadroti Ghoutsi hadzaz zaman wa A’waanihi wa saairi Auliyaa Ahbaabillaahi rodiyallahu
Ta'ala 'anhum, wa a'aadana 'alaina min barokaatihim wa syafa'aatihim wa karomaatihim wa amaddanaa bi amdaadihim Amin. Amin. Yaa robbal alamin. Mudah-mudahan para beliau tersebut senantiasa memberikan syafaat dan tarbiyah, barokah dan karomahnya, dukungannya, do'a restunya kepada kita bersama, sehingga di dalam pada kita mengikuti pengajian Kitab Hikam Minggu Pagi yang terakhir dalam tahun ini benar-benar diridloi Alloh SWT wa Rosuulluhi SAW. Dan semoga dikaruniai dapat mengecakkan dan mengetrapkan apa-apa yang telah diberikan kepada kita dalam hubungan kesadaran Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW.
Para hadirin-hadirot, hubungan pagi ini adalah pagi yang terakhir pengajian Kitab Al-Hikam menjelang datangnya bulan Romadhon, maka sebagaimana tadi telah didawuhkan hadrotul Mukarrom Romo Yahi bahwa pagi ini pengajian terakhir untuk penutupan sementara, maka untuk itu kita bersama akan mengadakan sekedar acara sebagai tasyakur dan sebagai hubungan dengan pengajian kitab Al-Hikam. Dengan singkat, mari acara ini kita mulai dengan ..........
AI FAATIHAH! .......
Selanjutnya sambutan dari wakil pada para Pengamal Wahidiyah khususnya yang mengikuti atau sering mengikuti Pengajian Minggu Pagi. Disampaikan oleh Bapak K. Faman dari Kalipare Malang.
mujahadah di Daerah-daerah jangan sampai ketinggalan memohonkan semoga Mujahadah Kubro itu nanti benar-benar diberi sukses diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, dan membawa hasil kemajuan yang lebih pesat bagi perjuangan kita perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW bagi umat dan masyarakat!.
Berita duka. Kawan seperjuangan kita, kesatu dari Gading Bululawang Malang, Ibunda dari Bapak K.H. Ahmad, dan kedua istri dari beliau Bapak Istibar, jadi Bu Istihar, ketua penyiar Sholawat Wahidiyah daerah Kodya/Kabupaten Blitar. Kedua beliau-beliau terebut telah mendahului kita sowan dibadapan Alloh SWT. Dari para keluarga mohon para hadirin-hadirot, kepada kita semua hendaknya mencurahkan minta maaf atas segala kesalahan hak-hak adami dari ibu yang telah mendahului kita itu!. Soal-soal yang menyangkut hak-hak adami dimana perlu harap berhubungan dengan para keluarga beliau-beliau yang bersangkutan disamping itu mengharap kepada para hadirin-hadirot untungnya kita yang masih bisa kita masih bisa berhadiah mengirim pahala-pahala bagi yang sudah meninggal. Untungnya kita masih bisa berikhtiar buat sangu mati, Para keluarga beliau-beliau yang baru wafat meninggalkan kita dan umumnya bagi leluhur kita yang sudah kembali di alam kubur mudah-mudahan beliau-beliau ibu-ibu yang telah mendahului kita itu alal Wahidiyah yang senantiasa dituntun oleh beliau Ghoutsu Hadhaz-Zaman Rodhiyallohu'anhu. Semoga ditempatkan di dalam “rodlatun min riyaadlil-jannah” Amiin, yaa Robbal Alamiin! Mari para hadirin-hadirot AL- FATIHAH !........
Para hadirin-hadirot. Seperti kita maklumi bahwa orang yang baru meninggal dunia, sesampainya di dalam kubur dikerumuni oleh ahli-ahli kubur menanyakan berita-berita keluarga yang masih berada didunia. Persis seperti orang yang baru datang dari tempat yang jauh. Begitu juga kemungkinan ibu-ibu yang baru wafat itu. Sampainya di dalam
terakhir malam Jum’at akan diadakan Asrama Mujahadah Didesa Ngletih. Kepada para hadirin-hadirot khususnya yang dari Daerah Kodya Kabupaten Kediri dan sekitamya dianjurkan berduyun-duyun mengikuti acara-acara Mujadadah tersebut di atas yaitu sebagai peningkatan dan persiapan kita sewaktu-waktu kita mengalami sakaratul maut seperti tadi banyak kita mendengar betapa dahsyatnya. Adapun tanggalnya yaitu tgI 23, 24,25 Nopember 1977 ini.
Pengumuman yang kedua yaitu seperti yang sudah diedarkan mengenai MUJAHADAH WUQUF, Malam Senin nanti malam. Mari kita sama-sama melaksanakan, seperti yang telah diinstruksikan di dalam surat-surat edaran. Mungkin kesempatan mengikuti Mujahadah, melaksanakan Mujahadah Wuquf tinggal satu kali ini mungkin tahun depan kita tidak bisa mengikuti mujahadah wuquf bersama-sama dengan para Hujjaj. Seperti kita maklumi tujuan dari pada Hujjaj antara lain :
“walhaaku” minal hilmi “ jiinu” minal jirni”. Yaitu semata-mata hanya menggendong mikul nyunggi dosa-dosanya sowan menghadap di hadapan AllohTa’ala Maha Haris Maha Memberi Ampun. Kita-kita yang belum atau tidak bisa melaksanakan seperti para Hujjaj. Diberi kesempatan untuk bias sowan dihadapan Alloh SWT melakukan Haji dengan batiniyah kita asal kita mau membawa dosa-dosa kita ngedoki dan menyadari dan memohon tobat di hadapan Alloh SWT kesempatan yang baik sekali yang hanya satu tahun sekali. Karena itu mari sungguh-sungguh kita perhatikan!.
Selanjutnya pengumuman mengenai Mujahadah Kubro Wahidiyah di Pusat Kedunglo sini. Menurut Keputusan Panitia dan dengan do'a restu dari Hadlotul Mukarrom Romo Yai Insya Alloh akan dilaksanakan besok pada Tanggal 29, 30, 31 Desember 1977 dan 1 Januari 1978. Jadi berada dalam akhir tahun 1977 dan awal tahun 1978. Dan itu, sebelum ada surat keputusan resmi, dianjurkan kita supaya sah mulai mengadakan persiapan-persiapan dan memberikan bantuan-bantuannya baik moril maupun materiil terutama di dalam melaksanakan
َاسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَ كَاتُهُ
ِبسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
اََلْحَمْدُ اللهِ الذِّي آتَنَا بِالْوَحِدِيَةِ بِفَضْلِ رَبَنَا
يَا أَيُّهَا الْغَوْثُ سَلا َمُ الله عَلَيْكَ رَبَّنَى بِإِذْنِ الله
وَانْظَرَ إِلَى سَيِّدِى بِنَظْرَةِ مُوْ صِلَةٍ لِلْحَضْرَةِ الْعَلِبّةْ
يَارَبَّناَ اللَّهُمَّ صَلِّ سَلِمْ عَلَى مُحَمَّدٍ شَفِيْعِ اْلُأمَمِ
وَالآلِ وَاجْعَلِ اْلأَنْأَمِ مُسْرِعِيْنَ بِالْوَا حِدِيَةِ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ
بَارَبَّنَا إِغْفِرْ يَسِّرْ إِفْتَحْ وَاهْدِنَا قَرْبِ وَأَلِفْ بَيْنِنَا يَارَبَّنَا
أَمَا بَعْدُ
Hadrotul Mukarrom Romo Yahi, , Al Mukarromah - Ibu Nyahi, Al Mukarromin wal Mukarromat para Bapak/Ibu Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat, para hadirin-hadirot yang saya mulyakan. Saya atas wakil para Pengamal Wahidiyah di sini juga ikut memanjatkan puja-puji syukur kehadirat Ilahi Biqoulihi Alhamdu Lilaahi Robbil 'Aalamin. juga ikut menyanjungkan sholawat salam barokah ke pangkuan junjungan kita Rasuululloh SAW wa jamfill Anbia wal Mursalin wal Malaikatil Muqorrobbin 'alalhimus sholaatu wassalaam wa Alaihim wa Ashaabihim, seterusnya kepada Mbaabillaahimin awwalihim ila aakhirihim
khusushon khusshoh kepada beliau Ghoutsi Hadzaz Zaman rodiyallohu'anhum. Atas nama para Pengamal Wahidiyah khususnya yang sering mengikuti pengajian Minggu pagi di sini menyatakan tasyakur kehadirot Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Syukur dan terima kasih kami sampaikan kepada Hadrotul Mukarrom Romo Yahi yang senantiasa memberikan bimbingan kepada kami dalam bentuk Tarbiyah lahir maupun batin. Sebelum kami menerima bimbingan dan tarbiyah dari Romo Yahi kami dan kawan-kawan selalu tenggelam dalam lautan syirik dan kufur. Namun demikian kami dan kawan-kawan selalu menganggap remeh terhadap pengajian Mingguan ini, kurang menarut perhatian yang sewajarnya, kami kurang menyerah bongkokan sebagaimana seharusnya seorang murid kepada guru. Kami berkeyakinan jika tidak mendapat restu dan kemurahan dari Romo Yahi, pasti di dalam kami mengikuti pengajian ini bukan menambah dekat kami kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Malah makin jauh rasanya. Oleh karena itu sekali lagi kami mohon restu Romo Yahi disamping mohon maaf atas keteledoran-keteledoran kami dan kawan-kawan dalam mengikuti pengajian dan tarbiyah dari Romo Yahi. Begitu juga kepada Bapak-bapak Penyiar Sholawat Wahidiyah yang telah begitu banyak mencurahkan perhatian-perhatian dalam mengatur jalannya Pengajian Minggu pagi ini, kami dan kawan-kawan semua menyatakan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Banyak sekali peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bapak-bapak Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat yang tidak kami penuhi, akibatnya mengganggu jalannya ajaran-ajaran dan tarbiyah yang diberikan Hadrotul Mukarrom Romo Yahi kepada kita semua. Sekali lagi kami mohon maaf yang sebesar-besamya disamping mohon restu mudah-mudahan di masa-masa yang akan datang kami dapat memperbaiki keadaan-keadaan kami yang selama ini banyak menimbulkan gangguan-gangguan dan kerugian bagi jalannya perjuangan Fafirruu llalloh wa Rosuulihi SAW.
Betapapun penyelewengan-penyelewengan kami dalam mengikuti
“satu jam saja, satu menit, setengah menit. Tidak digubris oleh Izroil para hadirin-hadirot! Dalam keadaan yang sangat gawat sekali ini para hadirin-hadirot, andai kata kita mempunyai emas se-Jagad dan minta diundur sehari saja dikabulkan, bungahnya tidak bisa digammbarkan para hadirin-hadirot! tapi mana boleh jadi, para hadirin-hadirot !
Qodarnya Allob SWT tidak bisa dirobah merasakan bagaimana beratnya para hadirin-hadirot!. Apakah kita harus menunggu keadaan begitu para hadirin-hadirot ?.
Ya muda-mudahan para hadirin-hadirot, kita di ampuni oleh SWT. Di karuniai hidayah dan taufiq yang sebanyak-banyaknya diberi syafaat Tarbiayah barokah karomah nadroh oleh Rosulihi SAW, oleh Ghousi Hadhaz Zamani wa A’waanihi asaairi Ahbaa Billahi radiyaallohu Ta’ala ‘anhum.
Para hadirin-hadirot. Pengajian kiranya cukup sekian saja. Dan sekali lagi mudah-mudahan benar-henar diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Benar-benar bermafaat berbarokah bermaslahah, dan membawa kemajuan yang sebesar-besarnya bagi kita bersama. Selanjutnya waktu dan tempat dipersilahkan kepada beliau dari pusat.
SAMIBUTAN PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT
Disampaikan oleh hapak KHJainal Fanani.
Assalaaamulalaikum, Wr. Wb.
(qutbah iftitah tidak dicantumkan disini untuk menyingkat)
Dari pusat pada kesempatan ini menyampaikan sekedar pengumuman. Yaitu pertama mengenai peningkatan dalam Mujahadah Triwulan se-Kodya Kabupaten Kediri yang membarengi dengan takhtimannya pengalaman 40 hari Saudara-saudara kita dari Desa Ngleti Kediri. Besok pada hari malam Rabu siang, malam Kamis, Kamis siang dan
Orang yang fanak, orang yang hilang ananiyahnya, hanya Alloh “KAANA LLOHU WALA SYAIAMAI’AHUM”. Hanya Alloh Pentitik “WA HUWAL-AAN ‘ALA MA ‘ALAIHI KAANA”. Dia sekarang baru merasakan, bahwa sesungguhnya hanya Tuhan yang ada! Baru merasakan!.
Orang yang belum fanak, belum hilang ananiyahnya, belum merasakan. Paling-paling hanya ilmiyah! Yah, tapi minim harus ilmiyah! Sekalipun belum merasakan. Kalau sudah merasakan baru menyadari bahwa sesugguhnya yang ada hanya Tuhan. ibarat orang tidur sedang bermimpi semua
النَّاسُ نِيَامٌ
Umat manusia itu semua tidur nyeyak pada umumnya!. Mimpi dan mengigau-nglindur!
فَإِذَا مَاتُوْا اَنْتَبَهُوْا
Nanti kalau sudah dicabut Izroil terkejut, ketika bermimpi seperti sungguh-sungguh terjadi. Tapi setelah bangun, tidak ada apa-apa! ini para hadirin-hadirot. Ya untung kalau hanya seperti mimpi saja. Sesungguhnya keadaan kita ini jauh dari pada itu! Dikiranya tidak apa-apa, dikiranya menguntungkan. Tapi nanti ketika dicabut rohnya oleh izroil, tidak dapat dibayangkan beratnya para hadirin-hadirot !.
Seperti sering saya utarakan, atau juga oleh pusat, ketika orang menghadapi lzroil, jenggelel, ndrodog, lumpuh, para hadirin-hadirot!. baik orang tidak sakit, lebih-lebih kalau sakit, kok tahu-tahu jenggelek Izroil, lumpuh sama sekali! Lemas dia merengek-rengek ngrepo-ngrepo pada Izroil. Sudilah ditunda sehari saja ya Izroil, saya bertobat!
“Tidak ada hari”!
“Setengah hari saja”.
pengajian-pengajian Minggu pagi dan Kuliah-kuliah Wahidiyah lainnya dan dalam menerima tarbiyah-tarbiyah dari Romo Yahi, kami senantiasa berharap dan memohon semoga kami senantiasa diperkenankan ikut-ikut dalam perjuangan kesadaran Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW ini, sehingga kami akan dapat terus mengikuti Hadrotul Mukarrom Romo Yahi min yauminaa hazaa ilaa yaumil akhiroh. Sekali lagi kami mohon do’a restu dari Hadrotul Mukarrom Romo Yahi dan dari Bapak-bapak Penyiar Pusat, semoga di masa-masa yang akan datang kami dapat merubah sikap dari pada yang sudah-sudah yang mengganggu jalannya Perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW. Amin!.
Sekian sambutan dari kami selaku wakil kawan-kawan semua mudah-mudahan diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW !.
Akhirul kalam wassalamu'alaikum warohmatullohi abarokaatuh!.
Selanjutnya sambutan dan penyiar-penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat yang akan disampaikan oleh AI Mukarrom Bapak K.H. Zainal Fanani.
َاسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَ كَاتُهُ
ِبسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
اََلْحَمْدُ اللهِ الذِّي آتَنَا بِالْواَحِدِيَةِ بِفَضْلِ رَبِّنَا
بِخَيْرِ خَلْقِكَ شَفِيْعِ اْلأُمَمِ يَارَبَّنَا صَلِّ عَلَيْهِ سَلِّمْ
وَاْلآلِ غَرِفْنَا فِى بَحْرِ الْوَحْدَةِ فِى كُلِّ حَالٍ دَائِمًا وَسَاعَِة
يَارَبَّنَا اللَّهُمَّ صَلِّ سَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ شَفِيْعِ اْلأُمَمِ
وَاْلآلِ وَاجْعَلِ اْلأَ نَامَ مُسْرِعِيْنَ بِالْوَاحِدِيَةِ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ
بَارَبَّنَا إِغْفِرْ يَسِّرْ إِفْتَحْ وَاهْدِنَا قَرْبِ وَأَلِفْ بَيْنِنَا يَارَبَّنَا
يَاأَيُّهَاالْغَوْثُ سَلاَمُ اللهِ عَلَيْكَ رَبِّنِي بِإِذْنِ اللهِ
وَانْظُرْ إِلَى سَيِّدِى بِنَظْرَهْ مُوْصِلَةٍ لِلْحَضْرَةِ اَلْعَلِيَةِ
أَمَا بَعْدُ
Hadrotul Mukarrom Romo Yahi, al Mukarroma wal Mukaromun Ibu Nyahi wa ahlal bait. Para Bapak-bapak, Ibu-ibu hadirin-hadirot yang saya hormati. Ikut bersama hadirin-hadirot memanjatkan puja-puji tasyakur kahadirat Illahi wa Robbi atas segala rohmat hidayah dan fadlol-Nya, terutama fadlol yang luar bisa yaitu yang merupakan nikmat kesadaran yang lewar Sholawat Wahidlyah dan ajaran-ajarannya biqoullhi : Alhamdulillahi Robbil Alamin. Juga ikut menghaturkan sanjungan sholawat dan salam serta barokah semoga senantiasa terhunjuk kepangkuan junjungan kita Rosuulillahi SAW yang selalu berjasa kepada kita biqouli:
جَزَى اللهُ عَنَّا سَيِّدِنَا مُحَمَّدًا بِمَا هُوَ أَهْلُهُ
Kepada hadroti Ghoutsi Hadzaz Zaman Rodiyallohu Ta'ala 'anhu wa jami’iil Ahbaabillaahi min masyaarikil ardii ilaa maghrooribiha kami haturkan salam takzim yang sebaik-baiknya. Semoga para beliau-beliau tidak jemu-jemunya memberi tarbiyah kita sehingga kita tidak mati di tengah jalan, dan bisa sampai ke tempat tujuan yaitu “muushilatin lilhadrotil 'aliyyah. Amiin”!.
Kepada HadrotuI Mukarrom Romo Yahi, kami para rekan-rekan yang ada di Pusat sungguh merasa bungkam seribu satu bahasa untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada beliau, yang mana kita bersama memaklumi bahwa beliau dengan susah payah menaburkan
Orang yang dikaruniai “bashiroh” jenis nomer tiga, Yaitu “haqqul bashiroh” atau “haqqul yaqiin” atau “nuurul haqqii”, dan ini yang paling sempurna sendiri, buahnya yaitu difanak pada Alloh SWT. Hilang lenyap ANANIYAH-nya. Ke-akuan-nya, egoisnya hilang sama sekali. Tidak mengaku! Tidak ujub tidak takabbur! Riya’ dan sebagainya otomatis lenyap dari dirinya. Tidak merasa “saya bisa saya kuasa” dan sebagainya.
FANAK ada tiga macam.
FANAK SIFAT : Saya tidak merasa mempunyai kemampuan atau kepandaian!. ini semua Alloh yang punya yang menggerakkan, yang ... yang... yang... semua Alloh! Saya tidak bisa berjuang begini begitu, ini Tuhan!. Saya tidak ada. Ini Tuhan “WANAHIIKA” ditanyakan lagi, buahnya! Jangan ditanya lagi Alloh SWT yang senantiasa diberikan orang seperti itu!. Pokoknya tidak bisa diketahui kecuali hanya Tuhan yang Maha mengetahui segala-galanya! Ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot kita dikaruniai Alloh SWT fadlol yang sebanyak-banyaknya! yang sempurna-sempurnanya! kalau orang sudah seperti yang diterangkan di atas ini, dia memiliki tingkatan atau martabah, MARTABATUL WAHIDIYAH namanya. Yaitu BILLAH. Atau MARTABAH MOHAMMADIYAH. Orang yang seperti itu, seperti saya kemukakan tadi, “DHILLUL ILLAHI. Bayangan Tuhan, atau orang seperti itu, adalah “KHOLILFATULLOH” wakil Tuhan.
Para hadirin-hadirot, tidak bisa dibayangkan, keadaan dia besok diakhirot! Dikagumi oleh makhluq-makhluq lain! ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot, pengajian pagi ini benar-benar diridloi oleh Alloh SWT Rosuulihi SAW !
{كَانَ اللهُ وَلاَ شَئَ مَعَهُ وَهُوَ اْلآنَ عَلَى مَاعَلَيْهِ كَانَ }
Kecuali hanya berhadap Tuhan, sowan di hadapan Tuhan, dia merasa jenak, merasa tenang dan merasa mesra. Sebab hanya Tuhan yang memberi dan membawa keuntungan dan kebahagiaan! Semuanya itu, selain Tuhan, merugikan! otomatis!. Berkumpul atau bersama-sama dengan apa-apa yang diridloi Alloh SWT otomatis sama dengan barada dihadapan Aloh SWT. Dia menjadi tenang tentram asyik diwaktu berkumpul dengan apa-apa dan siapa-siapa orang yang diridloi Alloh SWT.
اْلأَخِلآءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمتَّقِيْنَ {الزحرف ٦٧}
Orang-orang yang berkawan, bersaudara yang saling berhubungan, besok pada yaumul qiyamah saling bermusuhan, para hadirin-hadirot!. Kecuali mereka yang di dalam melakukan. Saling tuntut menuntut. berkawan bersaudara itu berdasarkan taqwa, LILLAH BILLAH. LIRROSUL BIRROSUL istilah Wahidiyah!. Kalau tidak berdasar atas taqwa, LILLAH BILLAH LIRROSUL BIRROSUL otomatis besok saling bermusuhan satu sama lain!. Pasti para hadirin-hadirot!. Baik itu hubungan antar keluarga sama keluarga., Anak orang tua, orang tua-anak! atau kawan atau tetangga pokoknya semua hubungan di dunia. “ILLAL MUTTAQIN” para hadirin-hadirot!. Besok saling dorong mendorong ke neraka. Mana yang kalah mana yang menang!. Atau keduanya salah, semuanya masuk bersama-sama ke dalam neraka, para hadirin-hadirot!.
Mari para hadirin-hadirot, kita menaruh perhatian yang sungguh-sungguh yang sebanyak-banyaknya!. Kalau orang memiliki “ainul bashiroh” otomatis senantiasa tawakkal, senantiasa ridlo. Diantara kita sudah begitu ataukah belum, mari para hadirin-hadirot kita lihat!.
وَالَّذِى يَنْكَشِفُ بِالثَّالِثِ الذَّاتُ الْمُقَدَسَةِ ,وَثْمَرَةُ ذَلِكَ الْفَنَاءُ الْكَامِلُ الَّذِى هُوَ دِهْلِيْزُ الْبَقَآءِ فَيَفْنَى عَنْ فَنَآئِهِ وَعَدَمِهِ اِسْتِهْلاَكاً فِى وُجُوْدِ سَيِّدِهِ ,وَنَاهِيْكَ بِمَا يَحْصُلُ لَهُ حِيْنَئِذٍ مِنَ الْمَوَاهِبِ والاَسْرَارِ الاِلَهِيَّةِ فَإِذًا تَرَقَّى عَنْ ذَلِكَ حَلَّ فِى مَقَامِ الْبَقَآءِ
benih-benih yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Ialah benih tauhid, benih kesadaran Illiahi wa Rosuulihi SAW. Manusia pada umumnya akan mengalami penderitam yang sehebat-hebatnya apabila tidak mengenyam benih-benih itu baik di dunia maupun di akhirat. Dan disamping penaburan benih dari beliau tidak hanya ditaburkan begitu saja, melainkan ditaburkan pupuk-pupuk yang digali dari berbagai sumber yang bermanfaat bagi kesuburan tumbuhnya benih tauhid itu. Antara lain sebagai pupuk penyubur benih “kalimatun thoyyibatun” ini adalah pengajian Kitab Al-Hikam. Tapi sesungguhnya bukan hanya dari kitab Al-Hikam saja, melainkan juga bermacam-macam sumber digalinya juga disajikan kepada kita semua dan bagi umat dan masyarakat.
Malah disamping itu semua, beliau dengan murah hati memberi wewenang mengizinkan kita untuk ikut serta menyalurkan air jernih, menyalurkan benih-benih kesadaran yang sangat penting itu kepada masyarakat. Sekalipun keadaan kita-kita semua ini sama sekali tidak berarti bagi penyebaran benih-benih itu. Malah lebih dari itu, khususnya pribadi saya dan umumnya kawan-kawan yang ada di Pusat. Karena adanya tangan-tangan kotor yang ikut-ikut dalam penyaluran air jernih dan penaburan bibit kesadaran tangan-tangan kotor dari kami para Panitia di Pusat khususnya diri saya, sehingga masyarakat yang sudah begitu haus membutuhkan benih kesadaran tadi karena air jernih tadi menjadi kotor, masyarakat malah menjadi menolaknya. Namun demikian tak henti-hentinya beliau Romo Yahi selalu memaafkan dan masih saja memberi ijin memperkenankan kita ikut-ikut berkecimpung dalam lembaga hidmah penyaluran benih kesadaran dan penyaluran benih kesadaran dan penyaluran pupuk-pupuknya dengan lewat jembatan pengajian kitab Al-Hikam tiap minggu pagi ini. Sampai di sini kami menjadi bungkam bagaimana dan apa kalimah yang mampu untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada beliau. Para hadirin-hadirot yang kami hormati, berulang kali beliau bersabda bahwa benih-benih yang disebabkan masyarakat ini merupakan :
.......كَلِمَةٌ طَيِبَهٌ كَشَجَرِهِ طَيِبِةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فىِ السَّمَاءِ تُؤْتِى أُكُلَهَا كُلٌّ حِيْنٍ بِإِذْ نِ رَبِّهَا {إبراهيم.٢٤ -٢٥ }
Tanaman LILLAH BILLAH LIRROSUL BIRROSUL LILGHOUTS BILGHOUTS atau tanaman tauhid yang disebarkan oleh beliau yang telah dipupuk dengan lengkapnya itu diibaratkan sebagaimana pohon yang asal pokoknya berada di tanah, tapi ujung dahan dan cabang-cabangnya menjulang tinggi di langit dan setiap masa pohon tauhid kesadaran itu memberi bermacam-macam buah yang bermanfaat di masyarakat dengan izin Tuhannya. Hal ini kalau kita menengok ajaran-ajaran dan susunan aurod-aurod kita tepat sekali bahwa apa yang kita amalkan, apa yang kita terapkan ini merupakan “Kalimatun Thoyyibatun”. Hal ini ternyata di dalam “kalimah” itu disamping yang pokok ada buah-buah yang harus dimiliki oleh masyarakat. Disamping itu kita dididik memohonkan untuk negara, untuk masyarakat. juga disana ada suatu ranting berbunyi : “ALLOHUMMA BAARIK FIMAA KHOLAQTA WAHADZIHIL BALDAH”.
Ada lagi cabang: “YAA ROBBANAGHFIR YASSIR...”.
Kesemuanya itu merupakan buah dari pada “pohon tauhid”, yang ditanam di dalam hati kita semua ini.
Temyata, sudah hampir 15 tahun tanaman “Fafirruu” tanaman LILLAH BILLAH ini yang buahnya sangat dibutuhkan oleh masyarakat, namun nyatanya, nyatanya sampai kini masih banyak sekali masyarakat yang menunggu-nunggu kapan jatuhnya buah “Allohumma Baarik”, kapan jatuhnya buah “Yaa Robbaghfir Yassir...”. Malah sebagian banyak masyarakat yang tidak sabar lagi menanti saluran kami dari Penyiar Pusat ini, mereka banyak yang sudah meninggal dunia belum mengenyam LILLAH BILLAH. Kesemuanya itu sesungguhnya kami dari Pusat juga menyadari bahwa mereka itu kelak akan usul kepada Alloh SWT, mana katanya ada “Kalimatun Thoyyibatun” yang “Tukti Ukulaha Kulla
Banyak sekali kejadian-kejadian yang mengejutkan, yang datangnya secara mendadak. Ini semua, sesungguhnya kita selalu diperingatkan oleh Alloh SWT para hadirin-hadirot. Tapi lalu bagaimana?. Kita terima dengan penuh perhatian ataukah kita masa bodoh begitu saja, para hadirin-hadirot?. Karena hanya belas kasihan Alloh SWT senantiasa memperingatkan kepada hamba-Nya para hadirin-hadirot. Lalu diantara kita bagaimana tanggapan kita diwelasi disayang oleh Alloh SWT?. Alloh SWT senantiasa memberi peringatan dengan bermacam-macam keadaan! Baik keadaan menggelisahkan, keadaan mengejutkan, keadaan megecewakan, keadaan-keadaan menggembirakan malah, dan keadaan-keadaan, banyak para hadirin-hadirot !. Saking kasih sayangnya Alloh SWT! Tapi pada umumnya para hadirin-hadirot, yang disayangi ini yang tidak merasa! Malah acuh tak acuh, mempermainkan dan sombong.
Masih baik pohon-pohonan! Pohon mangga atau pohon jambu misaInya, biar dilempari batu malah membalas dengan buah mangga atau buah jambu. Kok lebih baik pohon mangga atau pohon jambu pada umumnya para hadirin-hadirot!. Maaf, ditolong mentung malah memukul pada umumnya para hadirin-hadirot! dalam keadaan ini! AL Fatihah.
وَثَمْرَةُ ذَلِكَ أَنْ لَايَبْقَى فىِنَظْرِكَ مَا تَسْقَنِدُ إِلَيْهِ وَ لاَ مَا تَسْتَأْنِسُ بِهِ فَيَتِمُّ لَكَ التَّوَكُلُ وَالتَّفْوِيْضُ وَالرِّضَا وَاْلِاسْتِسْلاَمُ
Buahnya, apabila kita senantiasa begitu otomatis kita tidak terpengaruh oleh segala sesuatu yang menguntungkan yang menyenangkan atau yang merugikan sekalipun!. Karena yakin bahwa sekalipun itu menguntungkan tapi hanya sementara! Malah, sekalipan wujudnya menguntungkan, tapi bisa juga merugikan apabila kita salah gunakan! Dia senantiasa tidak jenak, tidak bisa mesra diwaktu berhadapan atau jagongan dengan siapapun. Karena kesemuanya itu hanya merugikan.
begitu saja, ini semua kita masing-masing akan mengalami kelak dikemudian hari para hadirin-hadirot. Ketika nyawa dicabut Izroil, merasakan Pandangan kita ketika minum misaInya, apakah yang kita minum dulu itu sungguh-sungguh sirup atau racun, nanti ketika Izroil datang mengalami para hadirin-hadirot, keadaan yang sesungguhnya kalau racun, merasakan beratnya sakit akibat keracunan para hadirin-hadirot tapi kalau benar sirup juga akan merasakan lezatnya pada ketika Izroil mencabut roh kita para hadirin-hadirot. Alangkah lezatnya ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot pandangan kita selama didunia ini sungguh-sungguh nyocoki dengan keadaan sesungguhnya para hadirin-hadirot. Racun, kita tahu bahwa itu racun, dan kalau strup kita juga tabu itu sirup Ya mudah-mudahan tidak keliru pandangan kita ini. Kalau pandangan terlanjur keliru, salah pasti nanti akan merasakan betapa beratnya kalau tepat cocok, kita akan merasakan lezatnya Mudah-mudahan kita senantiasa dilindungi oleh Alloh SWT Amiin!.
Jadi, kembali lagi, orang yang memiliki “bashiroh” pandangan hati seperi nomer dua yaitu “ainul bashiro”, otomatis memandang makhluq termasuk dirinya sendiri hanya sebagai bayangan. Sama sekali tidak terpengaruh! Tidak selalu ngresulo ketika mlarat atau menghadapi musibah atau ujian. Melainkan senantiasa ridlo kepada Alloh SWT. Kaya tidak sombong, ini hanya bayangan! kalau saya salah gunakan otomatis mencekik leher ini. Racun ini otomatis kalau orang mempumyai pandangan begitu para hadirin-hadirot yang wujud dan kekal hanya Alloh SWT. Adapun makhluq, “KULLU SYAIIN HAALIKUN ILLA WAJHAHU”. Segala sesuatu pasti hancur kecuali hanya tuhan yang kekal abadi tidak hancur dan tidak berubah. Dan selain itu, fakta dalam pengalaman banyak terjadi. Kemarin masih sehat segar bugar gagah perkasa, sekarang sudah menjadi layatan. Kemarin masih kaya masih lincah, sekarang sudah berteriak-teriak minta tolong. Ini pengalaman, para hadirin-hadirot coba itu lihat yang sebaya dengan Saudara. lebih tua atau lebih muda di bawah saudara. Ini semua harus kita manfaatkan.
Hiinin bi-izni Robbiha”.
Oleh sebab itulah, kami wajib memohon maaf, satu kepada Alloh wa Rosuulihi SAW, dan kepada Beliau Romo Yahi. Romo Yahi yang telah memberi kepercayaan kepada kami para Panitia khususnya dan kita semua pada umunmya untuk ikut-ikut menyalurkan “Kalimatun Thoyyibatun” tersebut tetapi tidak konsekwen dan tidak tepat melaksanakan tugas-tugas penyaluran atau penyiaran.
Andai kata beliau Romo Yahi telah bermurah hati meneteskan maghfiroh pengampunannya, namun kami Panitia masih harus meminta maaf kepada para pengamal Wahidiyah dan masyarakat pada umunmya, karena menjadi keruhnya “air jernih” dari Romo Yahi tadi setibanya pada para Pengamal Wahidiyah dan masyarakat akibat dilakukan oleh “tangan-tangan kotor” kami-kami yang ada di Pusat. Kami harus bertanggung jawab kepada dua arah. Ke atas dan ke bawah. Ke atas kepada Alloh wa Rosuulihi SAW wa Ghoutsi Hadzaz Zaman dan kepada Romo Yahi, dan ke bawah kepada para pengamal Wahidiyah dan masyarakat pada umumnya.
Maka sekali lagi terutama kepada Hadrotul Mukarrom Romo Yahi saya sebagai wakil dari kawan-kawan yang ada di Panitia-panitia Pusat perkenankanlah nglesot di bawah tapak kaki Romo Yahi menanti tetesnya maghfiroh, dan memohon do’a restunya semoga penyelewengan-penyelewengan kami yang telah merusak kemurnian “air jernih” dan “pupuknya” itu cukup kami habisi sampai sekian saja tidak berlarut-larut lagi. Begitu juga kepada para Pengamal Wahidiyah, para Bapak dan Ibu yang juga sebagai mewakili dari daerah-daerah, sungguh kami menghaturkan mohon maaf yang sebesar-besamya. Terbayang oleh saya, andai kata tidak mendapat ampunan dari para hadirin-hadirot, kami para yang ada di Pusat paling-paling hanya bisa melihat kalian dari tempat kejauhan. Melihat kalian berbondong-bondong bersuka ria di belakang Hadrotul Mukarrom Romo Yahi, dan kami hanya bisa memandang dengan air mata sayu pilu dan menyesal. Tapi
penyesalan yang sudah tidak berguna. Terlambat. Sungguh, sekali lagi kami kawan-kawan yang ada di Pusat mengemis tetesan ampunan dari hadirin-hadirot dan khususnya dari Beliau Hadrotul Mukarrom Romo Yahi.
Cukup sekian dan:
وَبِا للهِ التَّوْفِقِ وَالْهِدَايَةِ ,وَمِنَ الرَّسُوْلِ صلى الله عليه وسلم الشَّفَاعَةِ,وَمِِنَ الْغَوْثِ رَضِى اللهُ عَنْهُ التَّرْبِيَةِ وَالنَّظْرَةِ
َاسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَ كَاتُهُ
Protokol : Atas nama hadirin-hadirot kepada beliau-beliau berdua kami sampaikan banyak-banyak terima kasih dan,
جَزَاكُمُ اللهِ خَيْرَاتِ وَسَعَادَاتِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
Selanjutnya, dan terakhir mari para hadirin-hadirot kita memohon fatwa amanat dan doa restu dari Hadrotul Mukarrom Romo Yahi waktu dan tempat untuk beliau kami haturkan!.
FATWA AMANAT ROMO YAHI
َاسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَ كَاتُهُ
ِبسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
اَحْمَدُ للهُ الصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْكَ وَاْلآلِ اَيَا خَيْرُ اْلأَنَامِ
اَنْتَ رَؤُوْفُ وَنبِيُّ أُمِيّ اَنْتَ رَحِيْمٌ وَحَبِيْبٌ الْمُنْعِمِ
قَدْ كُنْتُ صَالاَّ وَمُضِلاًّ سَيِّدِى وَكُلُّ شَرٍّ وَفَسَادٍ مِنْ يَدِى
يَا سَيِّدِى يَا سَيِّدِى اَدْرَكْنِى يَاسَيِّدِى يَا سَيِّدِى وَرَبِّنِى
فَيُشْهِدُ اْلأَكْوَانَ عَدَمًا فَلاَيَعْبَأُ بِهَا وَلاَ يَلْتَفِتُ اِلَيْهَا اِذْ وُجُوْدُهَا عَارِيَةٌ
Dia hanya Tuhan yang nampak dalam pandangan hatinya. Dirinya sendiri dan makhluq yang lain-lain ini hanya wujud bayangan. Oleh karena itu dia tidak ambil perduli tidak terpengaruh oleh makhluq yang wujud bayangan itu. Tidak gentar, tidak takut, tidak kepencut, tidak terpengaruh mengapa ditakut, mengapa pengaruhi. Sekalipun kelihatannya mengkilat, itu hanya bayangan. Sekalipun kelihatan seram dan menakutkan, sesungguhnya hanya bayangan Sekalipun kelihatan menggiurkan begini begitu, apabila orang dikaruniai bashiroh yang kedua tadi, dia tidak kepencut sama sekali tidak terpengaruh tidak takut, tidak kawatir, tidak menjagakan tidak menjagakan sawahnya, pasarnya, gajihnya sendiri, kepandaiannya, kemampuannya, keahliannya sama sekali tidak menjagakan. Oleh karena itu semua adalah bayangan dan ini bayangan ini sesungguhnya hanyalah bayangan. Sesungguhnya bayangan nyocoki dengan keadaan yang sesungguhnya bayangan.
Oleh karena misalnya sawahnya sungguhlah luas, subur, tapi terkena hama wereng sudah qiamat? Apa itu mau di jagakan? Sekalipun menguntungkan, hanya bayangan, sekalipun merugikan, mari kita koreksi masing-masing pandangan kita seperti itu atau tidak, kalau tidak ini namanya tidak nyocoki dengan keadaan sesungguhnya, para hadirin-hadirot keadaan sesungguhnya semuanya ini adalah bayangan para hadirin-hadirot, bayangan!.
lbaratnya di muka kita ada gelas yang sesungguhnya berisi racun. Tapi oleh karena didorong dan terpengaruh oleh rasa haus dan terpengaruh oleh isi gelas yang kita duga minuman Iezat yang menghilangkan rasa haus, lalu kita minum. Waktu minum mungkin belum merasa itu sesungguhnya racun. Tapi setelah itu para hadirin-hadirot, kita menjadi sekarat, karena minum racun kita semua akan mangalami kelak di kemudian hari ketika didunia peranan kita itu hanya bayangan yang nyocoki dengan keadaan sesungguhnya ataukah hanya perasaan
terhadapTuhan, Tuhan adalah Penciptanya, para hadirin-hadirot jauh sekali!.
Ibaratnya lagi, saudara mempunyai senjata tajam atau senjata yang paling ampuh sekalipun, tapi kalau tidak saudara pergunakan tidak ada gunanya, tidak berarti sama sekali sekalipun ampuh sekali kalau tidak digunakan tidak ada artinya senjata atom sekalipm kalau tidak ada orangnya yang menggunakam, sama sekali tidak memberi manfaat atau menjadikan bahaya. Sesungguhnya yang harus di takuti orangnya, para hadirin-hadirot Sebab dia yang menentukan kalau tidak ada orangnya sama sekali tidak ada gunanya baik guna yang menguntungkan atau menghancurkan.
Yah. Itu tadi hanya gambaran. Gambaran itu Maya sekedar untuk mendekatkan pengertian sehingga mudah diterima, mudah dimengerti. Didalam Al-Qur'an sendiripun banyak gambaran-gambaran supaya manusia mudah memahaminya.
Jadi, kembali kalau orang memiliki Nur yang pertama tadi yaitu “syu’aa-ul bashiroh”, dia selalu dalam keadaan “moroqobah”. Menerjang atau membangkang ketentuan Tuhan otomatis tidak berani. Sekalipun tidak ada orang lain yang melihatnya. Sebab dia senantiasa merasa diincar. Diincar dengan incaran yang tidak dapat digambarkan tajam dan telitinya Ya mudah-mudahan kita dikaruniai seperti itu para hadirin-hadirot. Kalau orang dikaruniai seperti itu, otomatis dekat yang saya maksud dekat di sini, dikasihi disayangi diridloi oleh Alloh SWT.
وَالَّذِى يَنْكَشِفُ بِالثَّانِى كُلِّ مَوْجُوْدٍ فِى وُجُوْدٍ الْحَقِّ تَعَالَى فَيُشْهِدُ اْلأَكْوَانَ عَدَمًا ..
Orang yang memiliki bashiroh yang kedua tadi, yaitu “ainul bashiroh” atau “ainul-yaqiin” atau “nuurui-ilmi”, otomatis dia senantiasa merasa bahwa yang wujud hanya Tuhan Semuanya ini selain Tuhan tidak ada.
وَاْلاَهْلَ وَاْلاَوْلَادَ وَاللَّذْ عَمِلاَ باِلْوَاحِدِيَةِ بِفَضْلِ ذِى الْعُلَي
يَا سَيِّدِى وَالْحَاضِرِيْنَ الْحَاضِرَاتِ يَا سَيِّدِى وَالْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْلِمَاتِ
يَا رَحْمَةً لِلْعَالِمِيْنَ وَالتّمَامِ وَالْخَيْرُ مِنْكَ وَالنَّجَاحُ وَالسَّلاَمِ
يَا رَبَّنَا يَا ذَا الْعُلْىَ يَا ذَا النَّوَالِ يَاذَا الْجَلاَلِ وَالْجَمَالِ وَالْكَمَالِ
اَنْتَ رَءُوْفٌ وَرَحِيْمٌ وَغَفُوْرٌ اَنَا طُلُوْمٌ وَجُهُوْلٌ وَكُفُوْرٌ
لَيْسَ لَنَا إِلَّاعَظِيْمٌ عَفُوِكَ وَمَا لَنَا إِلَّاعَظِيْمٌ فَضْلِكَ
فَاغْفِرْ لَنَا فَاعْفِرْ لَنَا وَرَضِّنَا وَرَضِّنَا يَا رَبَّنَا يَا رَبَّنَا
وَاْلاَهْلَ وَاْلاَوْلَادَ وَاللَّذْ عَمِلاَ باِلْوَاحِدِيَةِ بِفَضْلِ ذِى الْعُلَي
يَا سَيِّدِى وَالْحَاضِرِيْنَ الْحَاضِرَاتِ يَا سَيِّدِى وَالْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْلِمَاتِ
أَمَا بَعْدُ
Maaf, al mukarromiin para beliau-beliau dari pusat, beliau Protokol, al Mukarromin wal Mukarromaat para bapak, para ibu serta para remaja, para hadirin-hadirot yang kami mulyakan. Pertama-tama kami ikut serta memanjatkan puja-puji kehadirot Ilahi wa Robby biqouli “Alhamdulillaahi Robbil Alamiin” dimana pada saat ini kita dapat bersama-sama melaksanakan acara penutupan sementara pengajian Mingguan. Ya, mudah-mudahan acara yang kita adakan ini benar-benar diridloi Alloh wa Rosuulihi SAW membuahkan manfaat dan kemajuan yang sebesar-besamya fid diiniwad dunya wal akhiroh. Dan juga kami ikut menyanjungkan sholawat salam barokah yang sebaik-baiknya kepangkuan beliau Rosuulillahi SAW wa Saairil Anbia wal Mursaliin wal Malaaikatil Muqorrobiin'alaihimus sholaatu wassalaam, wa Alihim wa
Ashaabihim, wa jamii’il Aqthob wa Awaanihim min awwalihim ilaa yaumil Qiyaamah wa Ghoutsi Hadhaz Zamaani wa A’waanihi wa saairi Auliya Alloh SWT rodiyallohu Ta'ala anhum wa a'aada 'alaina min barokaatihim ! wa syafa'aatihim wa karomaatihim wa amaddanaa biamdaadihim ! Amiin ! Amiin ! Yaa Robbal 'Alamiin Dan ketiga kalinya saya sampaikan terima kasih keapada beliau-beliau dari pusat dan kepada para hadirin-hadirot memberi kepercayaan pada diri saya ikut mengisi acara ini. Ya, mudah mudahan beliau-beliau dan hadirin-hadirot memberi kepercayaan saya ikut mengisi acara ini. Ya, mudah mudahan beliau-beliau dan hadirin-hadirot memberi kepercayaan pada diri saya ini. Mudah-mudahan dibalas oleh Alloh SWT. Yang sebesar-besarnya yang sesempuma-sempumanya jazaakumullohu khoiroti wa sa’aadatid dunya wal akhiroh. Wa ja’alakum minal lazina yasfau lahum wa yurobbiihim Rosuulullohi SAW syafaa’atan wa tarbiyatan khosshotaini fid-diini wad-dunya wal akhiroh khushushon ‘inda saka rotil maut, ‘inda sualit qobri wa ‘indal ba’tsi wa’indal muruuru ‘alas-shirot’ wa’indal hisaab yaumil ma’aad, wa khushushon khosshoh ‘indal-nadhoti liwaj hil karim fid daril akhiroh ma’a Rosuulillaahi SAW ! Sehubungan dengan acara ini kami dengan sungguh-sungguh dengan rendah hati kepada beliau-beliau Pusat dan Protokol khususnya dan para hadirin-hadirot pada umunya mohon diberi maaf yang sebesar-besamya disamping mohon do’a restu dari hadirin-hadirot sehingga kami dapat melaksanakan acara ini diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW membuahkan manfaat dan maslahat sebesar-besamya fid diini wa dunya wal akhiroh!.
Para hadirin-hadirot, sebagaimana telah kami maklumi, dan tadi dikatakan bahwa kita berjuang untuk kesadaran kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW diantaranya dengan mengadakan pengajian Mingguan pengajian Kitab Al-Hikam disamping mengamalkan disamping mujahadah disamping menyiarkan dhohiron wa baathinan, dengan pokoknya dengan seribu satu macam cara kita tempuh demi untuk Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW buat kita sekeluarga, kita dan ummat masyarakat, buat kita dan ummnat manusia pada umumnya, bahkan buat kita dan jammial alamin.
sebagainya!.
مِنْ أَكْرَامَهُ فَقَدْ اَكْرَمَ اللهُ وَمَنْ عَظَمَهُ فَقَدْ عَظَمَ اللهُ مَنْ اَهَانَهُ فَقَدْ اَهَانَ الله
Barang siapa menghormat orang lain yang seleri itu sifat-sifatnya, berarti menghormati Tuhan. Dan barang siapa memulyakannya, berarti mangagungkan Alloh. Tapi sebaliknya.
Barang siapa yang menyakiti, melukai, menghina, mengejek kepadanya, berarti mengejek kepada Tuhan!
Awas nanti !.
وَبَيْنَ الْمُصَنِفُ أَنَّ الَّذِى يَنْكَشِّفُ بِالنُّوْرِ اْلاَوَلِ قُرْبُ اللهِ مِنْكَ وَثَمْرَاتُ ذَلِكَ وَنَتِيْجَتُهُ مُرَاقَبَتُهُ تَعاَلَى وَاْلاِ سْتِحْيَاءُ مِنْهُ حَتَى لاَيَرَاكَ حَيْثُ نَهَاك َوَلاَ يَفْتِدَكَ حَيْثُ اَمَرَاكَ
Selanjutnya Kyai Mushonnef menerangkan Orang yang dikaruniai Nur yang pertama tadi, yang paling redah sendiri Nur yang paling rendah, orang yang di karuniai itu merasa dekat, lebih dekat kepada Alloh SWT, otomatis dia selalu “muroqobah” selalu merasa saya ini senantiasa diincer oleh Tuhan tidak berani berkutik sedikitpun, Karena merasa senantiasa diawali oleh tuhan ibarat materi boleh dikatakan umpamanya saya beharap saudara dengan berdiri atau duduk atau berbaring.sedangkan di kanan-kiri ada jurang yang sangat curam di samping api yang berkobar kobar otomatis tidak berani bergerak sedikitpun bahkan berkedip pun tidak berani. Bahkan bernafas pun sudah “ngempet mbekan” kata bahasa Jawa Itu, para hadirin-hadirot, kalau orang sungguh-sunguh “muroqobah”, merasa senantiasa di bawah pengawasan Tuhan yang Maha Agung Maha Kuasa. Sesungguhnya bahkan jauh dari pada gambaran itu karena sekalipun betapa hebatnya (gambaran saya tadi), itu adalah hanya ciptaan Tuhan. Sedang
Yah, pada umumnya “lipat ganda” itu melihat-lihat kuwalitasaya. Kalau kuwalitasnya sungguh-sungguh baik, otomatis lipat gandanya paling balk. Dan seterusnya. Paling diridloi. Kalau khusyuknya paling khusyuk, lebih takzim, lebih rindu, lebih perhatian,... otomatis lehih banyak lipat ganda yang diparolehnya. Mari para hadirin-hadirot, kita tingkatkan. Disamping kuwantitas, atau jumlah banyaknya, kuwalitasnya terutama! Mutunya! Mari kita tingkatkan yang setinggi-tingginya!.
قَالَ بَعْضُهُمْ وَلاَ يَبْلُغُ الْعَبْدُ حَقِيْقَتَهُ التَّوَاضُعِ اِلاَّ عِنْدَ لَمَعَانِ نُوْرِ الْمُشَهَادَةِ فِى قَلْبِهِ فَعِنْدَا ذَلِكَ تَذُوْبُ النَّفْشَ وَتْنْطَبِعُ لَلْحَقْ وَلِلْخَلْقِ بِمَهْوِ أَثَرَاهَا وَسُكُوْنِ وَهِجَهَا وَغُبَارِهَا
Badul 'Arifin, setengah orang Arifin mengatakan. Pokoknya, orang tidak dapat tawadluk yang sungguh-sungguh dan otomatis menjadi selalu takabbur “tawadluk kebalikan dari takabbur” orang tidak bisa hilang takabburnya kecuali apabila mendapat sinar atau sorotan “nur Musyahadah”. Syuhud pada Alloh SWT !. Istilah umum yang ringan, “sadar” kepada Alloh SWT Apabila orang mendapat sinar atau cahaya syuhud pada Alloh, pasti hancur nafsunya! Ananiyahnya hancur. BILLAH senantiasa!. Senantiasa menyerah bongkokan pada Tuhan senantiasa tawadluk, tidak sombong! Tidak sombong kepada sesamanya hilang, lenyap, ekses atau negatifnya nafsu. Negatifnya nafsu yang menyebabkan sombong, kikir, dan sebagainya. Lalu diantara kita bagaimana, mari kita koreksi. Apakah sudah sungguh-sunggub syuhud, sadar kepada Alloh kah, atau bagaimana, mari kita koreksi diri kita masing-masing.
Kalau orang sungguh-sungguh sadar kepada Alloh SWT, istilah Wahidiyah LILLAH BILLAH, otomatis menjadi “DHILLUL-ILAHI”.Menjadi bayangan Tuhan. Akhlaknya selalu akhlak Tuhan. Antara lain rohman-rohim. Artinya, akhlaknya selalu, merasa kaya. Kaya tidak membutuhkan orang lain. Hanya butuh kepada Tuhan malah bilamana perlu, “kun fayakuun”. Dia menjadi orang yang suka pemaaf, suka menolong, dan
Para hadirin-hadirot, mari pengajian yang sudah kita laksanakan baik yang kita berikan baik yang kita terima mari kita manfaatkan yang sebesar-besamya, kita sempurnakan, kita tingkatkan yang sebanyak-banyaknya dalam segala bidang. Dan umunmya mari para hadirin-hadirot kemampuan dan keadaan yang ada pada kita, mari kita curahkan semuanya untuk Fafirru Ilallohi wa Rosuulihi SAW !. Para hadirin-hadirot seperti kita maklumi pengajian mingguan seperti ini memang penting artinya bagi usaha kesadaran kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Perjuangan. Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW sudah sama-sama kita sadari pentingnya. Mengapa tidak? Sebab antara lain kita dapat senantiasa hubungan diantara kita dari daerah kepada pusat, diantara kita dari pusat kepada daerah. Satu sama lain senantiasa dapat mengadakan hubungan. Terutama hubungan yang secara konkrit, hubungan yang secara langsung dalam bidang perjuangan Fafirruu Ilallohu wa Rosuulihi SAW. Para hadirin-hadirot, nuwun sewu, seperti kita maklumi bahwa diantara pupuk yang paling baik untuk kelancaran, untuk kesempurnaan kesadaran kepada Alloh SWT wa Rosullhi SAW, antara lain sering mengadakan pertemuan satu sama lain sekawan perjuangan. Ini sudah sama-sama kita rasakan. Dan mari para hadirin-hadirot, nanti setelah kita mulai lagi pengajian mingguan bulan syawal yang akan datang, mari pengajian mingguan ini kita laksanakan terus dan kita tingkatkan!. Para hadirin hadirot, disamping kepentingan-kepentingan yang semestinya, kita harus dapat memanfaatkan untuk kepentingan lain sekalipun tidak secara langsung untuk perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW. Ini kita dapat memanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan lain sekalipun kepentingan-kepentingan lain itu tidak secara langsung hubungan dengan perjuangan, tapi seharusnya kita manfaatkan agar supaya kepentingan-kepentingan tersebut dapat juga bermanfaat bagi perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW.
Para hadirin-hadirot, hubungan pengajian mingguan sudah kita laksanakan sekian banyak kali. Kepada Al Mukarroomiin wal Mukarromaat
beliau-beliau dari pusat, kepada para bapak para ibu terutama yang sekarang sedang hadir di sini, saya sekeluarga sungguh mendapat keuntungan yang saya tidak bisa menggambarkan banyaknya. Saya dan keluarga saya, baik moril maupun materiil sungguh mendapat keuntungan yang besar sekali. Saya sekeluarga bungkem seribu satu bahasa. Saya hanya dapat menghaturkan dua patah kata permohonan buat hadirin-hadirot. Saya berkeyakinan satu dua patah kata permohonan saya ini pasti diijabahi oleh Alloh SWT, berkat mendapat do’a restu hadirin-hadirot. Ialah biqouli : JAZAA KUMULLOOHU KHOIROOTI WA SAAADAATID DUNIA WAL AKHIROH. Mudah-mudahan para hadirin-hadirot khususnya dan para saudara-saudara kawan-kawan kita yang pada saat ini tidak bisa hadir disini, mudah-mudahan mendapat fadlolnya Alloh SWT yang sebesar-besarnya fiddini wadunya wal akhiroh. Wa ja’alakum minal-laziina yasyfa’u lahum wa yurobbiihim Rosuulullohi SAW syafaatan wa tarbiyatan khosshotaini fid-dini wad dunya wal akhiroh. Khusshushon 'indal sakarotil maut wa inda su’alil-qobri wa ‘Indal hisaab yaumal ma'aad wa ‘Indal nazori liwajhillaahil Karim fii daaril akhiroh ma’a Rosuulillaahi SAW. Ya, mudah-mudahan saya sekeluarga dan saudara-saudara Sekeluarga mudah-mudahan besok pada yaumul qiyamaah kumpul jadi satu dibawah naungan bendera Rosuululloh SAW ikut dibelakang Rosuululloh SAW sowan menghadap kehadirot Alloh SWT !. Amiin !. Amiin !. Yaa Robbal Alamiin !. Dan mudah-mudahan pada pengajian yang akan datang besok Syawal, mudah-mudahan kita dikaruniai dapat mengadakan pengajian mingguan yang lebih sempurna, lebih diridloi Alloh SWT lebih banyak manfaatnya fiddiini waddunya wal Ahiroh!.
Para hadirin-hadirot, terutama beliau-beliau dari pusat, saya sekeluarga khususnya saya sendiri, saya senantiasa merugikan kepada hadirin-hadirot. Saya sekeluarga merasa banyak sekali dosa kami sekeluarga kepada hadirin-hadirot, pasti kami akan hancur lebur dunia akhirat !. Sekalipun para hadirin-hadirot tidak merasa kami rugikan, tapi
mulai sekarang kita tidak belajar, tidak berjuang.untuk itu para hadirin-hadirot, kita sendiri yang rugi besok, terutama kalau sudah dicabut Isroil para hadirin-hadirot. Mari para hadirin-hadirot Asal kita mau usaha berjuang yang, sedapat-dapatnya para hadirin-hadirot, kita yakin kelak akan menemui suatu kebahagiaan abadi yang tidak dapat digambarkan betapa besaraya para hadirin-hadirot, terutama sesudah berada di kubur, dialam akhirot.
الْقَبْرُ رَوْضَةٌ مِنْ ِريَاضِ الْجَنَّةِ أَوْحُفْرَةٌ مِنْ حُفْرَةِ النَّارِ
Alam kubur, atau alam barzkah bisa merupakan “taman” dari berbagai taman surga, atau bisa juga merupakan bagian dari pada neraka.
Para hadirin-hadirot, ketika nyawa dicabut oleh Malaikat lzroil spontan mengalami alam surga atau alam neraka, para hadirin-hadirot. Dan makin lama makin berat, para hadirin-hadirot. Apakah menunggu itu, para hadirin-hadirot?. mari para hadirin-hadirot .
وَالْحَاصِلْ اَنَّ السَّالِكَ يَهْتِفُ عَلَى قَلْبِهِ أَنْوَارٌ إِلَهَيِّةٌ يُعَبَّرُ عَنْهَا بِهَذِهِ الْعِبَارَاتِ وُيُتَرَتَبُ عَلَى كُلِّ وَاحِدٍ ثَمَرَاتٌ وَفَوَائِدُ.
Jadi kesimpulannya, orang yang sungguh-sungguh mau mendekat kepada Tuhan, dengan mengamalkan atau memperhatikan apa yang harus diamalkan, apa yang harus diperhatikan, umpama dalam Wahidiyah ya senantiasa dapat mengadakan mujahadah-mujahadah dalam segala bidangnya, dan senantiasa mengatur hatinya, senantiasa yah separti sudah kita, maklumi, otomatis, yah otomatis nanti Alloh akan memberikan buah yang jauh lebih besar dari pada jerih payahnya hasilnya jauh lebih besar tidak dapat di perhitungkan minim sepuluh kali lipat. Sepuluh kali... “ila ab’I minati dli’fin”. Sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat!. salikang... “ilaa maa laa yaglmuhu ilafloh”. sampai jumlah lipatan yang tidak bisa diketahui kecuali oleh Tuhan banyaknya, dari baiknya, dari pokoknya tidak bisa digambarkan.
misalnya, kalau si hamba mendekatnya kepada Tuhanya dengan jalan kaki, Tuhan mendekati si hamba dengan berlari kalau sihamba mendekatnya kepada Tuhan dengan kecepatan 100 itu kalau diibaratkan dengan kendaraan , Tuhan mendekati si hamba dengan kecepatan seribu minim pokoknya “bi’asyaroti amsaaiha” dengan sepuluh kali lipat begitu para hadirin-hadirot kemurahan Tuhan kepada diantara kita, bagaimana para hadirin-hadirot?. Menyadarikah kemurahan Tuhan itu ! Dan sampai dimana kesadaran kita para hadirin-hadirot.
Para hadirin-hadirot, kita bisa ambil sebagai imbangan sebagai gambaran. Seorang rakyat kecil yang ingin menghadap kepada pejabat tinggi lebih-lebih presidennya, ini jauh lebih sulit para hadirin-hadirot. Rakyat jelata yang yang ingin mendapat parhatian dari Kepala Desanya saja, sudah dengan susah payah usahanya. Dan sunguhpun demikian, hasilnya hanya sedikit sekali. Pada umumnya tidak sesuai dengan biayanya atau jerih payahnya. Malah, mungkin jangan-jangan dicurigai para hadirin-hadirot. Malah. para hadirin-hadirot, sekalipun Bapak Presiden atau Bupati atau Camat mempunyai hak tarhadap rakyatnya, sekalipun begitu para hadirin-hadirot, jika tidak dikodar oleh Tuhan, tidak akan terlaksana para hadirin-hadirot. Tuhan tidak kesulitan menciptakan sebab-sebab yang menjadi gagalnya suatu masalah, sekalipun sudah diatur serapi-rapinya. Sekalipun ibaratnya tinggal muluk, tinggal “nyendok”, kalau Tuhan tidak menghendaki, gampang “KUN FAYAKUUNU” Ini kekuasaan Tuhan, para hadirin-hadirot!.
Tapi para hadirin-hadirot, kalau didekat oleh Tuhan, tidak ada yang dapat manghalang-halangi para hadirin-hadirot. Dan caranya seperti disebutkan Hadist Qudsi tadi kalau sihamba mendekat sedangkah, tuhan maju mendekat sihamba tadi sepuluh jangkah minim.
Para hadirin-hadirot, Mari belajar, Belajar, belajar menjadi orang dewasa yang memiliki fikiran yang normal yang pandai menanggapi segala sesuatu dengan semestinya. Mari para hadirin-hadirot, kalau
kami merasa yakin merugikan. Karena itu para hadirin-hadirot kami ndlosor dibawah tapak kaki hadirin-hadirot mohon ampunan yang sebesar-besarnya. Dan kami sekeluarga mohon do’a restu, dan mohon diperkenankan ikut bersama hadirin-hadirot sekalipun dari tempat kejauhan mengikuti jejak Rosuullilahi SAW !. Sekali lagi perkenankanlah kami hadirin-hadirot !.
Para hadirin-hadirot, ya maaf kita untuk sementara menjelang bulan Romadlon ini menutup pengajian mingguan untuk sementara waktu. Bukan berarti berhenti sama sekali, tapi kita untuk sementara waktu merubah haluan merubah cara dan kita harus lebih giat dalam cara-cara baru yang kita tempuh dalam bulan Romadlon nanti. Terutama bidang kegiatan batiniyah kita, terutama dalam bidang hubungan kita kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, kepada umat dan masyarakat, kita harus lebih giat. Harus lebih giat berjuang dengan perjuangan batiniyah terutama untuk kita sekeluarga, demi untuk kita sekeluarga dan umat dan masyarakat, demi untuk kita dan umat manusia, demi untuk kebahagiaan fid-diini wad-dunya wal akhiroh. Amin.
Para hadirin-hadirot, tadi dalam pengajian diutarakan soal doa “tholabuka ... tholabuka”... tadi. Dan tadi para hadirin-hadirot, dalam komentar saya utarakan bahwa do’a adalah “mukhkhul ibaadah” otak dari pada ibadah. Do’a adalah “Silaahul mukmin” senjata bagi orang-orang yang beriman. Para hadirin-hadirot, disamping kita maklumi kalau tidak salah kami juga pemah mengutarakan, pada suatu waktu, yaitu ketika Sayyidinaa Umar r.a. memberangkatkan balatentaranya untuk menyerbu lawan. Beliau menggemblong lasykar-lasykar yang akan berangkat kemedan perang dengan mengatakan antara lain kurang lebih “keadaan kamu semua dibanding dengan keadaan musuh jauh lebih rendah persenjataan, kemampuan dan banyaknya, semuanya kamu sekalian memang dibawah kekuatan musuh. Tapi kamu semua memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh musuh-musuh kalian. jika keistimewaan yang kamu miliki ini sungguh-sungguh kamu pergunakan
semestinya, betapapun kuatnya musuh, betapapun besarnya musuh, betapapun keahlian dan taktiknya pihak musuh, tapi pasti dapat kamu hancur leburkan mereka itu. Yaitu kemampuan berdo'a”.
Mari para hadirin-hadirot, dalam bulan Romadlon ini nanti terutama, mari kita memeras kemampuan yang ada pada kita untak tadlorru’ berdepe-depe kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, untuk berjuang Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW !. Terutama lewat jalan batiniyah, disamping kemampuan lahiriyah kita!. Seperti kita maklumi, seperti yang diutarakan oleh Pusat tadi, ummat masyarakat, ummat manusia semuanya haus sekali terhadap “air jernih” yang dikatakan oleh Pusat tadi. “Air jernih” ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat ummat manusia tapi sayang umat manusia yang membutuhkan sekali “air jernih” itu yang apabila umat manusia tidak berhasil memperoleh “air jernih” itu akan hancur lebur buat selama-lamanya. Para hadirin-hadirot umat manusia pada seluruhnya membutuhkan sekali “air yang jernih”. Tapi sayangnya mereka banyak yang salah alamat dalam mencarinya. “Air jernih” itu tempatnya di timur, ibaratnya, mereka lari-lari ke barat, otomatis makin lama makin jauh dari “air jernih” yang dicari-carinya itu.
Para hadirin-hadirot, kita semua sedikit atau banyak tahu dimana tempatnya air jernih itu, tahu bagaimana caranya memperoleh “air jernih” itu, sedikit banyak kita tahu semua itu. Mari para hadirin-hadirot, umat manusia sebagian besar kalau tidak boleh saya katakan semuanya yang haus sekali, yang membutuhkan “air jemih” yang menentukan sekali itu!. Para hadirin-hadirot, kita semua sebagai manusia yang mempunyai perikemanusiaan, mari umat manusia yang begitu butuh sekali itu kita tolong, kita tunjukkan dan kita beri “air jernih” itu. Toh kita memberi “air jernih” itu tidak berarti lalu kehilangan apa yang sudah kita miliki, balikan dengan memberikan “air jernih” itu kepada umat dan masyarakat justru malah bertambah-tambah banyaknya “air jernih” yang kita-kita miliki, yang simpan para hadirin-hadirot. Mari para hadirin-hadirot, bahkan para hadirin-hadirot kalau kita tidak mau memberikan
lain-lain lebih-lebih sama sekali tidak menjadi acara tidak nampak oleh penglihatan mata hatinya.
Hanya tuhan menjadi acara seperti halnya orang “kami tenggengen” terpesona yang sangat kuat sehingga tidak mengingat kepada yang lain-lain. Termasuk dirinya sendiripun tidak ingat. Bahkan tidak terasa. Terpaku oleh,.... hanya satu hal. Dalam hal ini hanya tuhan. Istighroq. Tenggelam dalam ke-Esaan Tuhan.
Ketiga keyakinan di atas, “ILMU YAQIN, AINUL YAQIN dan HAQQUL YAQIN, saya gambarkan lagi. Begini. Kita di sini di serambi mesjid ini. Mengerti meyakini bahwa disebelah timur itu ada sungai brantas. Di situ memang ada sungai brantas sungguh. Lha ini namanya “Ilmu-yaqin” Lha kalau kita berada ditebingnya sungai brantas itu, itu “ainul-yaqin” sedangkan “haqquI yaqin” sudah menjadi air. Hanya air sungai Pen. Titik. Dirinya sendiri, gampengnya sungai, sungainya dan lain-lain tidak masuk acara. Sekalipun sudah masuk ke dalam sungai tapi belum menjadi air, ini namanya masih “alnul yaqin”. Itu tadi gambaran.
Ya mudah-mudahan kita dikaruniai memiliki haqqul yaqin yang sempurna watamaama ma’rifatika. Kita kewajiban usaha, berjuang. Kalau kita sungguh-sungguh berjuang, 'WALLAZIINA JAADUHUU FIINA LANADHIYANNAHUM SUBUULANA. Dan orang-orang yang sungguh-sungguh bermujahadah berusaha berjuang di dalam jalan-ku, pasti AKU tunjukkan jalan-Ku.
Malah, dalam hadits Qudsi disebutkan yang maksudnya. JIka seorang hamba mendekat kepada tuhan satu meter misalnya, Tuhan mendekati dia sepuluh meter paling sedikit. Jika sihamba maju sepuluh-meter, tuhan maju mendekatinya seratus meter paling sedikit. Itu kalau digambarkan materi atau dilbaratkan berhadap-hadapan. Begitalah para hadirin-hadirot, kemurahan Tuhan. Digambarkan dengan kecepatan
kuat lagi yaitu tingkat ketiga. Yaitu iman seperti yang diperjuangkan didalam wahidiyah ini. Yaitu perasaan zauqon, memiliki rasa dalam hati yang sunguh-sungguh. Setiap saat setiap detik bahkan dalam segala keadaan. Ini yang paling kuat dari pada yang pertama dan yang kedua tadi.
Ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot, kita dikaruniai memiliki tauhid yang terakhir ini tadi, yang membaja!. Tidak bisa berubah sekalipun menghadapi suatu peristiwa yang dasyat sekali!. Ujian-ujian atau tantangan atau godaan yang begaimanapun dahsyatnya, dalam menhadapi sakarotil maut sekalipun, tidak akan berubah keadaannya!. Dalam sakarotil maut, dimana iblis dengan segala kemampuan yang ada padanya dikerahkan untuk menggelincirkan iman seseorang!. Biarpun begitu,iman bentuk ketiga ini, iman dengan sungguh-sungguh zauqiyah rasa dalam hati tidak akan mengalami perubaban sedikitpun!. Mudah-mudahan kita dikaruniai seperti itu para hadirin-hadirot !.
(وَحَقُّ الْبَصِيْرَةِ يُشْهِدُكَ وُجُوْدَهُ لاَعَدَمَكَ وُجُوْدَكَ)
“HAQQUL BASHIROR” = haknya bashiroh atau penglihatan hati yang baik atau “NUURULRAQQI” atau “IIAQQULYAQIN” semua maksudnya sama.
“Bashiroh” = penglihatan hati.
“Bashor” = penglihatan mata lahir.
Kalau orang sungguh-sungguh memiliki “haqid bashiroh” atau “nuurul-haqqi” atau “haqqul yaqiin”, dia merasa selama memiliki haqqul bashiroh bahwa tuhan yang ada. Lain-lain tidak menjadi acara dalam pandangan hatinya “LAA’ADAMAKA WALAA WUJUUDAKA” soal diterima ada atau tidak ada tidak menjadi acara.
Hanya Tuhan yang wujud titik. Istighroq badannya serdiri atau makhluk
“air jernih” kepada mereka, justru kita akan kehilangan atau berkurang “air jernih” yang sudah kita miliki, yang sudah kita simpan para hadirin-hadirot, Mari para hadirin-hadirot, ibarat pasien atau orang yang sakit. Sakitnya sudah sangat gawat sekali. Sakit keras, obatnya hanya satu macam. Dan kalau tidak secepat kilat minum obat yang hanya satu itu para hadirin-hadirot, pasti dia si-sakit tadi mengalami bahaya maut. Nyawanya ! tinggal satu dua detik saja. Pasti mati kalau tidak cepat-cepat minum obat yang satu tadi, yang dapat menghidupkan kembali. Saudara-saudara semua memiliki itu para hadirin-hadirot! dan pasti kebahagiaan umat manusia hanya akan hidup dalam satu dua detik lagi saja kalau tidak memperoleh obat mujarab dari para hadirin-hadirot. Kalau terlanjur sampai menemui bahaya maut para hadirin-hadirot, siapa yang bertanggung jawab itu para hadirin-hadirot ?, Pasti kita tidak bisa lepas dari pertanggungan jawab para hadirin-hadirot. Kita mampu, sedikit atau banyak, kalau tidak memberi obat yang sangat dibutuhkan mereka itu..., dimaanaa letak peri kemanusiaan kita para hadirin-hadirot. Di mana ?
Yah maaf , Itu binatang hewan mengerti peri kemanusiaan. Tapi mengapa kita umat manusia bahkan kita sebagai umat Islam, umatnya Rosuulihi SAW, kita sebagai bangsa Indonesia yang berpancasila, malah kita sebagai Pengamal Wahidiyah Pejuang Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW, kok tidak mau tahu, tidak punya rasa peri kemanusiaan ini bagaimana ?. janggal sekali para hadirin-hadirot !
Oleh karena itu, mari kita para hadirin-hadirot, terutama dalam bulan Romadhon ini, Mari ! sungguh-sungguh segala kemampuan yang ada pada kita, kita sudahkan, kita kerahkan dengan sungguh-sungguh, terutama bathiniyah kita... untuk Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW para hadirin-hadirot!
Para hadirin-hadirot, di samping itu terutama remaja-remaja kita selain kita sendiri kaum Bapak, kaum Ibu, mari kesempatan asrama pengkaderan dalam bulan Romadlon yang diadakan di Pusat Wahidiyah ini, mari kita ikuti, kita manfaatkan sebanyak-banyaknya! Sehingga
dengan asrama yang kita laksanakan itu nanti mendapat kemajuan yang luar biasa dalam perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW !.
Para hadirin-hadirot, obyek perjuangan kita tidak sembarangan para hadirin-hadirot. Tidak hanya untuk satu atau dua orang, tidak hanya untuk satu dua kampung tidak hanya untuk satu dua daerah, tidak hanya untuk satu dua negara, tapi untuk jamii'al alamiin para hadirin-hadirot. Bukan sembarangan. Obyek perjuangan kita adalah jamii'al alamiin. Dan sekarang sudah sampai di mana, sudah berapa persen para hadirin-hadirot !
Para hadirin-hadirot ! Sama sekali tidak dibenarkan kalau kita dalam. perjuangan ini minder, takut-takut, ragu-ragu, kita diberi kemampuan oleh Alloh SWT. Kemampuan batiniyah terutama yang mampu untuk mengatasi dan mensukseskan perjuangan dengan sempurnanya asal kita sungguh-sungguh konsekwen. Mari para hadirin-hadirot. Mari para hadirin-hadirot !.
Para hadirin-hadirot, sekali lagi saya sekeluarga mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para hadirin-hadirot terutama beliau-beliau dari pusat. Dan kami sekeluarga sungguh-sungguh mohon restu semoga kami sekeluarga dapat ikut berjuang di belakang para hadirin-hadirot, berjuang Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW. Dan semoga ikut seperti para hadirin-hadirot mengaji dalam bulan Romadlon nanti dengan yang sebaik-baiknya yang setepat-tepatnya yang diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW membuahkan manfaat yang sebanyak-banyaknya. Para hadirin-hadirot, mudah-mudahan Asrama yang akan kita adakan di pusat ini dalam Romadlon nanti, mudah-mudahan benar-benar diridloi Alloh wa Rosuulihi SAW dan membuahkan manfaat maslahah barokah dan kemajuan-kemajuan yang sebanyak-banyaknya fid-diini wad-dunya wal-akhiroh. Mudah-mudahan membuahkan hasil yaitu jamii'al alamfin Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW. Mari saling maaf memaafkan, saling do’a mendoakan para hadirin-hadirot. Terutama dalam bidang Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW. bahkan mari segala bidang apa saja. Moril dan materiil, keluar maupun
Masih, sangat dibutuhkan!.
Para hadirin-hadirot, mari kita adakan koreksi pengalaman kita atau zouqiyah, apakah sudah begitu ?. Artinya merasa, seperti yang kita bahas itu tadi. Ataukah baru merupakan “iktikat” saja ? kalau baru iktikat atau pengertian tauhid, ini gampang sekali lenyapnya. Jauh lebih gampang dari pengalaman dalam rasa atau zauqiyah tersebut!. Terutama dalam keadaan-keadaan yang kritis! terutama dalam menghadapi sakarotul maut! ilmiyah atau tauhid seperti itu, teka-teki sekali.
Pernah saya utarakan. Antara lain pada minggu yang lalu yaitu soal tauhid, atau iman. Ini ada dua atau tiga macam . Antara lain dasarnya bukan dari ilmu pengetahuan. Melainkan pereaya begitu saja, dari orang tuanya, atau dari gurunya, atau dari situasi lingkungannya yang meyakini bahwa Tuhan itu Satu dan sebagainya. Iman seperti ini adalah yang paling lemah sendiri. Jika tidak senantiasa dipupuk dengan ubudiyah-ubudiyah, dengan mujahadah-mujahadah, dalam keadaan-keadaan yang berbabaya terutama, gampang sekali hilang lenyap. Terutama dalam menghadapi sakarotul maut, mudah sekali lenyapnya iman yang hanya begitu itu.
Bentuk iman atau tauhid yang kedua, lebih kuat dari yang pertama tadi. Yaitu iman yang berdasarkan ilmiyah, yang didasarkan aqliyah. Yaitu seperti yang dibicarakan antara lain dalam kitab Kifayatul-Awam dan lain-lain kitab tauhid. Alloh SWT kok wujud, itu apa dalilnya, apa buktinya. Dalilnya atau buktinya ya adanya makhluq ini. Atau lebih positif lagi, yaitu “mungkinnya adanya makhluq”. Kalau hanya wujudnya makhluq ini, kalau tidak wujud berarti Alloh tidak ada. Tapi dengan kata-kata “imkannya wujudnya makhluq” ini, sekalipun makhluq ini tidak ada, tidak diwujudkan, tapi “kemungkinan” adanya, ini yang menjadi atau dalil atau bukti adanya Tuhan. lni yang dibahas dalam kitab kifayatul-Awam atau kitab-kitab tauhid lainya. Iman golongan kedua ini sudah lebih kuat dari yang pertama tadi. Tapi juga masih ada lagi tingkat iman yang lebih
berdiri, tapi karena diberdirikan oleh ibunya. Anak kecil itu belum bisa berdiri sendiri, Kalau andai kata dilepaskan oleh ibunya, tentu dia tidak kelihatan berdiri. Namanya sianak kecil itu tidak bisa berdiri. Kelihatanya berdiri karna diberdirikan. Begitu juga mahkluk ini sesungguhnya tidak wujud tidak ada. Kelihatannya wujud, karena diwujudkan. Umpama tidak diwujudkan, pasti tidak ada. Istilah lain namanya “wujud majazi” = wujud bayangan. Wujud haqiqi hanya Tuhan. Kalau orang memiliki “ainul bashiroh”, mata hatinya sehat, otomatis merasa begitu.
Ini paling-paling harus menjadi merupakan I'tqod itu hanya ilmiah. Saya mengutip pendapatnya Iman ghozali.
اِذَ مُجَرَدُ اْلاِعْتِقَادِ أَىْ مُجَرَدُ الْتَوْحِيْدِ بِاْلاِ عْتِقَادِ........لاَيُوْرِثُ الْتَّوَكُلَ.
Tauhid yang hanya dengan iktikat saja, ini.. “Laa yuurisut- tawakkul” tidak membuahkan tawakal pasrah bongkokan pada Tuhan. Oleh karena, “iz al-I’tiqod al ilmu” iktiqod itu hanya merupakan ilmu. Ilmu tidak bisa menghasilkan rasa menyerah bongkokan pada Tuhan. Yang dapat membuahkan rasa menyerah bongkokan adalah “al a’maal” amal-amal ibadah. Mujahadah yang dapat merubah sikap itu, sikap batin terutama, adalah amal atau mujahadah istilah Wahidiyah. Ilmu atau pengertian ilmiah hanya boleh dikatakan sebagai pengantar atau arah-arah saja. Dan dalam keadaaa yang sangat terbatas sekali.
Perjuangan Wahidiyah bukan hanya timbulnya iktiqod saja, tapi pengalaman yang diutamakan. Pengalaman atau perasan hati terhadap kesadaran kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Pengalaman atau perasaan “zauqon” ini yang diutamakan. Yang diperjuangkan oleh Wahidiyah. Adapun soal ilmiah, ya alhamdu lillah kita umumnya ummat Islam, sudah memiliki iktiqod atau ilmiah-ilmiah. Kalau ditanya tentu begitu jawabnya. Tapi mengenai haliyah atau zauqon ini yang perlu diusahakan diperjuangkan. Pada umumnya soal haliyah ini kita masih sayang sekai.
ke dalam, mari kita jadikan menjadi satu bidang yaitu bidang Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW, Dunia akhirat kita, moril dan materiil kita, lahir dan batin kita, luar dan dalam kita, mari kita jadikan satu bidang, bidang Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW !
Para hadirin-hadirot, mari dalam kesempatan ini sama berdepe-depe tadhallul merintih memohon dihadapan Alloh SWT wa Rosuulihi SAW !. mari para hadirin-hadirot, sama-sama memohon, memohon ampun, mari bersama-sama memohon bagi umat dan masyarakat !.
Mari para hadirin-hadirot!. Nenek moyang kita atau leluhur-leluhur kita atau saudara-saudara kita yang sudah ada di alam kubur, keluarga, famili, dan orang-orang yang sudah ada di alam kubur mari kita mohonkan para hadirin-hadirot. Mari para hadirin-hadirot kita bangsa Indonesia kita mohonkan. Kita sebagai perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW, harus mengisi bidang ini!. Mari para hadirin-hadirot kita mohonkan terutama para Pejabat-pejabat kita bangsa Indonesia mulai dari Presiden sampai pamong desa atau mulai dari pelosok sampai Presiden. Umunmya seluruh umat dan bangsa Indonesia umumnya umat dan masyarakat jamii’al alamiin terutama Pejabat dan pemerintah mereka-mereka, dimana nasib umat dan bangsa ada di tangan mereka, para Pejabat Pemimpin Negara mereka. Mari kita mohonkan mudah-mudahan diberi fadlol dari Alloh SWT yang sebanyak-banyaknya. Mudah-mudahan diberi hidayah dan taufiq dari Alloh SWT yang sebanyak-banyaknya. Diberi ampunan dari Alloh Ta’ala yang sebanyak-banyaknya. Bagi kita bangsa Indonesia, pejabat-pejabat kita mulai dari pusat sampai ke bawah mudah-mudahan diberi hidayah dan taufiq, sehingga mereka-mereka dapat menghantarkan bangsa Indonesia kepada cita-cita masyarakat adil dan makmur yang diridloi Alloh SWT, baldatun thoyibatun wa robbun ghofuur juga seluruh rakyat, kita sebagai rakyat, pokoknya jamial alamiin mari kita mari kita mohonkan disamping kita sendiri sekeluarga! lebih-lebih mereka leluhur kita dan famili yang ada dialam kubur, terutama yang ada dialam kubur, terutama yang sangat membutuhkan sekali, membutuhkan sekali
ampunan ! mari para hadirin-hadirot dengan sungguh-sungguh mari kita gendong, kita pikul, kita sunggi segala dosa-dosa kita dihadapan Alloh SWT wa Rosulihi SAW. Mari ! jangan ada satu glintirpun diantara kita yang tidak mau mengakui berdosa ! Jangan ada satupun dari kita semua ini yang tidak merasa berdosa, tidak merasa menjadi sumber segala kedholiman di muka bumi ini mari kita para hadirin-hadirot !..
AL FAATIHAH ...!
( MUJAHADAH )
menguasai secara mutlak dalam segala bidang. Dan tidak terbatas. Segala makluk diliputi oleh ilmu Tuhan. Tidak ada barang seatom pun betapa kecil dan halusnya yang di luar pengetahuan Tuhan, yang di luar kekuasaan Tuhan semuanya. Dan secara. Mendetail sekecil-kecilnya, tidak ada yang keliwatan.
, وَعَيْنُ الْبَصِيْرَةِ يُشْهِدُكَ عَدَمَكَ لِوُجُدِهِ
“AINUL BASHIIROH” = mata dari penglihatan hati Atau “NUURUL- ILMI” ISTILAH LAIN. Cahayanya ilmu. Atau “AINUL YAQIIN” = kenyataan dari kayakinan. Itu sama maknanya semua.
Orang yang memiliki “ainul bashiiroh”, atau ilmunya hati bersinar, atau mempunyai “ainul yaqiin” pasti dia merasa bahwa yang ada hanya Tuhan. Dirinya sendiri dan makhluq lain-lain tidak ada. Yang ada hanya Alloh. Itu kalau orang sungguh-sungguh mata hatinya melek dan sehat. Merasa yang ada hanya Tuhan. Saya dan makhluq-makhluq lain sama sekali tidak ada. Karena yang wujud haqiqi yang sungguh-sungguh wujud itu hanya Tuhan. Adapun makhluq, adanya itu karena diwujudkan istilah diwujudkan atau diadakan, berarti tidak wujud atau tidak ada sendiri. Berarti tidak ada dan tidak wujud. Jelas yang wujud hanya Tuhan.Kalau yang mempunyai “ainul bashiiroh atau nuurul ilmi atau ainul yaqiin”, otomatis begitu pandangan hatinya atau perasaannya. Selama dia memiliki ainul yaqiin itu. Makhluq diadakan, diwujudkan oleh Tuhan. Sedang Tuhan wujud dengan sendirinya. Tidak ada yang mewujudkan Tuhan. Malah di samping Alloh wujud, DIA mewujudkan yang lain-lain. Ini namanya “QOYYUUM”. Wujud dan mewujudkan. Atau berdiri tegak dan menegakkan. Ini “qoyyum”. Disebut juga “ismul-a’kdhom”. Hayyun-qoyyum !.
Sebagai gambaran sering saya menggambarkan. Seorang anak kecil yang belum bisa berdiri sendiri sedang diberdirikan oleh ibunya misalnya. Sekalipun sesungguhnya itu anak kecil kelihatannya
pengertian ilmiah saja.
Orang yang tidak merasa seperti itu, ini berarti dia, hatinya gelap atau buta, kalau hatinya tidak buta, otomatis pandangan hatiya sesuai dan nyocoki dengn keadaan yang sesungguhnya. Dapatklah keadaan sesungguhnya. Yaitu tadi, Tuhan lebih dekat kepada kita dari pada kita terhadap kita sendiri.
Istilah “dekat”. Dikasihi, ini berarti dekat. “Minal muqorrobiin”, artinya orang-orang yang dikasihi Tuhan, yang didekati oleh Tuhan.
طُوْبىَ لِلْمُصْلِحِِِِيْنَ بَيْنَ النَّاسِ هُمْ الْمُقَرَّبُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ .الحديث
(Alangkah bahagianya mereka orang-orang yang mau memperbaiki ummat dan masyarakat, mereka kelak adalah menjadi orang-orang yang didekat, artinya orang-orang yang dikasihi oleh Alloh).
Jadi dalam arti hadis ini yang dimaksud di dekat, dikasihi. Dekatnya Tuhan pada makhluq, ini dekat dalam arti menciptakan. Semuanya tidak pandang bulu. Baik itu yang terkecam atau yang tidak, ini semuanya dekat kepada Alloh, lebih dekat ini yang dimaksud “dekat” dalam pengajian ini.
Kalau orang kok merasa dekat dalam arti merasa dikasihi, lalu merasa orang baik-baik, ini namanya takabbur ini. Oleh karena itu ada pepatah atau kata-kata :
رُؤْيَةُ الْقُرْبِ بُعْدِ
(Merasa dekat (dalam arti dikasihi atau disayangi dipercaya), itu sesungguhnya “budaku”jauh). Lha di sini “dekat” berarti dikasihi, dan jauh berarti tidak dirldloi, Alloh SWT. Dalam Pengajian ini yang dimaksud yaitu seperti yang pertama tadi, Alloh lebih dekat kepada makhluqnya dari pada makhluq itu sendiri kepada makhluq itu sendiri. Artinya lebih
AL HIKAM 1 HAL. 23
بسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
لَاتَتَرَفُّبْ فُرُوْغُ الاغْيَارِ فَاِنَ ذَالِكَ يَقْطَعُكَ عَنِ وُجُوْدِ الْمُرَاقَبَةِ لَهُ فِيْمَا هُوَ مُقِيْمُكَ فِيْهِ
Assalaamu 'alaikum, Wr. Wb.
Pagi ini kita mulai kembali pengajian Al-Hikam. Tapi ya maaf dengan singkat saja, sebab tadi malam dan bahkan mulai kemarin kita sudah mengadakan acara-acara, tentunya sudah agak capak. Lagi pula ini sudah agak siang. Para hadirin-hadirot, pengajian yang baru dibaca tadi, kita maklumi bahwa maksudnya jangan sampai kita menangguhkan, berbuat yang diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, yang memberi manfaat kepada umat dan masyarakat. jangan sampai kita menangguhkan segala sesuatu yang diridloi Alloh wa Rosuulihi SAW. Kita tangguhkan kepada suatu keadaan kita. Keadaan mampu, keadaan normal, keadaan sehat dan lain-lain. Jangan sampai kita menangguh-nangguhkan kepada keadaan tersebut. Jangan sekali-kali kita menangguhkan nanti apabila sudah selesai, sudah nganggur, sudah ... lanjut, sudah tua, sudah ... maaf, sudah menyapih,...sudah begini dan begitu. Tap! harus sekarang juga terus, ... Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW !. Seperti yang dimaklumi, tadi malam saya katakan : segala sesuatu soal baik moril maupun materiil secara langsung dan tidak langsung, segalanya ... sama sekali tidak boleh disalahkangunakan untuk beralasan tidak ber-Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW!. Balikan segala sesuatu baik moril maupun materiil, soal
maksiat sekalipun, berlarut-larut sekalipun, harus ... harus kita jadikan batu loncatan untuk Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW!. Kita jadikan alat yang ampuh untuk Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW. Kita jadikan... “Kendaraan” yang ... secepat kilat untuk Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW !.
Para hadirin-hadirot, mari… sekarang juga Fafirruu Ilailohi wa Rosuulihi SAW ! Dengan kemampuan yang ada pada kita. Terutama dengan batiniyah kita, ... mari sekarang juga! Sudah cukup luas sekali kemampuan yang diberikan kepada kita. Dan ini harus kita laksanakan untuk Fifarruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW !
Para hadirin-hadirot ! Insya Alloh komentar selanjutnya kita teruskan besok minggu, mudah-mudahan. Dan mudah-mudahan pengajian yang pertama ini sekalipun singkat, mudah-mudahan diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya fiddini wa dunya wal akhiroh. Amiin! Dan ini akan diadakan acara pembukaan. Lha… sudah dibuka kok baru diadakan acara pembukaan ini bagaimana ?. Yah.. kalau perlu memang seharusnya. Seperti misalnya LILLAH BILLAH. Seharusnya LILLAH BILLAH, tapi yah didahulukan LILLAH. Begitu juga sekalipun sudah kita mulai pengajian, baru kita mengadakan acara pembukaannya, karena keadaan situasi menghendaki begitu yah… apa boleh buat. Dan sekali lagi mudah-mudahan diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, dan bermanfaat fiddiini wa dunya wal akhiroh !
Dan ini nanti pada akhir pengajian tidak kita adakan Mujahadah-mujahadah seperti biasanya, sebab begitu selesai pengajian langsung kita mengikuti Acara Pembukaan Pengajian yang akan diadakan oleh beliau-beliau dari Penyiar Pusat. Maka akhirnya cukup sekian, dan waktu dan tempat kami persilahkan kepada beliau-beliau dari pusat.
Tuhan, mustahil kalau yang dimaksud “dekat” itu dekat materi. Sebab Tuhan tidak dan bukan materi bukan seperti benda. Jadi yang dimaksud “dekat” di atas, ialah Tuhan senantiasa tahu dan lebih tahu dari pada kita terhadap kita sendiri. Tuhan lebih menguasai kepada kita. Ini berarti lebih dekat dari pada kita. Tuhan lebih “menghendaki” “WANAATASYAAUUNA ILLA AN YASYAA-ALLOH”. Kamu sekalian tidak dapat berkehendak, kecuali kalau dikehendakkan oleh Alloh. Dibuat punya kehendak atau dalam istilah syari’at sering kita dengar, biar orang melonjak setinggi langit, tapi kalau tidak dikehendaki oleh Alloh, tidak akan sukses lni berarti lebih dekat. Atau dalam dunia aqiqot, justru kehendaknya orang itu digerakkan oleh Alloh. Berarti lebih dekat.
Adapun dekat zatnya,....
Ini tidak bisa diperhandingkan. Sebab makhluk itu hanya “bayangan” Adanya makhluq hanya bayangan. Sedanglcan KHOLIQ pasti ada, wujud. Apa mungkin bisa diperbandingkan ?.
Jadi sekali lagi yang dimaksud “dekat” bukan berarti dekatnya dua jenis barang yang berdekatan satu sama lain. Tapi ya itu tadi, Alloh lebih dekat kepada manusia dari pada manusia itu sendiri. Sekalipun manusia itu biberi kehendak, kemampuan dan sebagainya, akan tetapi jika kehendak itu berlawanan dengan kehendak Tuhan, pasti kehendak Tuhan yang menang yang menentukan. Itu pengertian syari’at. Dalam bidang haqiqot, justru kehendak manusia itu adanya karena dikehendaki oleh Alloh. Diciptakan Tuhan bahwa dia mempunyai kehendak. Begitu juga soal lain-lain. Ilmu, pengetahuan kemampuan dan sebagainya. Kalau orang mempunyai fikiran yang sehat, memIliki “syu’aa-ul bashiiroh” atau “ilmul yaqiin” atau “nuurul’aqli” pasti merasa seperti di dalam kita Mujahadah berdepe-depe di itu merasa bahwa Alloh lebih dekat dari pada dirinya sendiri. Dirasa dalam hati, bukan sekedar
AL – HIKAM 1 hal 33
ِبسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
( شُعَاعُ الْبَصِيْرَةِ يُشْهِدُكَ قُرْبَهُ مِنْكَ , وَعَيْنُ الْبَصِيْرَةِ يُشْهِدُكَ عَدَمَكَ لِوُجُدِهِ , وَحَقُّ الْبَصِيْرَةِ يُشْهِدُكَ وُجُوْدَهُ لاَعَدَمَكَ وُجُوْدَكَ )
SYU’ AAUL- BASHIROTl’’ = Penglihatan hati istilah lain “Nurul Aqli” atau “ILMUYAQIIN” satu makna. Kalam orang yang mempunyai ilmul-yaqiin, atau nuurul aqli, akal yang sehat, atau “sorotan hati”, pasti orang yang berilmul yaqiin itu memiliki keyakinan yang tidak mamang lagi, tidak ayak lagi, pasti dia merasa bahwa Alloh dekat. Sebab dia senantiasa merasa dihidupkan, diberi nikmat-nikmat lahir maupun batin. Tidak mungkin atau mustahil Tuhan jauh dari dirinya. Sebah Tuhan senantiasa memberi. Memberi hidup, memberi perasaan, memberi pendengaran, penglihatan dan sebagainya otomatis dekat. Dekat, dalam arti... lebih dekat seperti difirmankan dalam AI-Our'an :
وَنَحْنُ أَقربُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ(ق: ١٦)
(... dan KAMI lebib dekat kepadanya dari pada urat nadi…).
Artinya, Sebelum orang melihat misaInya, Tuhan sudah lebih dahulu Maha Mengetahui. Dan justru tahunya, melihatnya manusia itu justru ditahukan, dimelihatkan oleh Tuhan. Jadi dekat itu ada bagi istilah moril atau materiil. Si fulan dekat kepada Pak Lurah, atau pemerintah, atau presiden. Ini tidak herarti dekat fisik atau materinya. Hubungan dengan
AL-HIKAM 1 Hal. 2
Wasaalaamu.'alaikum, wr.wb.
CATATAN:
Bersamaan dengan acara pembukaan pengajian kitab Al-hikam. ini pada malam minggunya telah dilangsungkankan acara KHITANAN UMUM terhadap 8 orang anak-anak. Diantara mereka adalah putra ananda Agus Syafi' Wahidi Sunaryo. Selesai upacara Walimatul Khitanan pada kira-kira jam 10.30 malam diteruskan acara Halal Bihalal Wahidiyah. Hadir dalam, acara ini lebih kurang 2000 orang Pengamal Wahidiyah dari berbagai plosok daerah, pria, wanita, remaja dan kanak-kanak. Alhamdu Lillah semua acara berjalan lancar dan selesai pada jam 3 pagi. Diteruskan Mujahadah sampai subuh.
Pagi hari minggu tanggal 9 Oktober 1977 sebelum Pengajian Kitab Al-Hikam, diadakan Upacara peletakan Batu pertama pembangunan sebuah gedung dalam komplek Pondok Kedunglo yang merupakan lanjutan dari pada rencana pembangunan tempat-tempat Mujahadah/pondok Kedunglo Kediri. Peletakkan batu pertama dilakukan oleh Hadrotul Mukarrom Romo Yahi dibantu oleh bapak-bapak Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat.diadakan secara sederhana tetapi cukup khidmat. Para hadirin sambil menyaksikan berdiri disekeliling lokasi bangunan sambil tasyaffu'an kepada Rosuulillahi SAW.
ACARA PEMBUKAAN PENGAJIAN
Pengatur acara (protokol) dilakukan oleh Bapak A.F. Badri.
Berhubung waktu sudah siang, maka setelah pembukaan dengan bacaan Ummul Kitab langsung sambutan dari Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat merangkap wakli atas nama para Pengamal Wahidiyah. Kemudian dan terakhir Fatwa dan amanat dari Hadrotul Mukarrom Romo K.H Abdoel Madjid Ma’roef.
SAMBUTAN PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT
Assalaamu'alaikum, Wr. Wb.
BISMILLAA HIRROHMAANIRROHIM.
ALHAMDU LILLAAHIL LAZII ATAANAA
BILWAAHMMATI BIFADLI ROBBINAA,
YAA SAYYIDIS-SHOLAATU WASSALAAMU -
'ALAIKA YAA ROUUFU YAA ROHIIMU,
WAL ALI QOD USRIATIL HAWAAIJU
BIKAL - HUDAR - RIDLOL - FUTUUHUL FAROJU,
ANTAL - MUSYAFFA'US - SYAFII “USYFA' LANAA
INDAL KARIMI ABADAN WA ROBBINA,
YAA AYYUHAL - GHOUTSU SALAAMULLOOHI
'ALAIKA ROBBINII BI - IZNILAAHI,
WANZUR ILAYYA SAYYIDII BINAZROTI
MUUSHILATIN LILHADROTIL’ALIYYATI, AMMAA BA’DU
Hadratul Mukarrom Romo Yahi, al Mukarromah Ibu Nyah! wal ahial bait, para bapak, Ibu-ibu Penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat, Kabupaten, Kecamatan-kecamatan dan Pimpinan-pimpinan jamaah, para hadirin-hadirot yang berbahagia yang saya mulyakan, para remaja muda-mudi yang saya cintai. Saya ikut memanjatkan puja-puji syukur kehadirot Ilahi Robbii biqouli : “Alhamdu Lillaahi Robbil Alamiin”. Bahwa pada pagi ini Alhamdu Lillaahi kita dikaruniai dapat mengikuti acara-acara di Pusat Wahidiyah. Tadi malam kita bersama-sama mengikuti acara-acara khitanan dan acara Halal Bihalal dan sekarang acara Pembukaan
baathinan, dan selain dari Jamaah-jamaah Daerah Kabupaten Kediri, mari yang tertinggal yang tidak bisa mengikuti Asrama di Ngletih, mari sama-sama mendukung dari Jamaah masing-masing. Ikut memohonkan semoga Mujahadah Triwulan Kabupaten Kediri itu nanti benar-henar diridloi Allob SWT, membuahkan kemajuan-kemajuan yang banyak, kebaikan-kebaikan dan barokah-barokah yang banyak!.
Para hadirin-hadirot, dalam kesempatan ini mari sama-sama berdepe-depe sama-sama merintih dihadapan Alloh SWT wa Rosulihi SAW. Mari sama-sama mohon ampun, mari sama-sama bertobat para hadirin-hadirot.
AL FAATIHAH !.
( MUJAHADAH )
nyumrambahi kepada kita sekeluarga, kepada tetangga-tetangga kita dan kepada umat dan masyarakat Amiin Yaa robbal alamiin.
Oleh karena itu, atas nama Bapak-bapak yang ada di Pusat Wahidiyah ikut menganjurkan kepada Daerah-daerah Kabupaten yang kebetulan hadir di sini hendakaya Mujahadah Tingkat Kabupaten tiga bulan sekali Itu dihidupkan. Merupakan suatu kesempatan untuk membina para pengawal se-Kabupaten. Selanjutnya tingkat Kecamatan hendaknya mengadakan Mujahadah se-Kecamatan tiap satu bulan sekali. Mari kita yang diberi kepercayaan amanat sebagai memanitiai jamaah-jamaah Wahidiyah di Desa-desa memanitiai se-Kecamatan dan se-Kabupaten, malah memanitiai Pusat sekalipun.
Mari kita curahkan perhatian kita kepada lancarnya pembinaan mujahadah-mujahadah didaerah-daerah. Seperti yang sudah pernah diumumkan bahwa.didalam suatu desa, sekalipun ada hanya dua tiga orang pengamalnya Wahidiyah, mari seminggu sekali kita langsungkan adanya Mujahadah Usbuiyah berjamaah Mujahadah Usbuiyah satu kampung untuk meningkatkan didalam kita depe-depe dihadapan Alloh SWT wa Rosuulihi SAW wa Ghousi Hadhaz Zaman rodiyallohu ‘anhu.
Demikian para hadirin-hadirot maka menghaturkan segala kesalahan mohon maaf yang sehesar-besarnya. Wa Billahit Taufiq wal Hidaayah, wami-Rosuuli SAW asy-Syafaa'ah waminal Ghousi Hadhaz-Zaman at-Tarbiyah wan-Nadhroh wal Barookah.
Wassalamu Ialaikum, wa lalaikunna warohmatullohi wabarokaatuh!.
KEMBALI FATWA AMANAT DARI ROMO YAHI
Para hadirin-hadirot, mari apa-apa yang telah disampaikan Pusat tadi kita perhatikan, dengan sungguh-sungguh. Soal maju didalam kita berjuang, didalam Ada Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW. Terutama bagi kita yang dari Daerah Kediri yang akan mengadakan Mujahadah Triwulan seperti diuraikan tadi, mari kita siap-siap dhohiron wa
Pengajian Kitab Al-Hikam. Sekali lagi saya mengikuti hadirin-hadirot, ALHAMDU LILAAHI ROBBIL ALAMIIN. Kedua, sanjungan sholawat salam barokah semoga senantiasa terhunjuk kepangkuan junjungan kita Rosuulillahi SAW jamii-il Anbia wal Mursalin wal Malaaikatil Muqorrobiin'alaihimus sholatu wassalaam, wa Aalihim wa Ashaabihim wat Taabi ‘iin,m wa hadroti Ghoutsi Hadhaz zamaani wa A’waanihi wa saairi Auliyaa Ahbaabillaahi rodiyallahu Ta'ala'anhum wa 'alainaa min barokaatihim wa syafa'aatihim wa karoomaatihim, wa amadanaa biamdadihim Amlin. Amiin Amiin. Yaa Robbal Alamiin!. Sekali lagi mudah-mudahan para beliau-beliau tersebut diatas berkenan memberikan sayafaat tarbiyah barokah karomah doa restu dan jangkauan, nadzroh dan bimbingannya sehingga didalam kita mengikuti pembukaan pengajuan Al-Hikam dan kuliah-kuliah Wahidiyah ini benar-benar diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, sehingga membuahkan manfaat maslahah dan barokah yang sebanyak-banyaknya terutama dalam pembinaan perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW.
Para hadirin-hadirot, seperti sama-sama kita maklumi bersama, bahwa didalam bulan Romadlon yang lalu kita istirahat tidak mengadakan pengajian Al-Hikam. Selama bulan Romadhon dan sampai sekarang ini terutama pada hari-hari Minggu seolah-olah kita terputus tidak memperoleh ilmiah-ilmiah dan pengalaman- pengalaman batiniyah dalam peningkatan kesadaran Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW, namun sekalipun dalam satu segi kita terputus, dalam bidang lain kita diberi kesempatan yaitu amal-amal ubudiyah dalam bulan Romadhon, malah disini di Pusat Wahidiyah diadakan Asmara Penataran atau peningkatan bidang perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW. Kita memperoleh banyak sekaii saluran-saluran peningkatan. Saluran lewat kita. mengikuti asrama, saluran lewat kita menjalankan ibadah puasa, saluran lewat tadarus, saluran lewat sembahyang taraweh, mengikuti meneruskan di saluran lewat mujahadah-mujahadah kita didaerah masing-masing. Alhamdu lillah sekarang kita dikarunimaiiadha di dalam kita nyesep (menghisap) diberikan oleh Beliau Hadrotul Mukarrom
Romo Yahi kepada kita, bersama.
Para hadirin-hadirot, seperti kita maklumi bersama bahwa Pengajian Minggu Pagi di Pusat Wahidiyah ini, Pengajian Kitab Al-Hikam dan Kuliah-kuliah Wahidiyah, sekalipun diantara kita sudah sering sekali mengikuti pengajian kitab Al-Hikam disini atau ditempat lain, akan tetapi Al-Hikam minggu pagi Kedunglo, ada ciri-ciri khas ada keistimewaan-keistimewaan yang tidak kita jumpai pada pengalaman-pengalaman lainnya. Antara lain disamping kita diberi ilmiah-ilmiah diberi tuntunan-tuntunan yang mengarah kepada terwujudnya ketenangan batin kita, yang mengarah kepada kesadaran Faffirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW, yang membuahkan ahwaliyah-lahiriyah kita, yaitu perbuatan-perbuatan atau akhlaq yang baik, juga tidak sedikit diantara kita yang memperoleh pengalaman-pengalaman batiniyah, dikaruniai rahasia-rahasia atau asror mutiara yang jarang atau tidak kita jumpai pada pengajian-pengajian lain. Banyak sekali disamping ilmiah-ilmiah, pengalaman-pengalaman dhauqiyah baik yang mengenai dan terutama kesadaran, kesadaran kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, maupun pengalaman-pengalaman batin lainnya yang mencakup soal-soal asror duniawi dan ukhrowi. Banyak sekali yang kita peroleh pada kesempatan Minggu pagi di Kedunglo ini.
Alhamdu Lillah mendapat do’a restu dari hadirin-hadirot dan khushushon dari Hadrotul Mukamm Romo Yahi bahwa dari pihak penyiar Sholawat Wahidiyah Pusat yaitu dari Badan Penyiaran Seksi Penerbitan, Alhamdu Lillah telah dapat menerbitkan hasil-hasil pengajian Minggu pagi dalam bentuk diktat keciI yang disebut MINGGUAN WAHIDIYAH. Diharapkan dapat terbit tiap minggu, sehingga dapat diambil manfaatnya secara lebih luas oleh masyarakat didaerah-daerah yang tidak bisa mengikuti minggu pagi di Kedunglo. Dimanfaatkan secara bersama-sama oleh jamaah-jamaah Wahidiyah pada saat Mujahadah Usbuiyah misalnya.
Kepada Bapak-bapak, Ibu-ibu dan para remaja terutama yang
seorang Ibu, seorang remaja putra dan seorang remaja putri. Paling sedikit 4, dan sebanyak-banyakaya 8. Itu utusan dari jamaah supaya mengikuti Mujahadah dua hari tiga malam, dalam rangka peningkatan Triwulanan kabupaten. Begitu juga para Panitia Penyiar Kecamatan, terutama para Ketua-ketua Penyiar Kecamatan dan semua Panitia Daerah Kabupaten, diseruk.an untuk ikut hadir mengikuti asrama itu nanti. Adapun resepsei penutupannya Insya Allah jatuh pada hari Kamis malam Jum'at tanggal 24 Nopember 1977. Kawan-kawan dari Panitia akan memohon rawuhnya Hadrotul mukarrom Romo Yahi untuk memberikan fatwa dan amanat.
Mengenai biaya-biaya selama dua tiga malam, Panitia sengaja mempraktekkan dan memberikan kesempatan kepada kita semua khususnya sebagai utusan-utusan jama’ah, yaitu untuk mengetrapkan dawuh “WAJAAHIDUU BI AMWAALIKUM WA ANFUSIKUM” Kita harus berjuang harta dan tenaga kita sehingga dalam mujahadah dua hari tiga malam nanti biayanya secara berdikari usaha sendiri sendiri, panitia hanya menyediakan atau mengusahakan warung-warung sekitar Asrama .
Dari Panitia, Penyiar Sholawat Wahidiyah Tingkat Kecamatan diharap memberikan sumbangan, untuk keperluan kepanitiaan, tiap-tiap Kecamatan seribu rupia. Demikian para hadirin-hadirot antara lain isi pengumuman dari Penyiar Sholawat Wahidiyah Daerah Kodya kabupaten Kediri. Kita yakin babwa jika kita ada perhatian yang sungguh-sungguh soal Mujahadah tersebut, kita membuang waktu dua hari tiga malam untuk bermujahadah Asrama Mujahadah di Kabupaten, kita yakin tidak akan merugikan bidang-bidang lain. Malah tadi kita mendengar sendiri langsung bahwa jika kita sungguh-sungguh meningkatkan kesadaran kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, kegiatan-kegiatan dan kemampuan-kemampuan yang ada pada kita, kita kerahkan untuk itu, kita yakin Alloh SWT akan memberikan kelonggaran dan kejembaran soal-soal materiil yang kita butuhkan. Barokah yang meluas
meningkatkan, melaksanakan hasil-hasil asrama. Yaitu meningkatkan perjuangan kesadaran Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW meningkatkan daya juang kita, meningkatkan daya kesadaran kita.
Para hadirin-hadirot, sesudahnya ini, antara lain dari Penyiar Sholawat Wahidiyah Daerah Kodya dan Kabupaten Kediri, pada kesempatan ini ikut menyampaikan, disamping mohon do’a restu hadirin-hadirot khususnya kepada hadrotul Mukarrom Romo Yahi, juga mengajak kepada kita semua terutama yang dari Daerah Kabupaten Kediri. Yaitu akan melaksanakan Mujahadah Triwulan. Seperti kita, maklumi bahwa tiap-tiap Daerah Kabupaten dianjurkan supaya senantiasa dihidupkan yaitu Mujahadah-mujahadah Tiga Bulan sekali yang dlikuti oleh seluruh Pengamal Wahidiyah dari Daerah Kabupaten yang bersangkutan.
Seperti kita diberi pengarahan bahwa begitu juga mujahadah-aujahadah tingkat Daerah Kabupaten adalah merupakan suatu sarana suatu kesempatan untuk meningkat kesadaran kita dan keluarga masing-masing dan juga meningkatkan daya juang kita bagi umat dan masyarakat.
Maka dari itu terutama saudara-saudara yang Daerah Kabupaten Kediri disamping daerah sekitar Kediri Juga bisa mengikuti, di umumkan, ya maaf, disini mohon maaf kepada Panitia Kabupaten tidak saya baca pengumumannya dengan lengkap segera keseluruhan, melainkan hanya saya sampaikan maksudaya saja, untuk menyingkat. Yaitu bahwa Kabupaten Kedirl akan mengadakan Mujahadah Triwulan selama tiga hari tiga malam. Yaitu mulai hari Selasa malam Rebo, Rabu siang Rabu malam Kamis, kamis siang, dan terakhir malam Jum’at sebagai penutup. Tgl. 22,23,24 November 1977. Tempatnya Didesa Ngetih Kec. Wates Kediri. Kemudian syarat-syarat yang harus dipenuhi terutama dari Jamaah-jamaah Wahidiyah.se-Kabupaten Kediri, supaya tiap jamaah mengirimkan utusanya 4 peserta. Terdiri seorang Bapak,
berdekatan tempatnya dengan Kedunglo, Penyiar Sholawat Wahidiyah pusat ikut menganjurkan agar menyempatkan diri manfaatkan waktu minggu paginya mengikuti pengaiian di Pusat Wahidiyah ini. Mari perhatian kita terhadap minggu pagi di Pusat Wahidiyah ini kita tingkatkan. Otomatis apabila gairah, semangat dan hikmah kita, perhatian kita mengikuti minggu pagi ini bertambah-tambah, kita yakin ilmiyah-ilmiyah atau pengalaman-pengalaman yang akan dilimpalikan Alloh SWT kepada kita melalui minggu pagi ini juga akan bertambah. Kita yakin, makin banyak bimbingan-bimbingan yang diberikan kepada kita dalam perjuangan Fafirruu I1allohi wa Rosuulihi SAW.
Para hadirin-hadirot, tapi sebaliknya kalau perhatian kita terhadap minggu pagi di Pusat Wahidiyah ini, yang merupakan sumber pertama kita menerima secara langsung dawuh-dawuh dan ajaran-ajaran dari beliau mengenai ajaran-ajaran Wahidiyah, ini kalau kita kurang perhatian lebih-lebih sampai acuh tak acuh, ... sungguh kita akan mengalami kerugian. Seperti tadi malam diperingatkan oleh Hadrotul Mukarram Romo Yahi bahwa kita kelihatan makin bosan, makin lama makin kelihatan gejala-gejala waleh terhadap Kuliah-kuliah Wahidiyah. Para hadirin-hadirot, kalau hal ini kita biarkan berlarut-larut, kalau kita merasa bahwa diri kita sudah bebas dari imprialis nafsu, sudah bisa LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL dan sebagainya, ini sesungguhnya ... kita kejangkitan nafsu yang sangat berbahaya sekali para hadirin-hadirot racun atau bakteri yang kalau kita kurang perhatian, kita akan dihancurkan dimusnahkan dan kita tidak merasa!. Malah mungkin akan meletuskan suatu sikap yang suu-ul adab kepada Perjuangan Wahidiyah. Tadi malam kita diperingatkan oleh Hadratul Mukarrom Romo Yahi bahwa siapa yang maaf kontras terhadap mujahadah-mujahadah Wahidiyah berarti kontras dan melukai junjungan kita Rosulillah SAW.
Sekali lagi para hadirin-hadirot, mari kita tingkatkan perhatian kita yang sungguh-sungguh terhadap mengikuti pengajian minggu pagi pusat
di Pusat Wahidiyah ini. Terutama bagi mereka yang berdekatan. Bagi mereka yang berjauhan tempatnya dapat mengikuti dari rumah masing-masing dengan mengadakan mujahadah-mujahadah menyamai waktunya dengan acara-acara di Kedunglo yaitu kira-kira antara pukul 9-12 siang hari minggu.
Sekian sambutan kami, dan kami mohon maaf hal-hal yang negatif terutama hubungan didalam saya menyampaikan sambutan mewakili penyiar pusat ini.
WA BILLAAHIT TAUFIQ WAL HIDAAYAH, WAMINAR ROSUULI SAW ASY – SYAFA’AH, WAL MINAL GHOUTSI HADHAZ - ZAMANI - RODI - YALLOHU 'ANHU AT - TARBIYAH WANNADHROM.
Wassalaamu'alaikum, Wr. Wb.
FATWA DAN AMANATHADROTUL MUKARROM ROMO YAHI
Assalaamwalaikum, wr. Wb.
BISMILLAAHIR ROHMAANIR ROHIM.
ALHAMDU LILLAAHIL - LADMI KARROMANAA, BILMUSTHOFA
MOHAMMADIN HABII BIINA.
YAA SAYYIDIS - SHOLAATU WASSALAAMU, 'ALAIKA YAA ROUUFU
YAA ROHIMU.
WAL ALI QOD USRI’ATIL HAWAAIJU, BIKAL - HUDAR - RIDLOL –
FUTLUHUL - FAROJU.
ANTAL - MUSYAFFA`USY – SYAFII ‘SYFA' LANAA, INDAL KAARIM
MUSRI’AN WA ROBBINAA.
YAA ROBBANALLOHUMMA SHOLI SALLIMI, 'ALA MOHAMMADIN
SYAFI’IL UMAMI.
WAL ALI WAJ'ALI ANAAMA MUSRI’IIN, BILWAAHIDIYYATI
Mari para hadirin-hadirot, maju yang sebanyak-banyaknya dan maaf, pengajian pagi ini kiranya cukup sekian salanjutnya waktu dan tempat di serahkan oleh beliau kepada Pusat
SAMBUTAN DARI PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT
Disampaikan oleh : Bapak Moh. Ruhan Sanusi.
Assalaamu alaikum, wr. wb. (Khotbah iftitah tidak disebutkan disini untuk menyingkat).
Dari bapak-bapak yang ada di pusat perkenankanlah dalam kesepatan yang diberikan pada sehabis pengajin pagi ini, wenyampaikan sepatah dua kata dihadapan hadirin-hadirot mengikuti. Hadirin-hadirot bersyukur atas kesempatan yang senantiasa diberikan kepada kita bahwa dalam mengikuti pangajian-pengajian minggu pagi ini.
Para hadirin-hadirot seperti tadi didawuhkan disamping pengajian yang sama-sama kita rasakan dan kita dapat menggunakan untuk koreksi, keadaan kita masing-masing, disamping diberi kita diberi lagi satu kesempatan dorongan. Untuk maju dan meningkat. Ya alhamdulillah, seperti tadi didawuhkanbahwa dalam masa-masa akhir ini beberapa Panitia Penyiar Sholawat Wahidiyah, Daerah Kabupaten telah mengadakan up grading peningkatan, pembinaan dan Penyiaran Wahidiyah, yang baru-baru ini Kabupaten Jombang, Malang, Tulungagung, Kediri sendiri, Ngawi. Adapun lain-lainnya Insya Alloh akan menyusul diwaktu mendatang.
Para hadirin-hadirot, Ya alhamdulillah mendapat do'a restu hadirin-hadirot, khususnya dari Hadrotul Mukarrom Romo Yahi, Asrama-asrama yang dilaksanakan di tiap-tiap Kabupaten tersebut alhamdulillah berjalan dengan lancar. Dan sekali lagi, mudah-mudahan sesudah adanya asrama itu, terutama para peserta asrama. Baik kaum bapak, kaum ibu, kaum tua dan remaja, mudah-mudahan sama-sama dapat
tambah-tambah banyaknya, dan terutama nilainya Kualitetnya. Khusyuknya Lillahnya-Billahnya. Pokoknya mari sama-sama mengusahakan kemajuan yang sebanyak-banyaknya
Umat dan masyarakat keadaannya sama-sama kita maklumi. Sebagian besar wasyarakat masih banyak yang dikuasai imperialis nafsu. Sebagian besar umat dan masyarakat tidak sadar kepada Alloh SWT. Mereka senantiasa nikmatullah Alloh Ta'ala tapi mereka tidak merasa diberi. Diberi hidup, diberi makan, minum, bekerja, bernafas, berflkir, ... tidak merasa bahwa mereka itu diberi oleh Alloh SWT Ini sebagian besar diberi kekuatan tidak merasa diberi kekuatan oleh Alloh SWT. Malah, disalahgunakan untuk melakukan perbuatan yang dan diancam oleh Alloh SWT yang memberi kekuatan itu. Sebagian besar begitu para hadirin-hadirot. Kita bersama kalau hanya ungkang-ungkang dengkul tidak memperdulikan soal itu para hadirin-hadirot, pasti dituntut oleh Alloh SWT. Dikumpulkan di dalam “naarul jahannam” bersama masyarakat yang menyalahgunakan, malah mungkin sekali malah lebih berat dari pada masyarakat ltu sendiri para hadirin-hadirot. Itu kalau kita tidak segera “cancut tali wondo” menyelamatkan umat dan wasyarakat dari imperialis nafsu yang ganas sekali para hadirin-hadirot. Mari para hadirin-hadirot. Mengadakan kemajuan yang sebanyak-banyaknya dan kita maju dalam ini para hadirin-hadirot, tidak akan megganggu bidang yang lain, bidang rumah tangga, ekonomi dan lain-lain. Insya Allah malah kita maju di dalam berjuang Fafiruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW. Insya Alloh ekonomi kita diberi barokah. Para hadirin-hadirot !.
وَمَنْ يَتَقِ اللهُ يَجْعَلَ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبْ (الطلاق : ٢-٣ )
Siapa yang sungguh-sungguh takwa pada Alloh SWT pasti dikeluarkan dia dari jalan buntu, dari kesulitan-kesulitan, dan diberi yang sehanyak-banyaknya, dari jurusan yang tidak diduga-duga. Itu para hadirin-hadirot, sumpahnya Alloh SWT kepada kita para manusia.
LIROBBIL 'ALAMIIN.
YAA ROBBANAGHFIR YASSIR - IFTAH WAHDINAA, QORRIB WA ALLIF BAINANAA YAA ROBBANAA AMMAA BA’DU.
Al-Mukarromin para Bapak dari Pusat Penyiar Sholawat Wahidiyah/Panitia, protokol, para Bapak para Ibu hadirin-hadirot yang saya mulyakan. Pertama-tama saya ikut memanjatkan puja-puji tasyakkur kehadirot Illahi wa Robbi biqouli “Alhamdu Lillaahi Robbil Alamin”. Yang mana khususnya pada siang ini kita dapat mengadakan acara pembukaan pengajian mingguan, dapat memulai kembali pengajian mingguan. Mudah-mudahan acara-acara yang kita laksanakan ini benar-benar diridloi Alloh, wa Rosulilaahi SAW, membawa manfaat yang sebesar-besarnya fid diini wad dunya wal akhiroh ! Amiln !. juga kami ikut menyanjungkan sanjungan Sholawat salam barokah kepangkuan Rosulillahi SAW wa sairil Anbia wal Mursallin wal Malaikatil Muqorrobinn “alaihimus-sholaatu wassalam wa Alihim wa Ashaabihim wat Taabiim wa jamii'il Aqthob wa Awaanihim wa Ghoutsi Hadhasz-zaman wa A'waanihi wa saari Auliyaa abbaabillahi rodiyalloho Ta'ala'anhum, wa a'aada 'alaina min barookaatihim wa syafaa `aatihim wa karroomaatihihim wa amaddanaa biamdaadihim ! Amiin !, Amiin!, Amiin!.
Kepada beliau-beliau dari pusat dan protokol, umunmya para hadirin-hadirot yang telah memberikan kepercayaan kepada saya mengisi acara ini, saya hanya mampu menyampaikan satu atau dua patah kata permohonan bagi para hadirin-hadirot sentuanya, permohonan kehadirot Alloh SWT biqouli "JAZAA KUMULLOHU KHOIROOTI WA SA’AADATID DUNYA WAL AKHIROH.
Hubungan kepercayaan yang hadirin-hadirot percayakan kepada saya ini juga, mengenai pengisian acara yang serba tidak semestinya, saya selalu memohon maaf yang sebesar-besarnya ! Dan disamping itu saya mohon do’a restu mudah-mudahan didalam saya mengisi acara ini benar-benar di ridloi oleh Alloh SWT wa Rosuulihi SAW !
Para hadirin-hadirot! Pengajian minggu yang kita mulai sekarang ini, adalah pengajian ilmiah-ilmiah dari agama yang diwejangkan oleh Rosuulillaahi SAW. Bahkan adalah ilmiah-ilmiah yang paling penting sekali diantara ilmiah-ilmiah yang diberikan oleh junjungan kita Rosuulillahi SAW kepada kita. Sebab, ilmiah-ilmiah yang kita bicarakan yang kita bahas dalam Pengajian Minggu pagi ini, bahkan kita usahakan untuk pengetrapannya ini, adalah yaitu ILMU TAUHID. ILMU KETUHANAN. ILMU KEYAKINAN. Ilmu cara-cara hubungan kita pada Alloh Tuhan Kita Ilmu-ilmu yang menumbuhkan atau menambah keyakinan kita bahwa Alloh SWT adalah Tuhan kita. Tuhan kita yang Maha Sempurna. Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang Maha Mulia. Tuhan Yang Maha Mengetahui!, Tuhan Yang Maha kaya!. Tuhan Yang Maha Pemurah!. Tuhan Yang Maha Agung! Adalah ilmu-ilmu yang mendudukan kita manusia-manusia yang senantiasa berlarut-larut, sebagai disebut dalam firman Tuhan.:
إِنَ الانْسَانَ لّظُلُوْمٌ كَفَّارٌ .ابراهيم : ٣٤
(Sesungguhnya manusia itu sangat dholim dan sangat kufur berlarut-larut).
Manusia ! Manusia, sebagian besar adalah keterlaluan dholimnya dan tidak mau, tahu kepada siapa yang memberi!.
Alhamdu Lillah para hadirin-hadirot, kita dapat mengadakan pengajian mingguan yang menghasilkan buah-buah yang tidak dapat kita gambarkan. Dus! ilmu, yang kita jadikan acara tiap minggu adalah seperti kita maklumi, adalah ilmu yang sangat penting sekali. Semua insan harus memiliki ilmu ini. Semua insan, semua hamba Alloh harus memiliki ilmu ini!. Barang siapa diantara kita hamba Alloh tidak memiliki ilmu ini alangkah celakanya dunia akhirot, para hadirin-hadirot. Alangkah parahnya para hadirin-hadirot. Ya mudah-mudahan kita sekeluarga, umat dan masyarakat selekas mungkin dapat memiliki ilmiah-ilmiah yang kita
nafsunya, yang senantiasa dikuasai imperialis nafsunya.
Dus, orang punya ilmu yang masih dikuasi nafsu, otomatis tidak konsekwen kepada ilmunya yang baik masalah ditinggalkan, yang jelek malah dilanggar diterjang. Atau kalau pada suatu tempo berbuat kebaikan, tapi justru malah buat kedok saja, Atau ada latar belakangnya. Karena ingin dihormat orang lain. Takut tidak terhormat kalau tidak berbuat menjalankan kebaikan. Begitu juga meningalkan barang jelek atau merugikan karena takut. Pokoknya selalu ada latar belakangnya. Yaitu keuntungan pribadi atau nafu!.
Sekalipun buta huruf tapi dia tidak dikuasai oleh nafsu, otomatis segala perbuatannya senantiasa diridloi Alloh SWT. Otomatis senantiasa membawa manfaat bagi orang lain. Sekalipun ujudnya itu tidak ada hubungan, tidak memanfaati kepada umat dan masyarakat atau kepada lainnya. Sebaliknya, apabila orang dikuasai oleh imperialis nafsu, sekalipun alimnya sundul langit, tapi justru ilmunya itu disalahgunakan untuk keuntungan pribadi atau nafsunya! sama sekali tidak membuahkan manfaat bagi umat dan masyarakat!.
Itu tidak berarti kita harus menjadi orang bodoh orang buta huruf, jangan menjadl orang alim orang pandai, tidak begitu! yang penting jangan sampai kita menyalahgunakan ilmu kita. Disalahgunakan hanya untuk kepentingan pribadi kita harus konsekwen. Konsekwen terhadap llmu yang kita miliki!.
Para hadirin-hadirot, ya mudah-mudahan pengajian pagi ini sekali lagi diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, membawa kemajuan yang sebesar-besarnya bagi kemajuan perjuangan Fafirruu ilallohi wa Rosuulihi SAW.
Baru-baru ini Kabupaten Kediri dan Kabupaten-kabupaten lain, Jombang dan lain-lain baru mengadakan asrama. Mari sesudah kita mengadakan asrama atau up grading atau mujahadah-mujahadah itu mari maju yang sebanyak-banyaknya Mujahadah-mujahadah mari kita
sudah diketahui oleh mereka. Tahu itu baik, ini buruk, tapi justru sebagian besar umat manusia malah menjalankan yang buruk, menjalankan perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain, menjalankan soal-soal yang dikecam oleh Alloh SWT Ini pada umumnya. Diantara kita para hadirin-hadirot, bagaimana ?. Apakah ya idem seperti itukah, atau bagaimana. Dan di samping itu, kita semua harus bertanggung jawab para hadirin-hadirot. Bertanggung jawab!.
Pada minggu yang lalu, atau dua minggu yang latu kalau saya tidak salah pernah saya utarakan ada peringatan batiniyah dari salah seorang kawan pengamal wahidiyah sendiri. Yaitu, maksudnya sayang…….!. Kalau Pengamal Wahidiyah terutama di dalam bermujahadahnya kurang bersungguh-sungguh, hanya sambil lalu saja !.
Seandainya sungguh-sungguh mereka di dalam mujahadah-mujahadahnya, sudah dulu-dulu diberi pertolongan yang gilang-gemilang oleh Alloh SWT. Sayangnya di dalam mereka berjuang kurang bersungguh-sungguh. Ini peringatan dari .....dari ghoib para hadirin-hadirot. Lha ini apakah cocok dengan fakta dan kenyataan kita, ini terserah kepada kita masing-masing.
Di dalam kita Mujahadah berdepe-depe pada Alloh SWT wa Rosulihi SAW sudah sungguh-sungguh atau belum para hadirin-hadirot. Kita lillah billah, lirrosul birrosul, didalam kita berjuang apakah sudah sungguh-sungguh atau sambil lalu para hadirin-hadirot ! Mari kita koreksi !...
Sayangnya, para Pengamal Wahidiyah di dalam mereka berjuang, didalam mereka berdepe-depe di hadapan Alloh SWT wa Rosuulihi SAW hanya maaf, hanya “tulak sumpah” Masih kurang sekali Ya mudah mudahan pengajian pagi ini benar-benar dirdloi Alloh SWT, membawa kemajuan besar yang sebanyak-banyaknya!.
فَأَيٌّ عِلْمٍ لِعَالَمٍ يَرْضَى عَنْ نَفْسِهِ
Apakah boleh dikatakan “ilmu-ilmunya” orang alim, yang ridlo kepada
jadikan acara dalam pengajian mingguan ini, ilmiah dengan pengetrapannya sekali dalam, waktu yang tidak lama lagi ! Amiin!. Amiin yaa Robbal Alamiin!.
Para hadirin-hadirot, banyak sekali ilmu dibicarakan dalam agama. Baik di Al-qur'an maupun dalam Hadist terutama, dan dari beliau-beliau para ahli dan para hadirin-hadirot, kita yakin bahwa ilmu-itmu yang dianjurkan yang diperintahkan yang dimuat dalam, Al-qur’an atau Hadist dalam agama kita ini, tidak lain dan tidak bukan adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang dapat mendekatkan kita kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Inti yang memperbaiki didalam kita hubungan diantara kita manusia sama manusia, para hadirin-hadirot. Namun demikian, sekalipun ilmu-ilmu agama yang fungsinya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan wa Rosuulihi SAW, akan tetapi dapat saja disalahgunakan para hadirin-hadirot. Sekalipun semua ilmu-ilmu yang disebut-sebut dalam agama ini fungsinya untuk mendekatkan untuk menghantarkan kepada Tuhan wa Rosuulihi SAW, akan tetapi dapat saja disalahgunakan para hadirin-hadirot. Disalahgunakan untuk makin menjauhkan diri dari pada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Soal itu tinggal kita para hadirin-hadirot. Dan kita mampu menggunakan ilmu-ilmu tersebut sebagaimana mestinya, tapi juga kita mampu gunakan ilmu-ilmu tersebut sebagaimana mestinya, tapi juga kita mampu menyalahgunakan ilmu-ilmu tersebut untuk kepentingan imprialis nafsu masing-masing, para hadirin-hadirot. Terserah kita pilih yang mana.
فَمَنْ .آءَفَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ ,شَآءَ فَلْيَكْفُرْ. الكهف : ٢٩
(Maka barang siapa mau percayalah, dan barang siapa yang mau terserah mau kufur Terserah) .
Tapi para hadirin-hadirot, jika kita ini merasa sebagai insan diberi karunia akal fikiran yang sehat yang diciptakan sebagai makhluq yang paling mulia ... otomatis kita pasti memilih ilmu ini kita gunakan yang semestinya. Ialah kita gunakan untuk mendekat yang sedekat sekuat mungkin, usaha kemanfaatan-kemanfaatan, manfaat-manfaat sebanyak mungkin kepada kita bersama para hadirin-hadirot ya mudah-mudahan
kita diridloi oleh Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Mudah-mudahan diberi ilmu yang sungguh-sunggah bermanfaat. Ilmu yang sungguh-sungguh dapat mengantarkan kita kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Dengan memperoleh ridlo-Nya yang sebanyak-banyaknya! Mudah-mudahan kita diberi ilmu yang mendorong kita berbuat, berbuat yang manfaat kepada kita ummat manusia jami’al alimin.
Para hadirinhadirot, tadi saya katakan bahwa ilmu itu begini, semuanya mendekatkan kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Lantas sekarang di lain dari pada ilmu itu, seperti ilmu pertanian, ilmu perdagangan, ilmu perindustrian dan lain-lain. Ini secara langsung tidak ada hubungan, tapi bisa saja para hadirin-hadirot disamping untuk menjauhkan diri dari Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, bisa saja ataupun sekalian ilmu-ilmu itu secara langsung tidak ada hubungan dengan Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, sekalipun dalam hubungan perdagangan, pertanian, tapi bisa saja dan seharusnya kita gunakan, kita manfaatkan untuk Fafirruu Ilallohi wa. Rosuulihi SAW.
Para hadirin-hadirot, mari para hadirin-hadirot, pengajian mingguan yang sudah kita maklumi, kita yakini malah sudah kita rasakan, dan tadi disebut-sebut dari penyiar pusat, dalam bulan syawal, atau dalam bulan permulaan pengajian ini mari kita mulai dengan keyakinan dan perhatian yang seteguh-teguhnya, dengan semangat yang berkobar-kobar, dengan setepat mungkin. Para hadirin-hadirot, kita yakin betapa kemurahannya rohmah-rohimnya ghofar-ghoffurnya Alloh SWT. Kita yakin pasti diberi maaf yang sebesar-besarnya selekas mungkin. Kita husnudhon diantara kita sama kita, khusnudzon yakin bahwa diantara kita sama kita, saling memberikan maaf yang sebesar-besarnya, memberikan ampunan yang sebesar-besarnya sehingga kita yakin bahwa kita pada saat ini “KA YAUMI WALADATNAA UMMAHAATUNAA” (bersih seperti ketika dilahirkan oleh ibu-ibu kita). Baru lahir yang betul-betul bersih dari dosa, baik itu dosa yang hubungan kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, baik itu dosa diantara kita sama kita, yaitu dosa-dosa kepada jamii’al
terutama mereka-mereka yang masih ada harapan. Harapan untuk sembuh dari kebejatan akhlaqnya. Insya Allah dalam bidang penyiaran ini asal sungguh-suagguh Insya Allah tertolong. Asal kita sungguh-sungguh didalam kita menolong mereka yang sangat parah itu.
Jadi kembali lagi, “ WA LAANTASHAB JAAHILAN LA YARDLO 'AN NAFSIHI KHOIRUN MIN AN TASHAB ‘AALIMAN YARDLO 'AN NAFSIHI’'. Berkawan dengan orang bodoh, yang buta huruf yang tidak dikuasai nafsunya malah dapat menguasai mengarahkan nafsunya, itu lebih baik dari pada berkawan dengan orang alim orang pandai tetapi masih dikuasai oleh nafsunya, yang senantiasa nuruti nafsunya. Yang senantiasa LINNAFSI BINNAFSI yang senantiasa berbuat perbuatan yang dikecam oleh Alloh SWT, perbuatan yang merugikan pada umat dan masyarkat sekalipun alim, tapi ilmunya itu berbahasa, tidak manfaat !.
كُلُّ عَالِمٍ لاَ يَنْفَعُ بِعِلْمِهِ هُوَ وَإِبْلِيْسٌ سَوَآءٌ
Semua orang alim, orang yang tahu, tapi tidak memanfaatkan ilmunya, tidak memanfaatkan apa yang dia ketahui, itu sama dengan iblis. Diantara kita para hadirin-hadirot, sudah tahu LILLAH BILLAH itu apa. Sampai di manakah konsekwensinya kita para hadirin-hadirot terhadap apa yang kita ketahui itu mari para hadirin-hadirot, kita koreksi. Kita tahu ilmu LILLAH BILLAH LIROSUUL BIRROSUL, tahu LINNAFSI BINNAFSI.apa sudah konsekwen!. Semua orang alim orang yang berilmu yang tidak konsekwen dengan ilmunya, itu sama dengan iblis bahkan lebih sesat dan lebih menyesatkan dari pada iblis!.
Para hadirin-hadirot, ini sungguh soal yang ... menguntungkan apabila kita sungguh-sungguh, dan merugikan atau menghancurkan apabila kita tledor, glonjom ...!.
Para hadirin-hadirot, umumnya dari kita, dari masyarakat, dari kita bangsa Indonesia, balikan dari sebagian besar umat manusia sedunia, pada umumnya banyak sekali soal-soal yang pokok yang prinsip yang
Atau secara umum, pada umumnya orang yang tidak ada perhatian kepada nafsu, tidak senantiasa curiga kepada nafsu, otomatis lebih banyak dirugikan oleh nafsunya. Dia tidak merasa! Maka mushonnef memperingatkan
{وَلَأَنْ تَصْحَبَ جَاهِلاً لاَ يَرْضَى عَنْ نَفْسِهِ خَيْرً لَكَ مِنْ أَنْ تَصْحَبَ عَاِلمًا يَرْضَى عَنْ نَفْسِهِ}
Dan sekiranya engkau berkawan dengan orang bodoh, buta huruf tapi anti terhadap nafsunya, itu lebih dari pada berkawan dengan orang yang alim orang cerdik orang pandai tapi masih dijajah oleh imperialis nafsunya.
Oleh karena, berkawan itu nular atau mempengaruhi, anak yang berkawan dengan anak lain yang nakal, dia ketularan menjadi anak nakal. Berkawan dengan orang yang bejad akhlaqnya, sedikit banyak ketularan. Berkawan dengan orang yang senaiatiasa dikuasai oleh nafsu, LINNAFSI BINNAFSI, ketularan ! oleh karena itu di sini diperingatkan jangan sampai berkawan dengan orang yang akhlaqnya bejad, orang yang tidak senantiasa LILLAH BILLAH !. Tetapi berkawanlah dengan orang yang baik akhlaqnya yang anti pada nafsunya.
Itu dalam bidang peningkatan kesadaran kecuali dalam bidang penyiaran, bidang penyiaran malah harus mempergauli orang-orang yang bejad untuk di tolong di selamatkan dari kebejatanya!. Bidang berkawan harus dari orang-orang yang akhlaq-akhalqnya lebib baik !. Jadi dalam bidang penyiaran justru kita harus banyak mempergauli orang-orang bejad untuk ditolong di selamatkan dari kebejatanya!. Bidang berkawan harus dari orang-orang yang akhlaq-akhalqnya lebib baik !. Jadi dalam bidang penyiaran justru kita harus banyak mempergauli orang-orang yang rusak-rusak. Ibarat orang sakit yang parah harus didahulukan selak keburu mati otomatis jika ada kemungkinan dan
alamiin. Para hadiri-hadirot, keyakinan kita ini dan kita yakin akan keyakinan kita ini pasti mencocoki dengan keadaan sesungguhnya. Dan mudah-mudahan dalam bidang permohonan mudah-mudahan sungguh-sungguh mencocoki dengan keadaan sesungguhnya dengan keadaan kita.
Mari para hadirin-hadirot yang dalam keadaan sebersih mari yang paling bersih itu, mari kita mulai perjuangkan, diantaranya pengajian mingguan dan perjuangan Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW pada umunya, mari sekuat mungkin dengan seikhlas mungkin kita usahakan sesukses mungkin dan sebagainya! Para hadirin-hadirot, nuwun sewu, saya termasuk diantara yang ikut-ikut sekalipun hanya elok-elok bawang!. Nuwun sewu, saya termasuk diantara kita yang mengikuti pengajian mingguan para hadirin-hadirot. Sekalipun tadi saya katakan begitu, sekalipun bagaimana, tapi satu bidang, otomatis, sebab saya juga ikut dalam pengajian yang hadirin-hadirot laksanakan. Bahkan saya ada tugas yang dipikulkan kepada saya, yaitu mengutarakan apa-apa yang saya utarakan pada setiap minggu. Para hadirin-hadirot, justru itu para hadirin-hadirot, saya mohon maaf yang sebesar-besanya. Para hadirin-hadirot, sering terutama saya sendiri, dalam perjuangan Wahidiyah ini tidak ada istilah “Guru dan Murid”. Sebab dalam istilah “Guru”, seorang guru mempuyai banyak syarat yang harus dimiliki. jika tidak memiliki syarat-syarat itu, istilah guru itu otomatis tidak bisa dimiliki. Begitu juga murid. Disitu ada syarat-syarat, yang jika tidak memiliki syarat-syarat itu otomatis tidak tepat menjadi murid. Para hadirin-hadirot saya sendiri terutama, yah sekalipun bagaimana dalam bidang ini saya jauh dari mampu. Karena itu saya mohon mari sama-sama gotong-royong. “WA TAA AAWANUU ALAL BARRI WAT TAQWA”. Kita sama-sama gotong-royong. Pokoknya mari bersama-sama berlomba-lomba bersama-sama sowan dihadapan Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Siapa saja dari kita yang kurang tepat, dengan bijaksana dengan lahiriyah dan batiniyah terutama, kita dapat. Jadi kita apabila ada yang
tidak tepat, sekuat mungkin atau semampu mungkin supaya kita menyadari kelemahan-kelemahan yang kita perbuat ini para hadirin-hadirot !, Para hadirin-hadirot tapi di samping itu ada segi lain yang harus kita isi. Antara lain para hadirin-hadirot, jangankan soal itu, malah segala sesuatu harus dipandang sebagai guru kita, yang mengantarkan kita kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Harus begitu dalam rangka guru kita. Kita isi bidang itu. Segala sesuatu pasti mengantarkan kita kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW kalau kita mau diantarkan. Kita diberi petunjuk oleh segala sesuatu. Itu Firman Tuhan. Itu Rosululloh SAW. Mari sowan pada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Begitu para hadirin-hadirot. Apalagi sesama kita, makhluk yang lebih sempuma dari makhluk-makhluk lain. Lebih sempuma dalam arti mangantarkan kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Dari itu, seharusnya semua itu harus kita jadikan sebagai guru. Kita merasa sebagai murid diantara kita sama kita. justru itu kita harus mentakzim menghormat kepada guru kita. Terutama guru yang mengantarkan kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Terutama diantara kita sama kita. Dalam hati sanubari harus kita terapkan!. Tapi para hadirin-hadirot, dalam bidang lahiriyah kita harus dapat mengisi yan setepat-tepatnya sehingga bidang lahiriyah ini .......ini diridloi Alloh SWT wa RosuuIihi SAW. Dan sehigga tidak merugikan bidang batiniyah. Kita harus mengisi segala bidang. Sekalipun ada “TAQDI MUL AHAM” mendahulukan yang lebih aham. Tapi kita harus mengisi segaIa bidang. Ya maaf, sekalipun kita harus mengikuti segala bidang, tapi harus mengutamakan yang lebih penting. Yang lebih penting adalah Fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW !
Para hadirin-hadirot, di samping itu mari menengok, menengok kebelakang para hadirin-hadirot. Menengok keluar para hadirin-hadirot. Bagaimana keluarga yang kita tinggalkan di runiah masing-masing para hadirin-hadirot?. Bagaimana pemilik kita, kenalan kita, masyarakat yang kita tinggalkan!. Coba mari kita lihat para hadirin-hadirot!. Mari para hadirin-hadirot!. Sampaikah para hadirin-hadirot?. Para hadirin-hadirot!. Mari para hadirin-hadirot!. Ya mudah-mudahan acara pagi ini benar-benar diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Membuahkan manfaat dan membawa
Soal lahiriyah maupun batiniyah kok tidak kita pergunakan untuk pengabdian diri, untuk LILLAH, pasti dikemudian hari diminta pertanggung jawaban !. satu persatu, tidak ada yang keliwatan !.
Lha ini kita masing-masing bagaimana para hadirin-hadirot, mari kita koreksi !. pokoknya segala perbuatan kita jika kita tidak sadari LILLAH BILLAH otomatis kita dijajah oleh imperialis nafsu !. menjadi budaknya nafsu !. hamba nafsu jadinya !. bukan hamba ALLOH SWT !. bagaimana para hadirin-hadirot ?.
Apabila orang tidak puas atau anti terhadap nafsu, selalu mengarahkan dan menggunakan nafsunya untuk mengabdikan diri kepada ALLOH SWT. Untuk pelaksanaan LILLAH, otomatis segala sesuatunya selalu mendapat ridlo dari ALLOH SWT !. dia senantiasa menguntungkan kepada lainnya. Senantiasa memberi manfaat kepada lain. Jika orang senantiasa anti pada nafsu atau istilah yang popular senantiasa LILLAH BILLAH, segala keadaannya senantiasa diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Sebaliknya orang yang senantiasa LINNAFSI BINNAFSI, otomatis senantiasa dikecam oleh Alloh SWT !. dan senantiasa merugikan kepada lainnya. Kelihatannya menguntungkan kepada masyarakat, tapi sesungguhnya merugikan. Yang benar sekali kelihatannya menguntungkan itu hanya buat kedok saja !. lebih-lebih yang lahiriyahnya kelihatannya merugikan dan batiniyahnya merugikan, itu jauh lebih besar merugikan !. itu tadi orang yang selalu LINAFSI BINNAFSI
وَلَمَا كَانَ الرِّضَا عَنْ النَّفْسٍ شَأْنُ مَنْ يَتَعَاطَى الْعُلُوْمَ الظَّاهِرِيَةِ الَّتِى لَا تَدْلٌّ عَلَى عُيُوْبِ النَّفْسِ نَهَى الْمُصْنِفُ عَنْ صُحْبَتِهِمْ وَمُخَالَطَتِهِمْ
Ini pada umumnya orang-orang yang berkecimpung dalam ilmiyah lahiriyah secara umum “keistimewaan”. Keistimewaan secara umum disini disebutkan yaitu orang-orang yang berkecimpung dalam hanya ilmiyah lahiriyah yang tidak hubungan dengan bagaimana ganasnya nafsu, itu umumnya orang yang terlihat atau dijajah imperialis nafsu !..
dibuat oleh Alloh SWT itu adalah justru untuk ... untuk supaya dimanfaatkan oleh hamba-NYA! Dimanfaatkan, dijadikan kendaraan yang harus dinaiki untuk ... untuk sowan menghadap kehadirat Alloh SWT ! untuk FAFIRRUU ILALLOH WA ROSULIHI SAW ! Ini maksudnya Alloh Ta'ala mencipta nafsu di dalam kita semua. Tapi jika “kendaraan” atau nafsu itu tadi tidak kita gunakan sebagai kendaraan untuk sowan menghadap kehadirot Alloh SWT, berarti menyalahgunakan ! Seperti halnya diantara kita umpamanya dipinjami atau diberi sesuatu oleh orang lain lebih-lebih orang tua kita, kok tidak laksanakan seperti yang dikehendaki oleh yang memberi atau meminjami itu, ini berarti kita menyalahgunakan. Berarti kita menyelewengkan dan korupsi terhadap apa-apa yang telah kita terima. Begitu juga Alloh SWT memberi nafsu kepada kita, supaya kita pergunakan untuk sowan menghadap kepada-NYA yang memberi nafsu itu ! sebab kalau kita tidak punya nafsu, nafsu makan, misalnya, sekalipun terasa lapar tidak makan. Ini berarti membinasakan pada fisik jasmani kita sendiri. Kedua, lalu kita tidak bisa sowan sadar dan mengabdikan diri kepada-NYA melalui nafsu makan itu. Artinya kita makan demi untuk pelaksanaan dari LILLAH BILLAH. Kalau kita tidak. makan, otomatis kita tidak bisa LILLAH BILLAH dalam bidang itu. Lha itu maksudnya, nafsu makan supaya kita manfaatkan untuk sowan kepada Alloh SWT. Atau untuk LILLAH, kalau tidak makan, kita tidak bisa melaksanakan LILLAH pengabdian diri melalui saluran makan tadi.
Tapi begitu juga kalau kita makan tidak diperuntukkan LILLAH, tidak kita arahkan untuk pengabdian diri, hanya nuruti ajakan nafsu, itu berarti kita tidak LILLAH, dan berarti kita menyalahgunakan !. otomatis kita harus bertanggung jawab kepada yang memberi. Makan, tidak kita arahkan untuk LILLAH pengendalian diri, lebih-lebih kalau berlebih-lebihan disamping tidak LILLAH tadi, kita mau atau tidak mau pasti akan bertanggung jawab dihadapan ALLOH SWT. “Dulu didunia saya beri nikmat makan,… kamu salah gunakan”. Dan seterusnya !. itu baru soal makan. Begitu juga soal lain-lain, apa saja pokoknya yang ada pada kita
kemajuan yang sebesar-besarnya. Amiin. Amiin. Amiin
Para hadirin-hadirot. Ya maaf saya juga ikut mengikuti sambutan dari Pusat tadi. Mari, terutama saudara-saudara yang dekat, kalau ada kesempatan mari memerlukan menghadiri pengajian mingguan ini, selain sudah kita maklumi betapa pentingnya seperti tadi diutarakan. Kita sudah memiliki, sudah mengecekkan apa yang diisikan dalam minggu pagi ini. Para hadirin-hadirot, sekalipun sudah kita miliki, kita cakkan, tapi sekalipun begitu para hadirin-hadirot otomatis ini banyak sekali mendekatkan diri kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Sekalipun kita sudah memiliki sudah menguasai, tapi kalau tidak, kalau mengikuti pengajian mingguan terutama karena tidak ada takdimul aham fal aham, ini otomatis ada kerugian yang tidak sedikit para hadirin-hadirot, oleh karena itu para hadirin-hadirot terutama saudara-saudara yang dekat mari kita perlukan melebihi dari yang sudah-sudah. Mari saudara-saudara keluarga kita yang tidak atau yang belum mengikuti ini, dengan bijaksana kita ajak, kita mohonkan semua itu mudah-mudahan barduyun-duyun Fafiruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW. Para hadirin-hadirot, terutama beliau-beliau dari pusat, kiranya sekian saja saya mengisi acara. Dan, nuwun sewu, hubungan acara ini khususnya, dan hubungan mingguan baik yang sudah-sudah maupun yang akan datang saya mohon do’a restu yang sebanyak-banyaknya. Di samping yaitu para hadin-hadirot, saya banyak sekali mendapat keuntungan. Saya sekeluarga besar sekali mendapat keuntungan sekalipun kemi hanya, “elok-elok bawang”. Hubungan ini para hadirin-hadrot.
Saya hanya dapat menyampaikan : "JAZZA KUMULLOHU KHOIROOT WA SA’ADATID DUNYA WAL AKHIROH”. Amii.
Dan para hadirin-hadirot, mari saling mengucapkan “selamat”. Selamat berjuang Fafiruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW. Lahir kita kembali ketempat dan rumah kita masing-masing, tapi batiniyah kita fafirruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW. Lahiriyahnya kita menuju tempat istirahat, ketempat masing-masing, tapi batiniyah kita menuju, menuju
yaitu kemedan pertempuran “JIHAADUN NAFSI". Batiniyah kita harus membebaskan diri dari nafsu yang sangat berat! Membebaskan keluarga, membebaskan ummat dan masyarakat dari imprialis nafsu yang sangat ganas itu para hadirin-hadirot. Para hadirin-hadirot, ya mudah-mudahan kita semua senantiasa mendapat ridlo dari Allah SWT Rosuulihi SAW, barokah dan tarbiyahnya Ghutsi Hadhaz-Zamami wa A'waanihi wa saairi abbaabillahi Rodhiallohu Ta'ala ' anhum yang Robal Alamiin !. Mudah-mudahan perjuangan kita Fafiruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW, tidak lama lagi diberi kemajuan yang luar biasa para hadirin-hadirot. Mudah-mudahan jamii’al alamin berlomba-lomba berduyun-duyun Faffiruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW. Sekian dan terima kasih!.
Wassalaamu’alaikum, Wr. Wb!.
dan lezat, tapi pada detik kemudian baru terasa rasa racun tadi. Sehingga berakibat membinasakan!. Begitu juga keinginan nafsu. Sekalipun enak dan kepenak, enak dan kepenak itu hanya dalam waktu yang sangat singkat sekali! Kemudian pada detik-detik berikutnya haru terasa suatu racum yang sangat berbahaya dan sangat membawa kerugian yang besar sekali ! Tak dapat dibayangkan betapa pedihnya ketika merasakan akibat dari pada minum racun “keinginan nafsu” tadi !
“WA ASLU KULLI THOO’ATIN 'WA YAQODHOTIN WA IFFATIN ADAMUR RIDLO MINKA ‘ANHA”. Asalnya atau sumber segala tho'at atau perbuatan-perbuatan yang diridloi Alloh SWT, perbuatan-perbuatan yang megntungkan pada umat dan masyarakat, ini sumbernya ialah “tidak nurut kepada nafsu”. Benci kepada nafsu. Nafsu keinginannya menyalahgunakan. Korupsi dan sebagainya dan sebagainya !
Andai kata bangsa Indonesia sudah hebas dari imperialis nafsu, terutama mereka-mereka yang berkompeten, …. otomatis seperti pepatah “Suwe mijet wohing ranti” : lebih lama memijat buah ranti. Artinya masyarakat adil makmur yang dicita-citakan bangsa Indonesia akan dapat terwujud lebih cepat dari pada memijat buah ranti. Akan tetapi oleh karena bangsa Indonesia sebagian besar. Terutama mereka-meraka yang berkompeten masih dijajah oleh imperialis nafsu yang ganas, menjadi keadaannya seperti yang kita alami sekarang ini. Dekadensi moral, penyelewengan, korupsi dan penyalahgunaan makin menjadi-jadi tumbuh di berbagai banyak bidang.
Maka dari itu perlu sekali adanya koreksi yang terus menerus kepada imperialis nafsu !. Kalau kita tidak selalu curiga dan waspada, senantiasa mengarahkan, otomatis kita terjebak oleh nafsu !. Kita terjerumus oleh bujukan nafsu !. Ini tidak berarti kita harus meninggalkan atau menentang sama sekali kepada nafsu, tapi... “Mengarahkan”. Mengarahkan dan menertibkan nafsu-nafsu itu, sehingga tidak berlarut-larut, sehingga tidak berlebih-lebihan ! sekali lagi mengarahkan !. Mengarahkan. Nafsu
syahwat nafsunya yang hubungan dengan makan-minum, sex, dan sebagainya soal materi sumber dari segalanya itu semua adalah ridlo atau puas atau cinta kepada nafsu ! Tekuk lutut dikuasai nafsu ! LINNAFSI BINNAFSI kebalikan dari pada itu
{أُصْلُ كُلِّ طَاعَةٍ وَيَقْظَةٍ وَعِفَةٍ عَدَمُ الرِّضَا مِنْكَ عَنْهَا }
Sumbernya segala tho'at, tho'at melaksanakan perintah Alloh SWT dengan ikhlas dan menjauhi larangan-larangan dari Alloh Ta’ala, dan sadar kepada-NYA, dan menjauhkan diri dari nafsu atau segala yang bersangkutan dengan nafsu. Baik langsung maupun tidak langsung, itu semua dapatnya dilaksanakan, sumbernya adalah tidak puasa kepada nafsu ! Anti pada nafsu ! Barang siapa anti pada sesuatu otomatis memandang pada sesuatu itu selalu jelek. Dan oleh karenanya sama sekali tidak terpengaruh ! tidak merasa puas terhadap apa yang dia anti. Itu nafsu.
Setengah dari pada kesenangan nafsu ialah, “aras-arasen”, malas, jemu dan sebagainya. Diajak Mujahadah terasa berat, ini jelas kena pengaruh nafsu. Kena belenggunya nafsu. Banyak lagi kesenangan-kesenangan nafsu. Antara lain lagi, ingin selalu enak dan kepenak!. tidak mau kangelan. Pokoknya kesenangan nafsu itu seperti di surga itu. Serba ada. Serba “kun fayakun”. Serba mengkilat, serba menggiurkan, serba memencutkan. Pokoknya seperti di sorga itulah yang menjadi keringinan nafsu. Mana bisa hadirin-hadirot, didunia kok ingin disurga. Itu tidak mungkin, dunia kok mau dijadikan surga. Itu namanya menyalahgunakan ! kalau menyalahgunakan itu nanti surganya adalah “Jahanam”.
Dus, orang kok nutut pada nafsunya, sekalipun kelihatannya enak dan kepenak, menguntungkan dan membahagiakan, tapi nanti akibatnya. ...,jauh lebih sengsara dan lebih hina seperti halnya racun yang dibungkus madu atau minuman lezat tapi sesunggubnya racun ! Ya betul, pada waktu makan atau minum yang hanya singkat sekali itu seolah-olah enak
AL HIKAM I Hal. 24
ِبسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
لاَتَسْتَغْرِبْ وُقُوْعَ الاَكْدَارِ مَا دُمْتَ فىِ هَذِهِ الدَّارِ
Diperingatkan oleh Mushonnef, jangan sampai menganggap ganjil atau janggal terhadap adanya kekeruhan selagi kita masih berada di dunia yang fanak ini. jadi selama kita masih ada di dunia ini pasti menemui kekeruhan-kekeruhan sedikit atau banyak, kekeruhan soal moril atau soal materiil, secara langsung atau tidak langsung.
فَإِنَّهَا ماَ اَبْرَزَتْ إِلاَماَهُوَ مُسْتَحِقٌ وَصْفِهَا وَوَاجِبُ نَعْتِهَا
Sebab, ya memang kekeruhan itu merupakan pembawaan dari dunia. Hidup di dunia ya kekeruhan itu. Orang hidup di dunia kok tidak mau mengalami keruh, itu tidak mungkin terjadi!. Setengah dari pada hikmahnya dunia dibuat begitu keruh oleh Alloh SWT nanti diterangkan.
وَمِنْ كَلاَمِ جَعْفَرِ الصِّادِقِ رَضِى اللهُ عَنْهُ :مَنْ طَلَبَ مَا لَمْ يُخْلَقْ اَتْعَبَ نَفْسَهُ وَلَمْ يُرْزَقْ قِيْلَ لَهُ وَمَا ذَاكَ :قَالَ الرَّاحَةُ فِى الدُّنْيَا
Dawuhnya Sayyidinaa Ja'far Shodiq beliau juga dhurriyyah Sayyidinaa Ali “barang siapa mencari barang yang tidak diciptakan, tidak dibuat oleh Alloh SWT, itu hanya menyusahkan membuat dirinya capai dan tidak akan berhasil “Syekh Jafar Shodiq ditanya apa itu barang yang tidak diciptakan Alloh ?. jawabnya : “Ar-rohah fid-dunya”. Ingin enak dan kepenak di dunia.
Jadi orang hidup di dunia, kok! hanya ingin enak dan kepenak saja, itu tidak mungkin. Mustahil dan usaha barang yang mustahil, tuwas (Cuma) buang-buang waktu dan tenaga percuma, tanpa guna tanpa hasil!
فَيَنْغَىِِ لِلْمُرِيْدِ الصَّادِقِ اَنْ يَلْتَفِتَ لِذَالِكَ وَيَجِدُ فِى السَّيْرِ حَتَى تَطْلُعَ عَلَيْهِ شَمْسُ العَرِفَةِ فَيَنْمَحِى عَنْهُ وُجُوْدُ الاَغْيَارِ وَتَزُوْلُ عَنْهُ اْلاَكْدَارُ بِمُشَاهَدَةِ العَزِيْزِ الْغَفَّارِ
Kalau begitu, seharusnya kita tidak boleh hanya memperhatikan ingin enak dan kepenak saja di dunia, tapi harus terus jalan! jalan terus melalui kekeruhan-kekeruhan hidup, melalui liku-liku suka dan duka, melalui bermacam-macam rintangan dan kesulitan, jalan terus maju FAFIRUU ILALLOH WA ROSUULIHI SAW ! Kalau kita sudah dapat sowan kehadapan Alloh SWT wa Rosuulihi SAW.... “fayunmakaa ‘anhu wujuudul aghyaari”. Apabila kita sudah berada dihadrotulloh, disana akan lenyap kebutekan-kebutekan, akan menjadi hilang kekeruhan-kekeruhan, berganti dengan suasana ceriang-cemerlang dengan memperoleh sinar cahaya “matahari ma’rifah kesadaran”. Adanya kita senantiasa dalam suasana syuuhud, sowan dihadapan Alloh SWT, Alloh Maha Luhur Maha Ghofar Maha Pengampun dosa-dosa. Apabila kita sudah senantiasa berada di hadapan Alloh SWT, hilanglah semua kekeruhan-kekeruhan dan kesulitan-kesulitan dalam hidup didunia ini. Mengapa tidak?. Karena dia orang yang senantiasa dihadapan Alloh SWT itu senantiasa merasa puas, senantiasa ridlo kepada Alloh SWT. Dia sebagai hamba, dan Alloh adalah Tuhannya. Segala sesuatu yang dibuat oleh Tuhannya terhadap hamba-Nya, jika dia orang adalah hamba yang sungguh-sungguh, otomatis senantiasa puas, senantiasa gembira diperbuat apa saja. Bahkan dirugikan sekalipun. Justru yang memperbuat itu Tuhannya yang rohman-rohim, dia senantiasa ridlo dan puas.
Tapi kalau orang belum bisa sowan dihadapan Alloh SWT, sekalipun disisinya serba ada serba otomatis serba, serba berlimpah-limpah, serba... serba.., serba tapi justru
mengajak kepada kejelekan, kerugian dam kenegatifan".
Sekalipun wujudnya baik, tapi sesungguhnya hanya buat kedok saja. Buat kedok terhadap barang yang tidak baik yang tersembunyi dibelakang perkara baik yang menjadi kedok itu.
Kalau orang dikuasai oleh nafsu, sekalipun dia wujudnya beribadah, ... itu hanya buat topeng saja ! ada maksad-waksud lain yang tersembunyi. Ingin supaya dihormat, atan tidak dikecam, supaya dipuji, .... Otomatis ada rasa begitu dibalik dia beribadah.
Para hadirin-hadirot, mari kita koreksi Nabi Yusuf ‘alaihis salam, beliau seorang Nabi yang maksum, dijaga oleh Alloh walau dari maksiat. Sungguhpun begitu, beliau tidak segan-segan, tidak bosan-bosan mencurigai nafsunya yang senantiasa mengajak, kepada keburukan. Lalu kita masing-masing bagaimana apakah kita senantiasa waspada kepada nafsu kita masing-masingkah atau bagaimana Seharusnya selalu waspada ! Selalu kontrol ! waspada setiap saat, setiap gerak dan laku yang kita perbuat ! Kalau kita tidak waspada, otomatis pada saat tidak waspada itupun kita dikuasai oleh nafsu !. Pada saat-saat kita tidak mencurigai mau, otomatis disaat yang begitu itu, dia tertipu oleh nafsu.
Atau, istilah Wahidiyah, apakah kita sudah senantiasa LILLAH BILLAH kalau kita tidak LILLAH BILLAH berarti dia tidak curiga kepada nafsu. Dan kalau tidak curiga otomatis diterkam dikuasai oleh nafsu, dan kita tidak merasa !. Menjadi hamba nafsu ! Linnafsi-binnafsi ! Otomatis.
Itu tadi perlunya adanya koreksi dan perlu sekali adanya perbaikan !. Kalau kita lemah dan tidak ada semangat untuk itu berarti kita dijajah oleh imperialisme nafsu pada saat kita tidak LILLAH BILLAH, otomatis kita linafsi-binnafsi !.
Dus kembali lagi, “ASLU KULLI MAKSIYATIN WA GHOFLATIN WA SYAHWATIN AR-RIDLO 'ANIN-NAFSI”. Sumber segala maksiat dan lupa kepada Alloh SWT, tidak sadar kepada Alloh SWT, ... dan ... menuruti
yang sadar kepada Alloh Ta’ala, wa “arbaabil-quluub” orang orang yang hatinya bersih bercahaya. Alasannya disini disebutkan : sebab, jika orang menyerah kepada nafsu, atau cinta kepada nafsu, otomatis menyebabkan tertutupnya negatifnya nafsu. Otomatis, lalu memandang nafsu atau segala yang bersangkutan dengan nafsu itu baik semua. Ini otomatis, orang kalau cinta tidak kelihatan olehnya keburukan-keburukan dari yang dicintai. Segala sesuatunya menurut perkiraannya baik semua. Sekalipun buruk, tapi karena dia cinta pandangannya tetap baik.
وَعَيْنُ الرِّضَا عَنْ كُلِّ عَيْبٍ كَلَيْلَةٍ , كَمَا أَنَّ عَيْنَ السُّخْطِ تُبْدِى الْمَسَاوِى
Kalau orang senang atau ridlo, sekalipun yang disenangi atau diridloi itu salah atau tidak baik tetap di anggap baik. Keburukan-keburukan tertutup oleh adanya rasa seneng atau ridlo itu tadi. Sebaliknya jika orang tidak seneng, tidak menyukai sesuatu, anti atau geting, sekalipun soal benar atau baik, ya tetap dianggap salah atau tidak baik, lebib-lebih yang sungguh buruk.
Maka orang yang selalu nuruti keinginan nafsunya, dia tidak melihat adanya keburukan-keburukan dan kekurangan-kekurangan pada dirinya sendiri. Yang diketahui hanya kebaikan dan kebenaran yang ada pada dirinya. Malah yang sesungguhnya burukpun dipandangannya baik dan benar.
Sebaliknya kalau orang tidak terpengaruh oleh nafsunya tidak di jajah oleh nafsunya, artinya tidak senantiasa menuruti hawa nafsunya, dengan sendirinya senantiasa curiga kepada nafsunya. Seperti kata Nabi Yusuf 'alaihissalam :
وَمَا اُبْرِّئُ نَفْسِى اِنَّ النَّفْسَ َلأَمَارَةٌ بِاسُوْءٍ {يوسف}
"Saya tidak memberi kebebasan kepada nafsuku saya tidak segan-segan selalu mencurigai kepada nafsuku. Oleh karena nafsu itu selalu
makin banyak serba-serbi, ini itunya, justru makin banyak mendatangkan kekeruhan-kekeruhan! justru makin keruh! Mengapa tidak?. Karena orang makin banyak hartanya, makin banyak dunianya, makin pusinglah dia memikirkan agar hartanya terus bertambah-tambah lagi, agar hartanya aman dan selamat dari gangguan-gangguan, agar usahanya makin lancar. Dia memikirkan bagaimana agar pegawai-pegawai dan para pembantunya tidak menyalah gunakan tidak menyeleweng. Dia di samping itu semua otomatis senantiasa menginginkan keadaan yang lebih tinggi lagi Ngongso-ongso. Ingin memiliki apa-apa yang lebih atas dari apa yang sudah dimiliki sekarang, itu pasti. Meributkan pikirannya! Pokoknya makin banyak dunianya makin repot. Lahiriyah maupun batiniyah! Banyak lamunan-lamunan yang justru membikin makin repot makin keruhnya dirinya sendiri!.
Tapi para hadirin-hadirot kalau orang sudah senantiasa sowan dihadrotulloh senantiasa sadar kepada Alloh wa Rosuulihi SAW otomatis segala kekeruhan-kekeruhan itu hilang dengan izin Alloh. Otomatis kalau dia diberi oleh Alloh SWT.... dia merasa puas sekali. Puas, bukan karena memperoleh peparing pemberian Alloh itu, tapi puas karena dia diberi oleh Tuhannya yang senantiasa dia rindukan.Tuhannya yang senantiasa kasih sayang kepada hamba-Nya. Kalau dia melakukan sesuatu perbuatan atau mengalami keadaan-keadaan yang dia tidak inginkan, kalau dia dicoba menghadapi keadaan-keadaan yang tidak dia inginkan ... dia tetap, gembira sebab yang mencoba yang menguji adalah Tuhannya. Tuhannya yang selalu dia cintai. Otomatis senantiasa... senantiasa ayem tentrem. Tidak ada sama sekali yang ditakuti dan yang dikawatirkan. Sebab dia selalu menyadar dan gembira bahwa semuanya di tangan Tuhan.
Para hadirin-hadirot, kita masing-masing di mana tempat kita ini. Mari kita koreksi!
وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنَا....ال عمران : ٩٧
(Barang siapa yang mau masuk ke maqom Ibrohim, “maqom Ibrohim” yang sesungguhnya bukan maqom yang ada didekat Ka’bah itu, tetapi yang sesungguhnya adalah dihadirot nahi wa robbi. Yah, tempat yang di dekat Ka’bah itu adalah suatu gambaran atau suatu tanda. Tapi maqom yang sesungguhnya adalah maqom khillah “maqom kekasih”. Barang siapa yang mau ikut masuk di maqom kekasih, kekasih Tuhan,..”kaana aanlinan” dia. pasti aman).
Pasti aman. Mengapa tidak? karena, dia dikasih disayang oleh Alloh SWT. Dan segala sesuatu dari Alloh SWT. Baik itu aman atau tidak aman adalah ditangan Alloh SWT.
Para hadirin-hadirot! Kita akhir-akhir ini, terutama soal ekonomi, soal ini soal itu, makin banyak yang membutkan batiniyah maupun lahiriyah. Para hadirin-hadirot, ya begini inilah dunia!. Dunia! Kalau kita tidak ingin kalang kabut, kita harus cepet-cepat FAFIRRUU ILALLOHI WA ROSUULULLOOH SAW ! Sowan dihadapan Alloh SWT. Sekalipun oleh orang lain lahiriyah kita dipandang jungkir balik, saking repotnya, tapi kalau kita mau sowan senantiasa kehadirat Alloh SWT, pasti kita akan ayem tentrem aman, dunia dan akhirot. Ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot dibidang doa kita diridloi Alloh SWT. Amiin!.
Para hadirin-hadirot! Orang di dunia yang masih senantiasa terpengaruh oleh keruhnya dunia, yang sudah begitu sambat-sambat dan sudah tidak mampu menahan deritanya, tapi kalau dia tidak mau cepat-cepat mengungsi ketempat yang aman, yaitu “hadrotulloh” para hadirin-hadirot, lebih-lebih kalau sudah didatangi Malaikat Izroil, jauh lebih keruh, para hadirin-hadirot. Oleh karena itu mari kita cepat-cepat sowan dihadapan Alloh SWT, kita mengikuti masuk ke dalam “maqomnya Nabi Ibrohim” yaitu “maqom kekasih Alloh wa rosuulullooh saw”.
.
AL - HIKAM Hal 31
ِبسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
{أُصْلُ كُلِّ مَعْصِيَةٍ وَغَفْلَةٍ وَشَهْوَةٍ الرِّضَا عَنِ النَّفْسِ}
Asal atau sumbernya segala maksiat, tidak mau menjalankan perintah dari Alloh SWT dan tidak mau menjauhi apa-apa yang dilarang Alloh, ... “WA GHOFLATIN WA SAHWATIN” .., dan sumbernya lupa kepada Alloh, tidak sadar kepada Alloh Ta’ala, dan sumber segala syahwat nafsaniyah, keinginan nafsu, yaitu “ridlo kepada nafsu”. Tunduk kepada nafsu.
Nafsu, seperti sering kita bahas kita dengar kita maklumi, yaitu “NAFSU AMMAAROH”, keinginan yang mengajak kepada perbuatan-perbuatan yang dikecam oleh Alloh SWT, dan merugikan kepada masyarakat. Ada lagi “NAFSU BAHIMIYAH” nafsu rojokoyo. Perhatiannya hanya makan, minum, dan sex dan. lagi “NAFSU SYATHONIYAH” nafsu syetan, yaitu nafsu yang kesukaannya selalu ingin menggelincirkan atau merugikan orang lain. Kemudian “NAFSU SABU’IYAH” nafsu yang keinginannya menerkam, menjatuhkan menjungkirkan orang lain. Menghancurkan orang lain atau menerkam orang lain. Kemudian lagi “NAFSU RUBUBIYAH” atau “ANANIYAH” Nafsu ke-Tuhanan, Nafsu ke-akuan atau egoistis. Keinginannya hanya ingin supaya dihormat, diatas orang lain, ... dan sebagainya. Itu tadi semua nafsu-nafsu yang terkecam, dan sumbernya segala maksiat, tidak sadar kepada Alloh Ta`ala, tidak taat setia kepada Alloh Ta'ala, adalah. tunduk bertekuk lutut kepada nafsunya. Selalu nuruti keinginan-keinginan dari pada nafsu-nafsu tersebut diatas.
Itu tadi menurut pendirian secara ijmak dari para Arifin, orang-orang
lain daerah. Adapun lain daerah yang sekarang tidak ada asramanya, mari kita terus berjuang farirruu Ilallohi wa Rosuulilhi SAW.
Kita semua diparingi mampu. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Pokoknya kemampuan kita mari kita kerahkan sebanyak-banyaknya untuk yang semestinya ! Adapun diluar kemampuan, “LAA YUKALLIFU ALLOHU ILLA WUS’AHAA”. Alloh tidak menyuruh melainkan menurut kemampuan. Terutama kemampuan batiniyah, luas sekali kemampuan kita para hadirin-hadirot!.
Mari para hadirin-hadirot, Kabupaten-kabupaten yang mengadakan asrama itu kita mohonkan dari kejauhan dengan sungguh -sungguh !. Mudah-mudahan kesemuanya itu diberi kemajuan yang sebanyak-banyaknya !. tadi diutarakan, yaitu hubungan perjuangan, pemeliharaan dan pembinaan masalah yang penting sekali. Mari kita sadari, banyak soal-soal yang merugikan juga soal-soal itu sendiri. Suatu bangsa misalnya, bisa hancur ya karena bangsa itu sendiri. Suatu golongan hancurnya juga dari golongan itu sendiri para hadirin hadirot ! Mari, ... perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosulihi SAW ini bagaimana nasibnya para hadirin hadirot ?. Mari kita koreksi sebagai pengamal Wahidiyah apakah hanya lahirnya saja, sedang batinnya adalah “pengkhianat” Wahidiyah, para hadirin-hadirot mari kita koreksi, apakah kita sungguh-sungguh pejuang Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW ! ataukah sesungguhnya pengkhianat yang merugikan sekali pada perjuangan para hadirin-hadirot !...
Mari pada kesempatan ini sungguh-sungguh kita berdepe-depe merintih kepada Alloh wa Rosuulihi SAW !....
AL FAATIHAH………..!.
AL FAATIHAH………..!.
AL FAATIHAH………..!.
( MUJAHADAH ! )
{مَاتَوَقِّفَ مَطْلُبُ اَنْتَ طَالِبُهُ بِرَبِكَ وَلاَتَيَّسَرَ مَطْلُبُ اَنْتَ طَالِبُهُ بِنَفْسِكَ }
(Tidak akan menemui jalan buntu, tidak akan menemui hambatan lebih-lebih kagagalan seseorang yang memperjuangkan apa yang dia perjuangkan, selama dia didalam memperjuangkan atau mengusahakan senantiasa FAFIRUU ILALLOH WA ROSUULIHI SAW. Senantiasa berdepe-depe senantiasa memohon kepada Alloh SWT. Sebaliknya 'WALAA TAYA SARO MATLABUN ANTA THOOLI-BUHU BINAFSIKA" dan tidak akan lancar, senantiasa menemui jalan buntu atau kegagalan apabila di dalam usaha atau berjuang apa yang diperjuangkan itu hanya mengandalkan kemampuan dan kekuatannya sendiri tanpa menyerahkan dan memohon pertolongan kepada Tuhannya.
Orang yang memperjuangkan mengusahakan apa saja yang diperjuangkan, selama dia senantiasa “tawakal” senantiasa menyerah bongkokan kepada Alloh SWT, pasti akan lancar usahanya dan tidak akan menemui jalan buntu!. Sekalipun misalnya dalam segi lahiriyah kelihatan dianya buntu tidak berhasil, tapi justru itu para hadirin-hadirot, justru itulah yang paling menguntungkan bagi dia. Sekalipun dalam lahiriyahnya buntu, rugi, kandas ditengah jalan, tapi justru inilah yang paling menguntungkan bagi dirinya indallohi dan fit yaumil qiyaamah terutama! tapi sebaliknya, berjuang atau usaha apa saja kok hanya mengandalkan membanggakan kemampuannya, tidak akan menemui jalan yang lancar, senantiasa buntu senantiasa kandas ditengah jalan. sekalipun kesehatan pada lahirnya lancar dan berhasil apa yang di usahakan yang ia perjuangkan, sukses, tapi justru sukses dan lancamya ini menjerumuskan membahayakan pada dirinya!. terutama diyaumil qiyaamah nanti!
Para hadirin-hadirot, nuwun sewu, soal itu jelas sudah dan tegas! Dan kita mampu memilih satu diantara dua ini! itu mampu!
Tinggal kita pilih yang mana!. Dan kita tahu, milih yang ini buahnya begini, milih yang itu begitu. Itu kita tahu. Sekarang silahkan kita masing-masing!. Mari kita hadirin-hadirot!. Tapi para hadirin-hadirot terutama kita sebagai ummat manusia yang berakal, pasti inilah yang menguntungkan yang menyelamatkan membahagiakan dunia dan akhirot! Otomatis! Mari para hadirin¬-hadirot, kita usaha sekuat mungkin! Kita tidak bisa dan tidak mau tidak bisa terhindar dari salah satu kedua soal tersebut. Kalau tidak ditempat yang selamat dan bahagia pasti ditempat satunya lagi, yaitu sengsara dan celaka dunia akhirot! Kita tidak bisa menyelamatkan diri dari kedua-duanya!. Kita pasti harus menempuh salah satu dari dua hal tersebut. Mari para hadirin-hadirot, barang yang sudah pasti yang tidak bisa kita tolak harus kita laksanakan! Kita pilih yang paling menguntungkan pada diri kita sendiri yang paling bermanfaat yang paling diridloi Allah SWT wa Rosuulihi SAW. Mudah-mudahan kita senantiasa dijangkung oleh Allah SWT wa Rosuulihi SAW. Para hadirin-hadirot!
فَمَنْ اَنْزَلَ حَوَآئِجَهُ بِاللهِ وَالتَجَأَ اِلَيْهِ وَتَوَكِلَّ فِى أَمْرِهِ كُلِّهِ عَلَيْهِ كَفَاهُ كُلِّ مُؤْنَةٍ وَقَرِبَ عَلَيْهِ كُلَّ بَعِيْدٍ وَيَسَّرَلَهُ كُلِّ عَسِيْرٍ
(Maka barang siapa mendasarkan bermacam-macam hajatnya BILLAH kepada Allah dan senantiasa berdepe-depe mengharap rohmat karunia-Nya dan dengan tawakal menyerah bongkokan kepada Allah SWT segala persoalannya, pastilah Allah mendatangkan ketenangan dan ketentraman, mendekatkan apa-apa yang jauh dan memudahkan apa-apa yang sukar).
Ini sedikit kupasan dari “matan” tadi. Barang siapa dalam berjuang atau usaha baik pejuangan secara umum atau perorangan, dia di samping menggunakan kemampuan lahiriyahnya, di samping menggunakan perhitungan lahiriyahnya dia senantiasa menyerah bongkokan kepada Allah SWT. Senantiasa memohon merintih kepada Allah SWT. Senantiasa berdepe-depe kepada Allah SWT, pasti otomatis dijangkung oleh Allah SWT, sehingga di dalam usaha atau berjuang tadi mengalami lancar
sedikit tenaga pikiran dan biaya yang kita diperlukan untuk pembinaan-pembinaan tersebut !. Tapi kalau tidak kita perhatikan, kemungkinan besar kita akan mengalami kegagalan dan kenegatifan !. Malah, kemungkinan sekali balikan pasti, bangunan LILLAH BILLAH dan lain-lain yang telah diberikan kepada kita itu jika tidak dipelihara dan dibina, akhirnya akan mangkrok menjadi “besi tua” istilah bangunan dari besi akan menjadi “sangar” dan “anker” ibarat bangunan gedung yang tidak dihuni dan tidak dipelihara.
Sering kita menerima dawuh-dawuh dari hadrotul Mukarrom Romo Yahi, jangankan kita tidak harus membangun, sedangkan Nabi Yusuf 'alaihis salam tidak henti-hentinya membangun dengan pernyataanya :
{ وَمَا اُبْرِّئُ نَفْسِى اِنَّ النَّفْسَ َلأَمَارَةٌ بِاسُوْءٍ }
Soal pembinaan sangat diperhatikan oleh Badan Pembina Wahidiyyah Pusat. Jangan-jangan para pengamal Wahidiyyah setelah didalam kewahidiyahan merasa bebas dari pada nafsu ! Ini jangan sampai !. Semoga segala kegiatan Asrama Wahidiyah tersebut dan mujahadah-mujahadah di daerah-daerah selalu diterima di jangkung oleh beliau Ghousi Hadhaz Zaman Ra memperoleh Syafa'at Tarbiyah Rosuulullohi SAW, dipanggil oleh Alloh SWT dengan panggilan mardiyata.
Sekian, dan………..Selamat berjuang FAFIRRUU ILALLOOH WA ROSULIHI SAW
Wassalaamu 'alaikum, Wr, Wb.
KEMBALI FATWA/AMANAT ROMO YAHI
Mari para hadirin-hadirot kita perhatikan apa-apa yang telah disampaikan oleh Pusat. Terutama mengenal soal Mujahadah-mujahadah. Dari kabupaten Kediri yang kalau tidak salah nanti tempatnya disini, mari kita manfaatkan yang sungguh-sungguh kesempatan yang baik ini. Begitu juga saudara-saudara dari luar daerah yang tadi diutarakan seperti Jombang, di Malang, dan mungkin dilain-
Wahidiyah yang berdekatan dengan pusat sini. Hubungan ini dianjurkan kepada saudara-saudara yang berminat terutama saudara-saudara se-Pengamal Wahidiyah daerah Kodya dan Kabupaten Kediri mengikuti Asrama Pembinaan dan Peningkatan tersebut !. Terutama bagi para Pimpinan Jaman dan Panitia-panitia Penyiar dan Sponsor-sponsor Wahidiyyah!.
Bagi para hadirin-hadirot yang bukan dari Daerah Kediri juga dimohon bantuannya moril atau materiil, terutama dimohon do'a restunya bagi suksesnya Asrama Wahidiyyah Daerah Kabupaten/Kodya Kediri tersebut, dan umumnya semua Asrama-asrama Wahidiyah yang diadakan di daerah-daerah, semoga benar-henar diridloi Alloh wa Rosuulihi SAW dan membuahkan manfaat yang sebesar-besarnya fid-dini wad-dunya wal akhiroh, terutama bagi perjuangan Farirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW ! Sehingga dalam waktu yang tidak lama lagi ummat dan masyarakat termasuk dalam panggilan : “YAA AYYATUHAN-NAFSUL-MUTHMAINNAH IRJI’III ILAROBBIKI RODLIYATAN MARDLIYYAH”... Amiin !!!
Untuk Daerah Jombang Insya Alloh akan dimulai besok malam. Sedang sekarang yang sedang berlangsung Asrama Peningkatan dan Peningkatan yaitu Daerah Kabupaten dan Kota Madya Malang bertempat di Desa Sading Kec. Bululawang Malang. Juga mohon do’a restu dan dukungan dari hadirin-hadirot, khususnya mohon do’a restu dari hadrotul Mukarrom Romo Yahi ! dan mudah-mudahan adanya Asrama-asrama Wahidiyyah tersebut termasuk di antara kegiatan kita dalam melaksanakan dawuh-dawuh yang kita dengar yaitu “TAKHOLLI”. Sehingga dengan sebab asrama itu dapat membongkar soal-soal negatif yang ada di dalam hati kita, dan membangun hal-hal yang diridloi Alloh wa Rosulihi SAW !. Amiin!.
Para hadirin-hadirot !. Ya, sekalipun didalam membangun itu sudah suatu kerepotan, namun dalam pembinaan juga termasuk hal yang harus kita perhatikan !. dan kita juga harus berani rekoso dan kangelan. Tidak
dan gampang, sukses, bermanfaat. Sekalipun pada suatu ketika menemui macet atau buntu, tapi justru ini yang paling manfaat bagi dia! Terutama buat besok pada yaumil qiyaamah!. Tapi sebaliknya para hadirin-hadirot, orang yang nomor dua, yaitu orang yang hanya mengandalkan perhitungannya, mengandalkan kernampuannya, fikirannya dan keahliannya, itu sama sekali kosong sama sekali. Ya cuma Hubungan dia dengan Allah SWT yang sesungguhnya dia senantiasa membutuhkan sekali dari Allah SWT. Tapi oleh dia diputusi sendiri!. Otomatis yang nomor dua ini seialu mengalami buntu dan gagal total. Sekalipun pada suatu ketika atau senantiasa sukses dan lancar, tapi suksesnya itu sesungguhnya mengakibatkan kerugian besar bagi dirinya, terutama pada yaumil qiyaamah para hadirin-hadirot!. Kita tinggal pilih yang mana terserah!. Tapi otomatis akal yang sehat yang normal tentulah memilih yang kesatu tadi, yaitu jalan yang menyelamatkan dan membahagiakan dirinya dunia dan akhirot. Tapi para hadirin-hadirot kalau kita selalu ngglonjom jauh dari apa yang semestinya, kita sendiri yang mengalami kerugian para hadirin-hadirot. Disamping keluarga dan orang lain yang tidak tahu menahu persoalannya ikut juga merasakan pahit getirnya, kita sendiri terutama yang merasakan para hadirin-hadirot! ..Oleh karena itu mari para hadirin-hadirot, sesudah kita mengoreksi kepada diri kita masing-masing dalam, segala bidang, mari mana-mana yang belum tepat mari kita usahakan tepat. Mana-mana yang sudah tepat mari kita pelihara kita jaga, dan kita usahakan kesempurnaannya dan peningkatannya. Kita hidup didunia hanya sekali ini dan hanya sekejap saja kalau dibanding dengan hidup di akhirot nanti. Kalau sudah terlanjur pindah kealam akhirot, kalau sudah didatangi “izroil”, kita tidak bisa kembali lagi para hadirin-hadirot!.
Kalau kita meleset, ya terus meleset terus!, kalau waktu itu kita sampai kejegur dan sampai ketungko datangnya Izroil ... maka kita akan terus terjerumus para hadirin-hadirot.
Oleh karena itu mari para hadirin-hadirot kita menaruh perhatian
yang sungguh-sungguh. Malaikat Izroil datangnya tidak ada pemberitahuan sebelumnya. Segar bugar tahu-tahu mati, banyak. Lebih-lebih ketika sakit masih kanak-kanak masih banyak juga yang mati. Lebih-lebih yang sudah tua. Mari para hadirin-hadirot, kalau sudah terlanjur loncat dari dunia tidak bisa kembali lagi. Coba, apakah saudara pernah mendengar dijaman ini, di barat atau di timur, di Rusia atau di Amerika atau di mana saja, orang yang mati bisa hidup lagi para hadirin-hadirot. Mulai Nabi Adam ‘alaihissalam sampai besok hari kiamat tidak ada orang mati hidup kembali. Kecuali sementara itu ketika zaman Nabi Isa ‘alaihissalam menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal. Untung sekali dia orang itu sebab ketika matinya dia mati dalam keadaan kafir tidak sadar kepada Alloh SWT. Untung mendapat kesempatan dihidupkan kembali oleh Nabi Isa ‘alaihissalam kemudian ia bertaubat. Tapi inipun tidak lama para hadirin-hadirot, beberapa hari kemudian dia mati lagi. Tapi untung sudah dalam keadaan diampuni dosa-dosanya oleh Alloh SWT. Tapi para hadirin-hadirot sejagad ini, ya hanya satu itu, yang bisa hidup sesudah mati lantaran dihidupkan oleh Nabi Isa ‘alaihissalam. Setelah dia mati yang pertama itu para hadirin-hadirot dia mengalami betapa beratnya disiksa di alam kubur para hadirin-hadirot. Untung sekali dia dihidupkan oleh Nabi Isa ‘alaihissalam, dan kemudian segala kemampuannya digunakan dengan sungguh-sungguh untuk Fafiruu Ilalloh wa Rosuulihi SAW.
Hanya satu itu para hadirin-hadirot!, kalau kita tidak sungguh-sungguh karena ragu-ragu, karena kita tidak konsekwen dengan keyakinan kita, percaya tapi tidak konsekwen itu berarti ragu-ragu. Nanti kalau sudah pindah ke alam akhirot, kita tidak bisa kembali lagi ke dunia para hadirin-hadirot. Oleh karena itu mari para hadirin-hadirot. Ya mudah-mudahan pengajian pagi hari ini benar-benar diridloi oleh Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, membuahkan kemajuan yang sepesat-pesatnya yang sesempurna-sempurnanya untuk fafirruu ilallohi wa rosuulihi saw. amiin.
Dan selanjutnya soal waktu dan tempat dipersilahkan kepada beliau dari Pusat.
tidak bisa diundur lagi sekalipun setengah detik, para hadirin-hadirot !..
Mari para hadirin-hadirot !. Ya mudah-mudahan pengajian pagi ini benar-benar mendapat fadlol dari Alloh SWT yang sebanyak-banykanya ! Dari, Rosuulillahi SAW yang sebanyak-banyaknya, dari Ghousi Hadhaz-Zamani Ra yang sebanyak-banyaknya, dari ... seluruh Kekasih Alloh ta’ala yang sebanyak-banyaknya ! Amiin ! Amiin ! Amiin ! Yaa Robbal Alammin !
Ya maaf, mohon maaf yang sebanyak-banyak ! Dan kiranya cukup sekian dulu pengajian Minggu pagi ini, selanjutnya soal waktu dan tempat dipersilahkan kepada beliau dari pusat !.
SAMBUTAN DARI PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT
Di sampaikan. oleh Bapak K. H. Zainal Fanani.
Hadrotul Mukarrom Romo Yahi, al mukarromiin wal mukarromaat para bapak, para ibu yang kami hormati, para kanak-kanakku, para remaja yang kami sayangi !. Pada kesempatan ini saya atas nama kawan-kawan yang ada di Pusat Wahidiyah perkenankanlah mengutarakan soal-soal yang ada hubungannya dengan perjuangan kita Wahidiyyah. Yaitu mengenai bidang pembinaan yang dewasa ini sedang dilaksanakan dengan giat di daerah-daerah khususnya di daerah-daerah Kabupaten. Antara lain daerah Tulungagung sudah melaksanakan Asrama Peningkatan dan Pembinaan. begitu juga di daerah Malang sedang berlangsung Asrama Tingkat Kabupaten, Asrama Daerah Kabupaten Kediri akan dimulai nanti malam dan lamanya 6 hari dimana yang 4 hari bertempat di-Pusat Wahidiyah Kedunglo, disini yaitu pengisian bidang ilmiah-ilmiah di samping meningkatkan Mujahadah dan juga Pelajaran Praktek Memberi Kuliah Wahidiyah dan sebagai imam Mujahadah di berbagai Jamaah
“WAMAN BAKHOLAHUKAANA AAMINAN” !. Amiin !
Jadi kalau kita sungguh-sungguh ingin hidup yang semestinya, kita harus .... yang seperti itu tadi !. istilah lain kita harus senantiasa menghancurkan, mengusir, membongkar ... soal negatif yang tidak semestinya itu tadi ! Kita isi soal-soal yang semestinya, yang menguntungkan !. senantiasa “TAKHOLLI”, ... yaitu mengosongkan, menggempur yang negatif dan senantiasa membangun !. Bangunan-bangunan yang negatif harus kita gempur !. Selanjutnya kita harus senantiasa membangunan bangunan-bangunan yang diridloi Alloh wa Rosuulihi SAW Bangunan-bangunan yang diridloi Alloh SWT kita suburkan, kita sempurnakan, kita up grade istilah sekarang !. Yaitu bangunan “ikhlas”, bangunan “ridlo”, bangunan “tawakkal”, bangunan -bangunan yang diridloi Alloh SWT !.
Bangunan-bangunan yang merugikan harus kita buldoser, kita hancurkan !. Bangunan “Linnafsi binnafsi” serta takabbur, ujub riya' dan sebagainya harus kita hancur leburkan!.
Para hadirin-hadirot, kalau kita memang sungguh-sungguh ada kemauan, otomatis senantiasa usaha !. Senantiasa menggali, senantiasa berinisiatif !. Mari para hadirin-hadirot kita koreksi Dan mari kemampuan yang ada pada kita ini kita laksanakan Para hadirin-hadirot, sekalipun sudah maklum, dan saya sendiri mengobrolkan disamping uraian-uraian dari Pusat, mari para hadirin-hadirot, kesempatan yang kita milili ini kita gunakan untuk itu para hadirin-hadirot !
Para hadirin-hadirot!. Sesugguhnya kemampuan yang kita miliki ini adalah justru untuk itu mari hadirin-hadirot !. Kalau tidak untuk itu, namanya kaki dibuat kepala kepala di buat kaki. Kaki mestinya di bawah kita balik diatas. Kepala seharusnya diatas, kok kita taruh, di bawah jadi kaki para hadirin-hadirot!. Kita akan, tahu benar-benar, nanti kalu sudah mati, para hadirin-hadirot !. Kalau kita memang ragu-ragu, silakan teruskan ragu-ragu, tapi nanti awas ! Kalau sudah datang saatnya,
SAMBUTAN DARI PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT
Disampaikan oieh bapak. kh. zainal fanani.
Pokok-pokok isi sambutan sebagai berikut :
Para hadirin-hadirot yang saya hormati, pada kesempatan ini dari kawan-kawan yang ada di Pusat Wahidiyah sehubungan dengan pengajian dan suasana kita dalam akhir tahun mari pejuangan kita, mujahadah kita, kita laksanakan dengan yang lebih berhati-hati! Kita tingkatkan dalam segala bidangnya!, baik penyiaran dan peningkatan. Sehingga dapat sesuai dengan apa yang dikehendaki dalam pengajian tadi kalau di awal tahun kita tepat dan terus meningkat dengan baik, maka di akhir tahun akan menemui sukses. Ya mudah-mudahan dengan adanya pengajian pagi ini mudah-mudahan diparingi meningkat segalagalanya. Amiin.
Soal kedua yaitu ada berita dari saudara kita pengamal Sholawat Wahidiyah yang bemama Ibu AMBAR dari Cepoko Nganjuk !. Memberi khabar kepada para hadirin-hadirot khususnya Hadrotul Mukarrom Romo Yahi, bahwa Ibu Ambar mendahului kita, mendahului dipanggil oleh Alloh. Dari itu mohon do’a restu khususnya kepada Hadrotul Mukarrom Romo Yahi, mudah-mudahan saudara kita tersebut diampuni segala dosa-dosanya oleh Alloh SWT. Mudah-mudahan diakui sebagai ummatnya Rosuululloh SAW, mudah-mudahan senantiasa ditarbiyah dan mendapat nazroh dari beliau Ghoutsi Hadzaz Zaman.
Yang ketiga kalinya, beliau Bapak Sukadi, saudara tua kita sebagai Pengamal Wahidiyah juga mohon do’a restu kepada hadirin-hadirot khususnya kepada Hadrotul Mukarrom Romo Yahi, beliau akan melaksanakan Ihram Haji ke tanah suci yang berangkatnya besok hari Selasa lusa ini. Disamping mohon do’a restu ya ngaturi mengundang kepada hadirin-hadirot untuk dapat ikut menghormat keberangkatan beliau Bapak Sukadi dari rumahnya. Mudah-mudahan didalam beliau melaksanakan ibadah haji ini benar-benar merupakan haji yang mabrur
yang diridloi oleh Alloh SWT. Disamping itu kita yakin bahwa beliau Bapak Sukadi sudah menduduki di “Maqom Ibrahim” yang hakiki, yaitu “khillah” maqom kekasihnya Alloh SWT Mudah-mudahan kembalinya Bapak Sukadi dari Mekah al Mukaroomah melaksanakan ibadah haji itu mudah-mudahan membawa barokah, membawa manfaat buat beliau sekeluarga, buat kita semua dan khususnya bagi perjuangan kita Perjuangan Wahidiyah untuk lebih menambah lancar dan suksesnya sehingga diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW.
Untuk kedua berita tersebut di atas mohon bantuan bacaan Fatihah dari hadirin-hadirot AI Faatihah, Bismillahir Rohmaanir Rohiim ......
Mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas perhatian hadirin-hadirot terutama atas nama keluarga dari Ibu Ambar dan keluarga Bapak Sukadi sekalian sendiri. Sekali lagi terima kasih atas bantuan Fatihah dari para hadirin-hadirot. Dari para beliau yang bersangkutan menyampaikan "Jazaa Kunwllohu Khoiroti Wa Wadata Wid-Dunya Wal Akhmom, Amin !.
Cukup sekian
Wassalamu'alaikum. Wr. Wb
KEMBALI AMANAT DARI ROMO YAHI
Nuwun sewu para hadirin-hadirot, mari apa-apa yang telah disampaikan dari Pusat tadi kita perhatikan benar-benar!. Para hadirin-hadirot kita mendengar tadi bahwa Ibu Ambar dari Cepoko Nganjuk telah meninggal dunia yang fanak pindah ke alam baqok. Ya mudah-mudah oleh Alloh SWT diterima dengan:
يَااَيَتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَةُ .ارْجِعىِ إِِلَى رَبِّكَ رَاضِيَةَ .فَادْخُلِى فِى عِبَادِى وَادْخُلِى جَنَّتِى {الفجر. ٢٨-٣٠}
(Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang
Seorang rakyat yang dekat dengan pamong, lebih-lebih kepada Kepala Desanya, rakyat lainnya yang bermaksud berbuat jahat kepadanya tidak berani !. Lebih-lebih makin dekat dengan pejabat yang lebih atas lagi, makin ditakuti dan disegani oleh lainnya !. Orang lain tidak berani sembarangan. Lebih-lebih dekat kepada Alloh SWT,... lebih-lebih para hadirin-hadirot !.
Begitulah nabi Ibrohim ‘alahis salam. “MAQOM IBROHIM”. Beliau, disebutkan
وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا
Barang siapa masuk kedalamnya pasti aman. Mengapa tidak para hadirin-hadirot !. Sebab orang yang masuk kesitu otomatis menjadi Kekasih Alloh SWT yang Maha Kasih Sayang, Maha Kuasa !. Maha Menjaga, para hadirin-hadirot !. Lha Nabi Ibrohim ‘alaihis salam kok dimasukkan api tersiksa begitu ?. Ini lain bidang lain hal para hadirin-hadirot !.
Para hadirin-hadirot !. Mengenai soal yang merugikan. Tidak selalu hal yang enak itu menguntungkan. Tapi banyak soal yang enak dan kepenak malah merugikan, ... banyak, para hadirin-hadirot !.. Sebaliknya soal yang tidak mengenakkan itu kok mesti merugikan, belum tentu para hadirin-hadirot!. Banyak soal-soal yang tidak enak tapi menguntuhkan !. Seorang petani, mencangkul, rekoso, payah, tapi menguntungkan baginya !. Seorang yang bekerja berat, tapi menguntungkan pada mereka !. Malah disamping itu mereka puas !. Puas menjalankan apa yang nampaknya sengsara dan berat itu !. Kanjeng Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dimasukkan api yang mulat-mulat,itu menguntungkan sekali kepada beliau para hadirin-hadirot !.Dan toh ketika beliau dimasukkan kedalam api itu sama sekali tidak merasa panas sedikitpun !. terasa dingin nikmat hadirin-hadirat ! tidak terasa panas sedikitpun !. Terasa disyurga para hadirin-hadirot makin dekat sekali kepada Alloh SWT !. Ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot di samping syafaat dari Rosululloh SAW , kita mendapatkan barokahnya dari Nabi Ibrohim ‘alaihis salam yang
bunuh, apabila tidak bisa kita arahkan ! kalau tidak manfaatkan ! Harus kita kikis habis !. Tapi kalau tidak mampu untuk mengarahkan untuk memanfaatkan harus kita manfaatkan kita arahkan untuk mengabdikan diri kepada Alloh SWT !.
Sedangkan sifat-sifat nafsu yang diridloi Alloh SWT harus kita pupuk kita suburkan terus dan harus terus ditingkatkan, ditingkatkan mutunya, ditingkatkan kebaikannya !. Itu bisa dilaksanakan oleh mereka yang sudah bebas dari nafsunya !
Alloh SWT,... senantiasa mengundang memanggil-manggil. “Wahai hamba-KU,... wahai hamba-KU !."
Para hadirin-hadirot, jika seandainya orang tahu, mengerti kepada firman-Nya Alloh SWT yang tanpa huruf dan suara dan tanpa susunan, hamba-Nya yang dipanggil yang ditimbali, jika sekiranya tahu, ... mati seketika para hadirin-hadirot !. Saking nikmatnya, saking lezatnya, saking terharunya, para hadirin-hadirot !. Mengapa tidak para hadirin-hadirot !. Kita diundang oleh Kepala Desa misalnya. Undangan yang tidak merugikan, yang tidak menakutkan ini bangga kita. Seorang rakyat desa dipanggil, ditimbali oleh Kepala Desanya, Oleh Pak Lurahnya, diajak jagongan, ini bangga para hadirin-hadirot. Ini baru kepala desa yang memanggil !. sudah begitu kemaremannya lebih-lebih makin atas. Lebih-lebih para hadirin-hadirot. Alloh SWT yang Maha Luhur para hadirin-hadirot !. Maha Sempurna !. Maha Pemurah dan Pemberi selalu, para hadirin-hadirot. Lebih-lebih para hadirin-hadirot, dipanggil oleh Tuhan yang, hidup kita ini tergantung hanya kepada-NYA, para hadirin-hadirot !. Betapa para hadirin-hadirot !. Mari para hadirin-hadirot. Sekalipun kita jauh dari pada itu, mari para hadirin-hadirot, kita sadari !. Kalau tidak, kita sudah keterlaluan para hadirin-hadirot !.
Kalau orang sudah bebas dari imperialis nafsu, “WA TAKUUNU MIN HADROTIHI QORIBAN”. Dekat, dekat dari Alloh SWT. Kalau orang dekat dari Alloh SWT jangan ditanyakan lagi kebahagiaan dan keuntungannya.
puas serta diridloi-NYA. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-KU, dan masuklah ke dalam surga-KU).
Keluarganya yang masih ada di dunia mudah-mudahan senantiasa diridloi Alloh SWT, senantiasa mendapat jangkungan dari Alloh SWT wa Rosuulihi SAW.
Para hadirin-hadirot juga dikatakan dari Pusat bahwa bapak Sukadi atau bapak Harjodinomo sekalian akan pergi melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Mari para hadirin-hadirot sedapat-dapatnya beliau kita dukung dengan batiniyah terutama, mudah-mudahan bapak Harjodinomo Sukadi sekeluarga atau sekalian yang akan berangkat besok lusa mudah-mudahan senantiasa dikaruniai selamat lahir batin oleh Allah SWT, diridloi lahir batin oleh Alloh SWT tidak ada halangan suatu apa, mudah-mudahan dikaruniai haji yang “mabrur”, haji yang diterima dan diridloi Alloh wa Rosuulihi SAW, haii yang membuahkan manfaat yang besar fid-diini wad-dunya wal akhiroh. Semoga selamat mulai berangkat dari rumahnya sampai kembali kerumahnya, mudah-mudahan makin diridloi Alloh SWT, makin diampuni Alloh Ta’ala.
Para hadirin-hadirot nuwun sewu Bapak Harjodinomo, bapak Sukadi, saya dan kawan-kawan mohon restu terutama nanti pada saat ditanah suci saya dan semua kawan-kawan harap dimohonkan kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, mudah-mudahan terutama Perjuang-perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuullhi SAW ini lebih didukung lebih diridloi Alloh SWT, mudah-mudahan mendapat kemajuan yang sepesat-pesatnya! Harap saudara mohonkan di hadapan Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, demi lebih pesatnya perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW !. Amiin ! Maaf Bapak Harjodinomo, disamping itu kami yang tinggal ini semua ditanah air kita, dalam perjuangan ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya!. Sebab mungkin, kalau kami tidak mohon maaf pada kesempatan ini, mungkin sudah tidak mendapat kesempatan lagi, mungkin. Mungkin pada waktu Bapak Harjodinomo kembali dari tanah suci saya hanya tinggal nama saja. Ini mungkin. Oleh karena itu kami
yang tinggal disini semua mohon sebesar-besaranya maaf! Ya, mari kita semua saling maaf-memaafkan, saling halal-bihalal saling do'a mendo’akan satu sama lain. Sekali pun Bapak Harjodinomo sekalian pergi ketanah suci, tempat yang jauh sekali, mari senantiasa sowan kehadirat-hadirot Alloh SWT wa Rosuulihi SAW!.
Para hadirin-hadirot! Mari sekarang juga kita sowan dihadapan Alloh SWT wa Rosuulihi Saw. Mari kita sama-sama bertobat mohon ampun!. Mari kita memohon demi untuk kita, untuk keluarga kita, untuk umnat dan masyarakat, bahkan untuk jami’al alamiin!.
AL FAATIHAH ....................!
AL FAATIHAH ……………..!
AL FAATIHAH ……………...!
ALLOHUMMA YAA WAAMDU YAA AHAD . ........................
(Mujahadah Wahidiyah)
kenikmatan dan kebahagiaan yang sungguh-sungguh yang tidak dialami oleh orang lain yang tidak merasakan “rodlina ...” seperti di atas.Sekalipun keadaan lahiriyah Ala terutama soal ekonomi misalnya, senantiasa kelihatan berat, selalu buntu jalan usahanya, tetapi sesungguhnya dia berada di dalam syurga dunia. Bahagia! “JANNATUN MUAJJALAH”. itu kalau orang sungguh-sungguh mengecakkan “RODLUNAA BILLAAHI ROBBAN WA BIL ISLAAMI DINAN”… Puas sepuas-puasnya Islam sebagai agama kita. Menyerah bongkokan kepada Alloh SWT ! Dengan arti sepuas-puasnya, melaksanakan apa saja yang dikehendaki Alloh SWT. Puas sepuas-puasnya menjauhi apa saja yang dilarang oleh Alloh SWT !. Seandainya disuruh bunuh diri sekalipun, dia tetap merasa puas sepuas-puasnya, gembira seriang-riangnya !. Karena ini diperintah oleh Alloh SWT, Tuhan kita yang rohman-rohim.
“WA BI MOHAMMADIN NABYYAN”
Puas sepuas-puasnya Kanjeng Nabi Mohammad Rosuululloh SAW sebagai Nabi kita. Nabi yang penghabisan. “SAYYIDDUL ANBIYAK WAL MURSALIN”. Puas sepuas-puasnya kita dijadikan ummatnya Rosullulloh SAW !.
Begitu seharusnya para hadirin-hadirot !. Jangan sampai hanya kita baca di bibir saja !. Di samping kita baca, kita harus fahami benar-benar, kita rasakan benar, para hadirin-hadirot. Sudahkah kita merasakannya para hadirin-hadirot ?. Mari para hadirin-hadirot kita usaha sekuat mungkin !.
“UKHURUJ MIN AUSHOOFI BASYARIYYATIKA” ......
Jika engkau ingin menjadi hamba Alloh yang sejati yang senantiasa diperkenankan sowan menghadap dihadapan Alloh SWT, ingin di ridloi oleh Alloh SWT, ingin dikumpulkan para Kekasih Alloh SWT, ingin diselamatkan dari godaan iblis dan nafsu yang selalu menjerumuskan kita, maka kita harus berjuang sekuat mungkin untuk mengikis habis sifat-sifat nafsu yang senantiasa merugikan itu !. Kita kikis habis ! kita
dikoreksi dan kemudian bertobat mohon ampun kepada Alloh SWT. Dan jika perlu juga minta maaf kepada yang bersangkutan !. Sebab mungkin, merugikan orang lain tapi tidak merasa babwa merugikan. Mungkin !. yah pokoknya segala sesuatu yang terkecam yang merugikan, baik merugikan dirinya sendiri maupun dan lebih-lebih merugikan orang lain moril maupun materiil, harus kita buang jauh-jauh, harus kita hindari jauh-jauh jika kita ingin selamat dan bahagia, ingin senantiasa dapat mendengarkan atau bahkan menuruti “NIDAAUI HAQQI” panggilan Tuhan Alloh SWT. Kalau ingin bahagia abadi dunia akhirot, kita harus cancut tali wondo. Bertekad dan berjuang menghancur luluhkan sifat-sifat nafsu yang terkecam.
Nafsu itu sesungguhnya jiwa atau roh jiwa itu mempunyai keadaannya sendiri-sendiri. Keadaannya yang buruk, dinamakan “NAFSU AMMAROH”. Nafsu yang selalu mengajak menyeret kepada keburukan. Mengajak kepada perbuatan-perhuatan yang terkecam dan merugikan. Ada lagi “NAFSU SYAITHONIAH”. Yang baik di sebut “NAFSUL MUTMAINNAH”. Nafsu yang tenang tentram. “NAFSUL MARDIYYAH” nafsu yang diridloi. Yang diridloi Alloh SWT. Nafsu yang senantiasa ridlo kepada Alloh SWT. Dia senantiasa menyadari bahwa dirinya sebagai hamba, dan Alloh SWT sebagai Tuhannya. Seperti itu yang banyak diajarkan pada kanak-kanak .
رَضِيْنَا بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنَا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا
“RODLIINA BILLAHI ROBBAN”… saya rela saya rodlo saya puas sepuas-puasnya kepada Alloh sebagai Tuhan kita saya puas sekali mempunyai Tuhan Alloh SWT. Saya puas sekali menjadi hambanya Tuhan Alloh SWT yang Maha Rohman-Rohim ... ini tidak hanya diucapkan atau diangan-angan, tapi harus dirasakan dengan sungguh-sungguh !. Jika orang mau merasakan dengan sungguh-sungguh, pasti dia ... dia menemukan syurga, bahagia dunia dan akhiratnya. Tidak usah menunggu nanti di akhirot di dunia pun dia sudah mengenyam
AL- HIKAM I HAL. 25
ِبسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
{مِنْ عَلاَمَاتِ النَّجَحِ فِى النِّهَايَةِ الرُّجُوْعُى اللهِ فِى الْبِدَايَاتِ }
(Setengah dari pada tanda-tandanya akan bahagia akan sukses pada akhirnya, yaitu senantiasa kembali kepada Alloh dalam permulaannya).
Ini merupakan kelanjutan dari dawuh Mushonnef dalam Pengajian Minggu yang lalu, "MAA TAWAQQOFA MATHLABUN ANTA THOOLIBUM BIROBBIKA".
Apa saja yang kita usahakan kita perjuangkan dengan senantiasa tawakkal memohon pertolongan kepada Alloh SWT, tidak akan bongkokan kepada Alloh SWT, tidak akan menemui jalan buntu, tidak akan menemui hambatan, pasti berhasil dengan suksesnya yang diridloi Alloh wa Rosuulihi SAW.
"MIN 'ALAAMAATIN -NAJA FIN-NIHAAYAAT-AR-RUJU’ILALLOHI FIL BIDAAYAAT".
Tandanya suatu usaha perjuangan akan berhasil dengan sukses, yaitu pada permulaan melangkah dalam usaha itu senantiasa pasrah bongkokan kepada Alloh SWT, senantiasa memohon pertolongan kepada Alloh Ta’ala. Tidak membanggakan atau mengandalkan kepada amal ibadahnya, kepada usahanya, kepada amal ibadahnya, kepada usahanya, kepada teori atau ilmunya, kepada perhitungannya ... dan sebagainya dan sebagainya!. Ini berlaku secara umum dalam segala bidang. Baik bidang wusul sadar kepada Alloh Ta'ala terutama, maupun bidang-bidang lain yang dibutuhkan buat kepentingan hidup soal moril maupun materiil, soal dunia, maupun soal akhirat!.
“AR-RUJUU’ILALLOH” - Istilah Wahidiyah senantiasa LILLAH BILLAH, LIRROSUL BIRROSUL dan senantiasa berdepe-depe memohon pertolongan kepada Alloh SWT. Sama sekali tidak membanggakan amal ibadahnya, tidak membanggakan usaha dan perjuangannya, tidak membanggakan teori dan perhitungan-perhitungan!. Barang siapa senantiasa begitu dalam permulaan otomatis akan memperoleh hasil dengan suksesnya. Sebaliknya barang siapa membanggakan amaInya membanggakan usahanya akan mengalami kerugian tapi tidak merasa.
Para hadirin-hadirot, mari kita melihat diri kita masing-masing, sudah tepatkah dalam amal-amal atau usaha atau perjuangan kita?. Terutama dalam perjuangan Wahidiyah dalam perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW ini. Mari para hadirin-hadirot kita berusaha memperbaiki mana-mana yang belum tepat dan mari kita tingkatkan kita sempurnakan apa-apa yang sudah tepat.
مَنْ اَشْرَقَتْ بِدَايَتُهُ اَشْرَقَتْ نِهَايَتُهُ
(Barang siapa pada permulaannya cemerlang akan cemerlang pula pada akhimya).
Cemerlang atau bersinar dengan giat menjalankan amal-amal ibadah yang dengan sungguh-sungguh ikhlas dengan penuh tawakkal pasrah bongkokan kepada Alloh Ta'ala. Istilah Wahidiyah melaksanakan amal-amal ibadah atau usaha atau kegiatan-kegiatan dengan dijiwai LILLAH BILLAH LIRROSUL BIRROSUL. Amal-amal ibadah atau usaha atau perjuangan yang dapat mendekatkan diri kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Barang siapa yang pada permulaannya bersinar dengan amal-amal seperti itu, akhirnya akan memperoleh sukses yang bersinar yang gilang-gemilang. Yaitu wusul atau sadar kepada Alloh SWT berhasil, sowan di hadirat Alloh SWT... dengan mendapat ridlo-NYA. Ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot kita dikaruniai menjadi orang yang sungguh-sungguh sadar kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, sadar, dan menyadarkan
keistimewaan ini berarti ujub. Dan otomatis mengaku. Tidak menyadari bahwa Alloh lah yang memberi. Takabbur ialah merasa lebih besar lebih baik lebih dari pada lainnya. Lebih berjasa, lebih kaya, lebih pandai, lebih terhormat dari lainnya. Ini, takabbur. “Aku mujahadah sedang kawanku tidak mujahadah”. Merasa begini, ini namanya takabbur ini ! Saya melakukan kebaikan ini; tapi kawan saya itu tidak. Ini takabbur dobel. Ya ujub ya takabbur !
Pernahkah kita para hadirin-hadirot, merasa seperti itu ?. Mari kita koreksi ! Kalau iya, mari kita bertaubat ! Mari membulatkan tekad, tidak akan mengulangi lagi ila yaumul qiyaamah ! Mudah-mudahan kita mendapat jangkungan Alloh wa. Rosuulihi SAW yang sebanyak-banyaknya !.
Takabbur atau ujub atau riya’, itu membatalkan amal ! Amal yang dicampuri ujub atau takabbur atau riya’. Tidak diterima Alloh SWT. Bahkan disamping tidak diterima, amal yang didasari ujub dan riyak lebih-lebih takabbur tadi, besok pada yaumul qiyaamah amal itu akan dirupakan siksa untuk menyiksa orang yang beramal bersangkutan. Kita pernah atau tidak ujub takabbur atau riya’ . Takabbur atau ujub atau riya’ ada yang terang-terangan, ada yang samar-samar atau sindiran. Ada yang dengan bicara lisan, ada yang dengan bicara keadaan dan bicara isyarat, semuanya itu tetap takabbur. Sekali takabbur tetap takabbur sekalipun dengan gaya dan cara bagaimanapun juga, tetap takabbur ! Lha ini perlu adanya senantiasa koreksi.
Disamping BILLAH dan LILLAH didalam wahidiyah ada dua arah dari atas dan dari bawah di samping mengutaman dari atas yaitu BILLAH , juga tidak mengurangi yang dari bawah LILLAH termasuk dari bawah yaitu senantiasa meniti-niti kemungkinan timbulnya ujub riya’ takabur selalu di koreksi pernah atau tidaknya kita ngarasani atau adu-adu atau mengumpat atau merugikan lebih-lebih merugikan orang lain, menusuk atau merluakai perasaan orang lain ini semua harus selalu
hambanya memaksa seluruh makhluqnya. Jika Dia menghendaki ... di cipta, dan jika Dia menghendaki ... dihancurkan sama sekali. Tidak yang dapat menghalang-halangi.
اِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنْ
Jika Alloh Ta’ala menghendaki sesuatu, cukup mengatakan “KUN” beradalah … “FAYAKUUNU” … maka TERWUJUDLAH sesuatu ini.
Mari hadirin-hadirot kita tidak hanya terapung-apung saja. Tapi mari usaha sampai mendasar di…lautan “WAHDAH” lautan “TAUHID” KE-ESAAN TUHAN ! jangan sampai kita istilahnya orang membakar kereta …. “magel” tidak masak mentahpun tidak.
اُخْرُجْ مِنْ أَوْصَافِ بَشِرِيّتِِكَ عَنْ كُلِ وَصْفٍ مُنَاقِضٍ لِعُيُوْدِيَّتِكَ لِتَكُوْنَ لِنِدَآءِ الْحَقٍّ مُجِيْبًاوَمِنْ حَضْرَتِهِ قَرِيْبًا
Jika engkau ingin bahagia dunia akhirot terutama, jika engkau ingin inenjadi hamba Alloh yang sejati, tidak menyembah kepada imprialis nafsu, kepada berhala iblis, bebaskanlah dirimu, keluarlah dari nafsumu yang terkecam ! baik lahiriyah maupun batiniyah. Kalau disebut “nafsu” dengan sendirinya mengenai batiniyah. Sedangkan lahirnya hanya merupakan akibat atau efek dari nafsu. Di sini disebutkan lahiriyah, tetapi sesungguhnya itu akibatnya. Mengumpat, membicarakan orang lain, ngrasani, membunuh, merugikan dan lain sebagainya. Akibat atau efek nafsu yang batin, merasa besar, takabur, ujub dan lain-lain sebagainya. Takabur merasa besar, dan membanggakan diri, sombong dan congkak lebih-lebih. Definisi dari.... ujub, adalah ;
الْعُجْبُ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ لَهُ فَضْلاً {أوكما قال}
Ujub, ialah merasa mempunyai kelebihan atau kebaikan atau keistimewaan. Orang yang tidak dirinya jelek, berarti merasa mempunyai
umat dan masyarakat Amin!.
مَااسْتُوِدعَ فِى غَيْبِ السَّرَآئِرِ الظَوَاهِرِ
Barang yang disimpan di dalam hati dapat jelas dilihat dari lahiriyahnya. Dapat jelas dilihat dari lahiriyahnya, dari glagatnya kalau orang mentalnya baik, otomatis mempengaruhi kepada sikap dan tindakan lahimya. Kalau mentalnya buruk, otomatispun perbuatannya juga begitu. Pada umumnya begitu, dan ini logis bisa dimaklumi. Seperti dawuh Rosuululloh SAW :
إِنَ فِى الْجَسَدِ لَمُضْغَةً اِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ اَلجَسَدُ كُلُهُ ,وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَيِّدُ كُلُّهُ,اَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ .الحديث
(Sesungguhnya ada segumpal di dalam tubuh yang apabila segumpal daging itu baik, menjadi baik pulalah seluruh tubuh, dan apabila jelek menjadi jeleklah seluruh tubuh. Ketahuilah dan ingat-ingatlah yaitu HATI).
Kalau hati baik, otomatis semua terpengaruh baik. Kalau buruk ya buruk.
Di dalam bidang pergaulan atau berkawan di dalam memilih kawan dapat diketahui dari lahirnya. Kalau pada lahirnya kelihatan ada tanda-tanda negatif otomatis mentalnya tidak baik. Kalau lahirnya ada tanda-tanda baik, batinnya atau mentalnya juga baik. Ini sudah umum banyak kita ketahui.
Tapi ada yang terbalik, lahirnya buruk tapi sesungguhnya batinnya baik. Ini mungkin saja ada, sebab ada apa-apanya. Ada maksud-maksud tertentu dari yang bersangkutan. Mungkin juga ada lahirnya baik tapi sesungguhnya batinnya tidak baik. Ini mungkin karena ada apa-apanya, ada maksud-maksud tertentu. Ada latar belakang. Dan biasanya keadaan seperti ini tidak lama. Tidak seperti yang pertama tadi. Yang dalamnya baik tapi tetapi lahirnya tidak baik, ini ada latar belakangnya. Latar belakang
yang menguntungkan. Contohnya Nabi Hidzir ‘Alaihimussalam ketika hubungan dengan Nabi Musa ‘Alaihimussalam. Nabi Hidzir ketika itu pemah memperlihatkan lahirnya seperti kejam dan tidak kenal peri kemanusiaan, membunuh anak tanpa dosa, melobangi perahu tanpa dosa dan perahu itu haknya orang yang miskin. Lha! ini karena ada latar belakangnya, latar belakang yang lebih menguntungkan. Tapi jarang sekali yang bisa seperti itu, dan terbatas sekali.
Tapi bagi yang lahirnya baik dan dalamnya buruk otomatis ada latar belakangnya. Latar belakangnya yang menguntungkan dia. Yaitu seperti penipuan-penipuan.
شَتَانَ بَيْنَ مَنْ يَسْتَدِلُّ عَلَيْهِ
Jauh sekali perbedaan antara orang yang membuat Alloh, dibuat untuk inenunjukkan pada lainnya atau makhluk dan orang yang membuat makhluk, dibuat untuk menunjukkan Alloh Kholiq. Orang yang memandang Alloh sebagai petunjuk, menunjukkan pada makhluk.
هُمُ الْمُرَادُوْنَ الْمَجْذُوْبُوْنَ اِلَيْهِ
Mereka adalah orang-orang yang dikehendaki yang ditarik oleh Alloh SWT yang dipanggil oleh Alloh SWT.
هُمْ مِنَ اَهْلِ الشُّهُودِ
Mereka adalah orang-orang dari ahli Syuhud atau sadar kepada Alloh SWT
“Ahli Syuhud” = ahli memandang kepada Alloh, ahli sadar kepada Alloh “IMMABTIDAAN WAIMMA BAKDASSULUUK”, baik pada saat-saat permulaan sesudah suluk, sesudah riyadloh-riyadloh atau mujahadah-mujahadah. “MAHUMUL’AARIFUUN” dan mereka adalah orang-orang yang ‘Arifuun, orang yang sadar kepada Alloh. Mereka para murooduun atau ‘Arifuun, atau majdhuubuun tidak
itu berarti Alloh SWT terhalang atau kaling-kalingan oleh tabir itu. Padahal Alloh SWT Maha Mengetahui. Tidak hanya orang yang sowan menghadap kepada Alloh SWT. Yang diketahui. Tapi ... yaitu seperti sudah kita maklumi, Alloh SWT Maha Mengetahui kepada segala makhluk-NYA. Bahkan jauh lebih jelas, lebih terang dari pada pengetahuan si makhluk itu terhadap diri sendir !
Malah, sesungguhnya makhluk itu sendiri tidak akan tahu dirinya kalau tidak diberi tahu oleh Alloh SWT. Tahunya makhluk BILLAH. Inilah yang perlu disadari oleh hati atau jiwa tiap manusai disamping LILLAH.
لِأَنَ الْحِجَابَ إِنَّمَا يَتَّخِذُهُ الْعُظَآءُ فَهُوَ يُنْبِئُ عَنِ الرِفْعَةِ وَيُشْعِرُ بِالْعَظَمَةِ
Oleh karena, SWT “hijab” itu disamping sebagai penjaga atau keamanan, juga memperlihatkan kebesaran dari Penjabat atau Raja yang dijaga itu.
{ وَاَوْ كَانَ لَهُ سَاتِرُ لَكَانَ لِوُجُوْدِهِ حَاصِرُ}
Dan kalau Alloh SWT ada hijabnya berarti Alloh SWT terbatas.
{وَكُلٌّ حَاصِرلِشَىْءٍ فَهُوَ لَهُ قاَهِرٌ }
Dan jika Alloh SWT ada yang membatasi, otomatis berarti dipaksa oleh yang membatasi itu. Dus mudahnya Alloh SWT tidak terhalang. Yang terhalang atau terhijab adalah manusianya. Alloh SWT Maha Mengetahui. Yang buta adalah hamba-NYA. Sebab selalu menyembah kepada nafsunya. Senantiasa nuruti nafsunya. Senantiasa mencari-carikan buat nafsunya
Mari para hadirin-hadirot kita koreksi diri kita masing-masing !. Kita senantiasa mencari-carikan buat nafsu atau karep kitakah, atau mengabdikan diri kepada Alloh SWT ?. Mari kita koreksi sendiri-sendiri !.
Alloh SWT sama sekali tidak dapat dipaksa, tetapi Alloh SWT... “WAHUWA QOOHIRU FAUQO “IBAADIHI”. Alloh memaksa seluruh
Dalan Ajaran Wahidiyah ada Istilah “LILLAH BILLAH” kalau orang sudah sungguh-sungguh mengecakkan merasakan BILLAH otomatis berarti sudah bebas dari imperialis nafsunya. Dia sungguh-sungguh tidak mempunyai kehendak. Ya sekalipun punya kehendak tapi tidak punya kehendak. Kalau orang sudah BILLAH, otomatis kalau sudah menyerah, otomatis. Ya terasa lapar, yang asalnya digerakkan oleh situasi badan jasmaninya yang lapar, lalu berkehendak makan, tapi dalam pada itu dia didasari LILLAH dan BILLAH. Jadi berkehendak makan itu BILLAH. Jadi boleh dikatakan dia tidak punya kehendak makan. Dus BILLAH, sekalipun seseorang berbuat begini begitu, melakukan ini itu, tapi dia merasa ya itu tadi, BILLAH, berarti dia sudah bebas dari pengaruh nafsu. Sebab ya itu, BILLAH.
Yang mudah-mudahan kita dikaruniai dapat melaksanakan LILLAH BILLAH LIRROSUL'BIRROSUL yang sesempurna-sempurnanya. Amiin.
{إِذْلَوْ حَجَبَهُ شَىْءٌ لَسَتَرَهُ مَا حَجَبُهُ }
Ini alasan dari keterangan sebelumnya tadi. Alloh SWT terhijab oleh sesuatu, yang terhijab manusianya. Terhijab oleh nafsunya. Sebab kalau Alloh SWT dapat dihalang-halangi di tabir otomatis tertutup. Hijab itu sesungguhnya boleh diartikan sebagai “penjaganya”. Seorang Bupati misalnya ada polisinya ada penjaganya. Tapi pada zaman sahabat, tidak ada penjaga-penjaga. Waktu Sayyidina Umar misalnya, rakyat bebas bertemu dengan beliau. Begitu juga yang lainnya, tapi pada zaman akhir-akhir ini, karena situasi raja-raja Islam membuat “hijab” atau penjaga. Karena waktu itu mulai timbul pembunuhan-pembunuhan dan sebagainya, pokoknya gangguan keamanan makin menjadi-jadi, Ialu diadakan “hijab” atau penjaga atau polisi.
Kalau Alloh SWT kaling-kalingan ada “hijab” nya, ada penjaganya,
memandang sesuatu selain dan hanya kepada Alloh. Dan mereka membuat Alloh sebagai petunjuk yang menunjukkan kepada makhluk. Itulah yang dimaksud “MAN YASTTADILLU BIHI”.
Ada lagi yaitu “MAN YASTADILLU ALAIHI”. Mereka memandang atau mengamat-amati makhluk untuk menunjukkan kepada KHOLIQ Mereka itu adalah “MURIIDUUN” orang-orang yang menghendaki wusul atau sadar kepada Alloh, dan mereka masih dalam menempuh jalan kearah tujuan wusul itu (SAALIKUUNA).
فَأَهْلُ اللهِ تَعَالىَ عَلَى قِسْمَيْنِ مُرَادِيْنَ وَمُِِردِيْنَ
“AHLULLOH” atau orang yang baik-baik dibagi menjadi dua bagian. “MUROODIIN” dan “MURIIDIIN”. “Muroodiin” adalah orang yang berkehendak berkeinginan. Atau dengan istilah lain “Muroodiin” adalah Majdhuubin = ahlus-syuhud, yaitu orang-orang yang sadar kepada Alloh karena dimajdzub atau ditarik, dan “Saalikuun” yaitu orang-orang yang masih dalam perjalanan menuju sadar kepada Alloh Ta’ala.
Oran-orang yang menghendaki sadar kepada Alloh SWT atau “Muriidin” atau “Salikiin” dalam perjalanan atau.perjuangan mereka menuju kesadaran kepada Alloh Ta'ala masih tertutup hatinya belum mengetahui kepada Alloh SWT. Yang diketahui hanya makhluk. Mereka masih mengandalkan mujahadahnya, masih menjagakan perjuangannya. Mereka selalu takut, kuatir atau mengharap kepada selain Kholiq, sebab mereka memang belum tahu kepada Kholiq Penciptanya. Andai kata mereka sudah tahu, sadar kepada Kholiqnya, tentu mereka tidak menjagakan atau membanggakan usahanya, tidak menjagakan.... amal-amal perjuangannya, dan mereka tidak takut, tidak kuatir, tidak getar selain hanya... Alloh yang ditakuti dan yang diharap. Itulah mereka “Muriduun” orang yang masih berjuang masih mujahadah masih dalam usaha di dalam perjalanan sadar kepada Alloh. Mereka masih dikuasai masih dijajah oleh imperialis nafsunya. Tapi mereka sedang usaha membebaskan diri dari imperialis nafsunya itu dengan minta
pertolongan kepada makhluk yaitu berupa mujahadah-mujahadah dan usaha-usaha lain untuk menghantarkan kepada Alloh.
Adapun “Murooduun” orang yang dikehendaki atau orang yang ditarik atau yang disebut “Majdhuubuun” di sini dikatakan:
وَ مُرَادِيْنَ وَهُمْ اَلْمَجْذُوْبُوْنَ وَاجْهُهُمْ الْحَقِّ تعالى بَوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَتَعْرِفَ اِلَيْهِمْ فَعَرَفُوْهُ وَانْحَجَبَتْ عَنْهُمُ الاَغْيَارِ فَهُمْ يَسْتَدِلُوْنَ بِهِ عَلَيْهَا فِِى حَالِ تَدْلِّيْهِمْ إِنْ جُذِ بُوْا اِبْتِدَاءً أَوْبَعْدَ سُلُوْكِهِمْ اِنْ كَانُوْا مِنْ اَهْلِهِ
Alloh SWT memandang kepada mereka itu “biwajhihil-kariim” dengan wajah-NYA yang Mulia, dan Alloh menampakkan diri kepada mereka sehingga mereka mengenal-Nya. Mereka mata hatinya tertutup memandang kepada makhluk, senantiasa mengarah kepada Alloh. Mereka membuat Alloh untuk menunjukkan adanya makhluk. jadi berlawanan dengan “Muriiduun” tadi yang membuat makhluk untuk membuktikan adanya Alloh. Mereka “Murooduun” dalam “Yukti Kulla dhii haqqin haqqoh” membuat Alloh sebagai petunjuk bagi mereka untuk menunjukkan kepada makhluk.
Ada istilah “tadalli” dan “taroqqi” “tadalli” artinya “turun” dan “taroqqi” artinya “naik”. Mereka “Murooduun” atau “Majdhuubuun” atau “Aarifuun” ketika “turun”. turun dari hadrotul Illahi Yang Maha Tinggi ke bawah, di tengah-tengah makhluk, mereka membuat Alloh sebagai petunjuk untuk menunjukkan kepada makhluk. Mereka tahu kepada makhluk karena Alloh SWT. Sedangkan yang pertama tadi, yaitu yang belum sadar, mereka tahu kepada Alloh karena makhluk jadi kebalikan Adanya makhluk ini menunjukkan pasti ada Penciptanya. Tidak mungkin ada makhluk, tidak mungkin ada makhluk tidak ada Kholiqnya. jadi makhluk dibuat untuk menunjukkan Kholiq-Nya. Makhluk dibuat... dalil dibuat bukti yang menunjukkan Kholiq-Nya. Yang menunjukkan adanya Alloh... Penciptanya. Ini namanya belum sadar kepada Alloh Maha Pencipta segala. Sedangkan yang kedua tadi, “Murooduun” atau orang yang sudah
Lha ini hagi yang belum merasakan “asinnya garam”, harus kita paksa diri kita, kita paksa untuk percaya adanya rasa asin. Sekalipun kita belum merasakannya ini dalam istilah dalam Quilan disebut “iman”. Percaya itu kalau makin tebal, boleh dikatakan sama dengan keyakinan dan tahu. Umpamanya ada orang diberi tahu tentang bahayanya aliran strum listrik. Sekalipun dia belum pernah merasakan tapi dia sungguh-sungguh yakin bahaya strum listrik itu. Kalau seandainya dia dipaksa memegang kabel yang beraliran listrik itu, dia tetap tidak mau. Sebab dia sungguh-sungguh yakin tentang berita itu. Sekalipun dia sendiri belum pernah merasakannya. Begitu juga seharusnya kita dalam soal kesadaran kepada Allah wa Rosuulihi SAW. dan kita mampu untuk itu. Kita harus senantiasa arungi usaha ke arah itu ! Lha itu seperti firman Allah SWT dalam Al-Qur'an
اللهُ يَجْتَبِى إِلَيْهِ مَنْ يَشَآءُ وَيَهْدِى إِلَيْهِ مَنْ يَنِيْبُ {الثورى. ١٣
Allah SWT menarik atau memilih orang-orang yang DIA kehendaki, tanpa ada inisiatif atau usaha atau perjuangan dari orang yang bersangkutan. Dan disamping itu, ... “WA YAHDI ILAIHI MAN YUNIBU. Dan Allah SWT memberi petunjuk kepada orang-orang yang sungguh-sungguh ada kemauan kembali kepada-NYA. “WALLADZINA JAAHADU FIINA LANAHDIYANNAHUM SUBULANAA”.
Ya mudah-mudahan kita termasuk kesemuanya, Ya dipilih dan ditarik oleh Allah SWT yang ada kemauan. dobel. Diberi kamauan dan dikehendaki oleh Allah SWT. Sesungguhnya kesemuanya itu dikehendaki Allah SWT. Artinya “dikehendaki” tanpa perjuangan atau dengan perjuangan yang ringan tapi hasilnya memuaskan ! begitu juga tidak akan dikehendaki kalau tidak mau berjuang mati-matian ! mudah-mudahan apa yang kita mohon dalam sholawat yang kedua,… “ WA TAMAAMA RIDWANIKA” diberikan kepada kita dengan sesempurna-sempurnanya.
masing. Inilah makanya terhalang atau kaling-kalingan. Yang kelihatan hanya “komandonya nafsu”. Komandonya kehendak, ingin begini diturut, ingin begitu, ... dikerjakan. Jangan kesitu, atau kemarilah, ... semua serba nuruti nafsu atau kehendak nafsu. Takut, ya nafsunya takut. Ingin atau berkehendak atau karep, ya nafsunya ingin, berkehendak atau karep.
Kalau orang sudah tidak nuruti nafsunya, baru tahu kepada Allah SWT. Baru tahu pada keadaan yang sesungguhnya Baru tahu keadaan yang sesungguhnya !. Baru tahu bahwa pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya, hanyalah seperti impian belaka ! Mimpi ! ketika orang bermimpi, seolab-olah seperti sungguh-sungguh begini begitu, mimpi apa saja, lebih-lebih yang jelas, makin berkeyakinan bahwa mimpinya itu sunggu-sungguh terjadi, naik mobil misalnya. Ketika mimpi rasanya ya sungguh-sungguh naik mobil. Tapi kalau dia sudah bangun, baru tahu, baru tahu bahwa sesungguhnya ini tadi hanya impian.
Begitu juga soal kesadaran. Bahkan soal ini jauh lebih jelas ! kalau orang yang sudah bebas dari imperialis nafsu, ... baru tahu kepada keadaan yang sesungguhnya. Keadaan yang sesungguhnya...hanyalah Alloh SWT yang wujud, yang ada. Selain selainnya semuanya itu. hanyalah bayangan. Imitasi, atau majas! Baru tahu. Seperti orang mimpi tadi. Lebih-lebih nanti kalau anda mati, makin jelas, makin jelas, sekalipun di dunia ini sudah tahu orang yang sudah hebas dari imperialis nafsunya, lebih-lebih nanti ketika di akhirat, makin lebih jelas lagi.
Hubungan ini, segala sesuatu sudah ada gatuknya sendiri-sendiri. Yang tepat yaitu apabila ditempatkan pada yang semestinya, menurut stelannya.
Orang yang diberi tahu “rasa asin” dari garam, ya hanya percaya begitu saja. Tapi dia tidak mencicipi, tidak merasakan rasa asin dari garam itu. Dia tidak merasakan apa yang dia yakini baru kalau dia ngemut garam, ... baru tahu bagaimana asin itu. Baru tahu apa yang dia yakini.
sadar kepada Alloh mengatakan, adanya jagad seisinya makhluk semuanya ini sebab Alloh. Alloh Pencipta, otomatis ada pencipta-NYA. Yaitu makhluk semuanya!
Para hadirin-hadirot, bagaimana keadaan hati kita ini, termasuk yang pertamakah atau yang kedua, terserah hati kita masing-masing. Yang pertama masih dijajah oleh imperialis nafsu, tapi ya ada baiknya sebab mau usaha menuju sadar kepada Alloh SWT, usaha membebaskan diri dari imperilis nafsu. Yang kedua tadi sudah bebas dari imperialis nafsu... Sudah “ABDULLAHI” haqqon Betul-betul hamba Alloh. Yang pertama masih “Abdun nafsi” hamba nafsu. Sekalipun lahirnya kelihatan “Abdulloh” tapi hakikotnya sesungguhnya batinnya masih “abdun nafsi”. Terserah diantara kita ini masuk yang mana, kita harus ada perhatian!
Dus! ada orang yang (tapi jarang) menjadi sadar tanpa berjuang tanpa usaha tanpa mujahadah-mujahadah. Tahu-tahu dia dijadikan budi tarik oleh Alloh SWT. “AHKDHOMUN NAASI JADHBAN AL ANBIYA' yang paling besar mendapat jadhbu tarikan adalah para anbiak dan Mursaluun ‘alaihimus sholaatu wassalam Tapi itu jarang sekali Umumnya ya dengan berjuang dengan usaha dengan mujahadah-mujahadah. Sesungguhnya berjuang atau usaha atau mujahadah itupun ditarik oleh Alloh SWT. Ditarik dengan jalan perjuangan, usaha atau mujahadah. Ya sama dengan soal lahiriyah. Orang kaya misalnya. Pada umunmya dari hasil berjuang usaha, bekerja dengan gigihnya. Tapi ya mungkin ada tapi jarang sekali tahu-tahu menjadi orang yang kaya mendadak. Entah bagaimana jalannya. Mungkin mendapat warisan dan lain-lain. begitu juga soal kesadaran.
وَلِذَا قِيْلَ نِِهَايَةُ السَّالِكِ بِدَايَةُ الْمَجْذُوْبِ
Maka dikatakan “titik” penghabisan dari “Salikin” merupakan titik permulaan bagi “Majdhuubiin”. Saalik yang sudah sampai ke tingkat bebas dari imprialis nafsunya merupakan titik, permulaan dia dijadhbu ditarik. Atau
dibalik.
نِِهَايَةُ الْمَجْذُوْبِ بِدَايَةُ السَّالِكِ
Artinya:
Orang yang majdhub ditarik tidak melalui jalan usaha akhirnya juga akan berjuang usaha dan mujahadah-mujahadah dan lain-lain. Yaitu dalam rangka “Yukti Kulladhii haqqin haqqoh”. Dia usaha dan berjuang tapi hatinya senantiasa kepada Alloh.
وَوَرَدَ اَعْظَمُ النَّاسِ جَذَابًا اْلاَنْبِيَاءِ
Yang paling besar ditariknya adalah para anbiya' wal mursalin otomatis makin tinggi kedudukannya, makin besar menariknya.
وَذَالِكَ أَنَّ الْمُسْتَدِلُ بِهِ عَرَفَ الْحَقِّ فَأَثْبَتَ الاَمْرَ مِنْ وُجُوْدِ اَصْلِهِ ,وَاْلاِ سْتِدْلاَلُ عَلَيْهِ مِنْ عَدَمِ الْوُصُوْلِ اِلَيْهِ وَاِلاَّفَمَتَى حَتَّى يَسْتَدِِلُّ عَلَيْهِ وَمَتَى بَعُدَ حَتَّى تَكُوْنَ الآثَارُ هِىَ الَّتِى تُوْصِلُ اِلَيْهِ
Tapi dikatakan ada dua macam, orang yang menuju kesadaran kepada Alloh. Yang pertama membuat makhluk sebagai dalil kepada Alloh dan yang kedua menjadikan Alloh sebagai petunjuk untuk menunjukkan makhluk. Maklum yang pertama tadi belum sadar kepada Alloh SWT sehingga makhluk dianggap mampu menunjukkan kepada KHOLIQ Ya, maklum mereka ini masih buta terhadap Alloh SWT. yang kedua tadi, yaitu orang yang membuat KHOLIQ sebagai petunjuk terhadap, makhluk. Dan ini yang benar yang tepat. Alloh itu asli sumber dari segala. yang majdhub. Golongan yang kedua ini dapat menempatkan. segala sesuatu di tempatnya. Oleh karena Alloh itu sumber asal atau Pencipta atau wujud pertama, maka mereka itu dapat menempatkan Alloh pada kedudukan yang sebenarnya, di tempat yang pertama pula. sebagai petunjuk yang menunjukkan segala sesuatu. Orang yang
enak. Dam tidak ada soal yang lebib tepat dari pada yang semestinya. Kaki misalnya, gunanya untuk berjalan. Tidak ada yang lebih tepat dari pada untuk berjalan.begitu juga mata. Mata untuk melihat, tidak ada yang lebih tepat, bahkan tidak bisa, dari pada untuk melihat. Tidak bisa digunakan untuk yang lainnya. Tidak tepat ya tidak boleh mestinya.
Lha hati yang asli yaitu untuk pelaksanaan "WA MAA KHOLAQTUL JINNA WAL INSA ILLA LIYAKBUDUUNNI ! Adapun anggota lahiriyah, atau badan lahiriyah, boleh dikatakan pembantu pelaksanaan dari kerja hati itu tadi.
Jadi hati atau jiwa, menurut aslinya diciptakan adalah demi untuk itu. Untuk hubungan kepada Allah SWT, jadi kalau begitu tidak yang tepat bagi hati selain hanya untuk hubungan kepada Allah SWT saja !. Kalau kita pakai istilah “lebih tepat” tentunya lain-lainnya sekalipun di bawahnya sedikit ada tempatnya. Tapi kita sebutkan bahwa “diciptakan demi hanya untuk itu”. Yang tepat yang hanya ini. Kalau tidak untuk itu. Tidak tepat lagi namanya, Ya mungkin ada yang jauh, agak jauh dan seterusnya, Makin dekat, makin mendekati kepada yang semestinya.
Dus, “hijab” atau aling-aling “tabir”, yang dihijabi yang dialing-alingi adalah hambanya sehingga tidak tahu, tidak sadar kepada Allah SWT. Sedangkan Allah SWT sama sekali tidak kaling-kalingan ! Allah SWT:
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيْطُوْ نَ بِشَىءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاءَ
Allah Maha Meliputi, Allah SWT Maha Mengetahui... dan seterusnya. Jadi jelas tidak ada istilah “hijab” atau aling-aling yang dapat mengaling-alingi. Hamba “’terhijab”, yang dimaksudkan yaitu tadi, terhalang oleh nafsunya sendiri. Dia masih selalu dihujah oleh imperialis nafsunya. Masih senantiasa menuruti nafsunya. Segala gerak dan lakunya baik itu yang berhubungan kepada Allah SWT wa Rosuulihi SAW maupun yang berhubungan dengan sesama manusia sesama makhluk. Senantiasa menuruti nafsu. Atau paling-paling dipengaruhi oleh nafsunya masing-
.فَادْخُلِى فِى عِبَادِى وَادْخُلِى جَنَّتِى
( ... dan silahkan memasuki kelompok dari hamba-hamba-KU dan silahkan masuk ke dalam surga-KU).
Kalau orang sudah bersih dari nafsunya, sudah bebas dari imperialis nafsunya, otomatis dia mendapat panggilan dari Allah SWT seperti di atas. Wahai nafsu yang tumakninah, yang tenang, yang bebas dari imperialis nafsu, mari silahkan menghadap di hadapan Tuhan-Mu dengan sepuas-puasnya dan diridloi oleh Allah SWT.
Maka silahkan bergabung bersama dengan hamba-hamba-KU dan silahkan masuk ke dalam surga-KU (sesuka hatimu).
Jadi kalau orang sudah bersih dari imperialis nafsu, dengan sendirinya senantiasa sowan menghadap di hadapan Allah SWT Tuhannya dengan sepuas-puasnya dan diridloi oleh Alloh SWT. Dan itulah surga yang ... yang tidak dapat digambarkan kenikmatan dan keindahannya, kecuali oleh orang yang bersangkutan sendiri. Lain orang yang belum sowan di hadapan Allah SWT atau belum bebas dari imperialis nafsu lebih-lebih, sama sekali tidak merasakannya. Mudah-mudahan para hadirin hadirot, kita dikaruniai taufiq atau fadlol dari Allah SWT wa Rosuulihi SAW, kita dapat bebas sebebas-bebasnya dari imperialis nafsu atau bersih sebersih-bersihnya dari imperialis nafsu, sehingga dapat senantiasa sowan menghadap di hadapan Tuhan kita Allah SWT, dapat sadar kepada Allah SWT, dapat syuhud kepada Allah SWT. Manusia !, Jiwa manusia memang seharusaya untuk syuhud kepada Allah SWT
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسِ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنَ
Ibarat mata, mata untuk melihat, telinga untuk mendengarkan, kaki untuk berjalan dan sebagainya. Benda atau barang atau soal yang tidak semestinya, itu otomatis tidak normal. Kalau tidak semestinya, tidak
membuat Alloh sebagai petunjuk mereka tahu sesungguhnya. Barang yang sesungguhnya yaitu soal yang paling pokok adalah Alloh yang punya.
“FA ASBATAL AMRO MIN WUJUbDI ASLIHI”
(Makhluk dianggap, ada karena dari asalnya dari Alloh SWT).
Segala sifat itu ada dasarnya. Ada bekas-bekasnya. Kholiq pasti ada makhluknya, sifat kasih sayang misalnya, pasti ada yang dikasih sayangi. Tapi ada .... SIFAT ADILNYA TUHAN. Adilnya Tuhan otomatis ada obyeknya. Yaitu yang diadili.
مَنْ يَضْلِلِ اللهُ فَلاَ هاَدِيَ لَهُ .الاعراف : ١٨٦
(Barang siapa yang disesatkan Alloh, maka tidak ada yang mampu menunjukkannya).
Alloh menghancurkan, menyesatkan ini adalah dari KEADILAN TUHAN. Istilah “ADIL” bermacam-macam. Adil bermakna “menyama ratakan”, ada. Tapi ada juga “tidak menyama ratakan” itu justru adil. Misalnya ada kaum pria ada kaum wanita kedua-duanya disuruh mencangkul di sawah. Ini kan tidak adil namanya. jadi ada istilah “menyama ratakan” itu adil, tapi justru tidak menyama ratakan, itu yang adil. Alloh SWT menghancurkan, menyesatkan seluruhnya ini adil. Adil itu kebalikan dari “dhulmu”. “Adhulmu wad’u syaiin fii ghoid mahallihi”. Meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Itu dzolim Kalau, “adil” kebalikan dari. “dholim”, berarti “adil” itu menempatkan sesuatu pada tempatnya... Alloh menyesatkan sebahagian hamba-NYA, ini adil karena kepunyaan-NYA. Mau apa saja berhak. Sekalipun memasukkan neraka semua hamba-NYA, berhak. Memasukkan surga semua juga berhak. Yang baik dimasukkan neraka berhak, yang jelek dimasukkan surga juga berhak karena semua-semua itu adalah milik-NYA. Tapi kalau kita manusia tidak bisa berbuat seperti itu. Karena. pemilikan kita atas apa yang ada pada kita manusia itu milik majazi, bayangan. Tidak memiliki secara mutlak sebagaimana
Alloh SWT memiliki makhluk. Terbatas, kalau begitu di dalam menggunakan apa-apa yang terbatas pada manusia terbatas pula. Sekalipun harta benda miliknya sendiri kalau dihancurkan tanpa ada manfaat itu terkecam Tapi Alloh SWT sekalipun tidak ada manfaatnya bahkan membahayakan, karena Alloh mutlak memilikinya, itu tetap adil.
Maka yang paling ditakuti oleh orang-orang yang sadar kepada Alloh Ta’ala adalah ... SIFAT ADILNYA ALLOH. Sifat “JALANNYA ALLOH TA’ALA.
Neraka, itu hanya akibat. Akibat dari ADILNYA ALLOH TA’ALA. Atsamya atau bekasnya SIFAT QOHARNYA ALLOH TA’ALA, Sifat “JALALNYA ALLOH TA’ALA” Yang paling pokok adalah sifat QOHARNYA atau SIFAT JALALNYA atau SIFAT ADILNYA ALLOH TA’ALA. Bagi orang yang sadar, yang ditakuti bukan bekasnya tapi “pokoknya” Yaitu JALALNYA ALLOH TA’ALA. Yang pokok jauh lebih pedas dari pada bekas atau atsamya neraka jahaman atau neraka yang bagaimanapun dahsyatnya, itu hanya suatu atsar atau bekas atau efek dari pada Alloh SWT. Otomatis jauh lebih kuat yang pokok itu dari pada atsamya. Inilah yang dinamakan “NAARUL BI'AAD”. Neraka dijauhi oleh Alloh SWT! Itu! Itulah yang paling ditakuti oleh orang-orang yang sadar. Sekalipun sekarang sadar, mungkin pada detik-detik berikutnya sama sekali tidak punya kesadaran tidak punya iman kepada Alloh SWT. Kalau Alloh berkehendak berbuat, tidak dapat diganggu gugat. “LAA YUS-ALU ’AMMA YAF’AL”. Tapi mereka makhluk pasti dimintai pertanggung jawaban “WAHUM YUS-ALUUN”. Segala perbuatannya pasti dimintai pertanggung jawaban!. Mau tidak mau.
“WAL ISTIDLAH ‘ALAIHI MIN ‘ADAMIL WUSUUL ILAIHI”
Orang yang membuat makhluk, dibuat sebagai dalil atau petunjuk atau pengantar kepada Alloh SWT itu karena ia belum wusul belum sadar kepada Alloh SWT. Karena belum tahu pada Alloh SWT. Maka lalu membuat lainnya Alloh sepelti amal-amal ibadah, mujahadah-
AL - HIKAM 1 Hal 29.
بسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
{الْحَقُّ لَيْسَ بِمَحْجُوْبُ وَإِنَّمَا الْمَحْجُوْبِ أَنْتَ عَنِ النَّظْرِ إِلَيْهِ}
Alloh SWT tidak ada yang menutupi atau ngaling-ngalingi. Tidak tertutup oleh barang lain ... “WA INNAMAL MAHJUBU ANTA ‘ANIN-NADHORI ILAIHI”. Yang terhijab itu adalah orangnya sendiri. Kaling-kalingan atau terhijab tidak tahu, tidak sadar kepada Alloh SWT. Orang yang tidak sadar kepada Alloh SWT boleh dikatakan orang yang kaling-kalingan atau terhijab, yang menghalangi menjadi hijabnya adalah nafsu
فَإِنْ أَرَدْتَ الوُصُوْلَ إِلَيْهِ وَالدُّخُوْلَ فىِ حَضْرَتِةِ فَابْحَثْ عَنْ عُيُوْبِ نَفْسِكَ وَعَالِجْهَا تَصِلُ إِلَيْهِ وَتُشَاهِدُهُ بِبَصِيْرَتِكَ
Kalau orang ingin ma'rifat ingin sadar ingin syuhud kepada Alloh SWT supaya membuang nafsunya. Sifat-sifat nafsu yang buruk harus dihilangkan kalau sudah tabu. Kalau belum tabu harus senantiasa usaha menyelidiki. Dicari, dipetani terus. Nanti kalau sampun bersih otomatis dapat sowan kehadirat Alloh SWT dengan sowan yang semestinya. Kalau sudah, bersih dengan sendirinya selalu mendengar firman Alloh SWT :
يَااَيَتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَةُ .ارْجِعىِ إِِلَى رَبِّكَ رَاضِيَةَ مَرْضِيَةِ .
(Wahai nafsu yang sudah bersih, sudah lunak, silahkan kemhali kepada Tuhanmu dengan puas, relah dan mendapat ridlo ...)
supaya minta keterangan kepada Pusat. Hubungan dengan penyiaran. Mari di dalam kita menyiarkan kita tinjau kembali dan kita tingkatkan kebijaksanaan-kebijaksanaan disamping meningkatkan kemampuan lahiriyah dan batiniyah kita, mujahadah kita terutama. Alhamdulillah mujahadah-mujahadah kita baik yang berjama'ah terutama, maupun yang perorangan di tempat masing-masing tidak sia-sia. Besar sekali faedahnya, mari terus kita tingkatkan. Umumnya adanya persoalan-persoalan itu disebabkan oleh kita Wahidiyah sendiri yang kurang tepat. Ya memang mungkin itu disamping negatif dari luar sendiri. Mari pada kesempatan ini sama-sama berdepe-depe kepada Alloh SWT untuk segala bidang. Diantara bidang penyiaran dan lain-lain. Untuk Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW.
AI - FAATIHAH ... !
(MUJAHADAH)
mujahadah dan lain-lain usaha untuk supaya tahu pada Alloh Ta'ala. Ya sudah ada baiknya karena mau usaha dan berjuang kearah itu.
مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ عَرَفَ رَبَهُ
Barang siapa tahu dirinya, tahu Tuhan-Nya. Ini namanya badannya sendiri dibuat penghantar kepada Tuhan-Nya. Karena belum sadar. Tapi orang yang sudah sadar mengatakan :
Barang siapa yang tahu dirinya, akan Tuhannya otomatis dia tahu akan dirinya. Tahu kedudukan dirinya. jadi yang belum sadar punya pedoman “MAN NAFSAHU 'AROFA ROBBAHU ‘AROFA NAFSAHU”. Dari atas kebawah. Yang pertama tadi “TAROQQI” dan. kedua “TADALLI” menurut istilah lain.
Tapi yaitu kedua-duanya baik semua ditinjau dari satu segi sekalipun yang satu tadi belum sadar, tapi dia mau usaha dan mau berjuang. Yang paling celaka yaitu tidak sadar dan tidak mau berjuang atau nggelonjo. Diantara kita di mana letaknya, itu terserah kita masing-masing!. Tapi kita harus sekuat mungkin minim berjuang untuk menjadi orang yang sadar dan dapat menyadarkan orang lain! Ya mudah-mudahan para hadirin-hadirot!.
Para hadirin-hadirot, ya mudah-mudahan pengajian pagi ini benar-benar diridloi Alloh SWT wa Rosuulihi SAW, membuahkan manfaat yang sebanyak-banyaknya fid-dinni wad-dunya wal akhiroh!. Amiin!.
Dus! ada orang yang sadar “KAAMILUN”, tapi tidak ada kemampuan untuk menyadarkan orang lain. Dia mampu sowan audensi kehadirat Alloh Ta'ala. Tapi tidak mampu mengajak kawan-kawannya atau orang lain.
Ada lagi “AL KAAMILUUNA WAL MUKAMMILUUN” atau “AL WAASILUUNA WAL MUUSHILUUN”. Mereka sadar kepada Alloh SWT dan dapat menyadarkan orang lain. mereka sudah wushul kepada Alloh Ta’ala. dan dapat mengantarkan orang lain wusul. Atau mewusulkan orang lain kepada Alloh SWT. Hakikatnya ya Alloh SWT yang mewusulkan. Tapi sesungguhnya kita semua diberi kemampuan untuk mewusulkan itu. Soal akhirnya kaya atau miskin, Itu soal yang masih ghoib, tapi kita mampu bekerja dan usaha istilah ekonomi. Mampu dan ada modalnya, ada tenaganya pokoknya ada syarat-syarat yang diperlukan. Adapun nanti bisa jadi atau tidak, itu wallohu alam. Tapi kita harus yakin :
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَهُمْ سُبُلَنَا. العكبوت : ٦٩
Barang siapa yang sungguh-sungguh, pasti Alloh Ta'ala menunjukkan jalannya. Atau :
اُدْعُونِى اِسْتَجِبْ لَكُمْ .المؤمن:٦
(Bermohonlah kepada-KU, pasti AKU ijabahi).
Mohon dengan bahasa lisan dan bahasa keadaan. Keadaan giat berjuang dan memenuhi syarat.
Sedikit lagi. Dalam kitab-kitab aqoid seperti Kifayatul Awaam dan lain-lain, di sana ada istilah dalil!. Dalil! yang dimaksud di sana dan di sini yang baru kita bahas tadi adalah berlainan. Dalil yang dimaksud dalam kitab-kitab tersebut ada yang secara ‘aqli secara akal, secara logika secara mathiqiyah. Apa dalilnya atau buktinya bahwa Tuhan itu ada. Dalilnya yaitu adanya makhluk. Artinya mungkinnya Mungkinnya ada makhluk. Bukan hanya glegernya ada makhluk. Sekalipun makhluk tidak ada, tapi mungkin makhluk terjadi, dijadikan. Lha ini menjadi dalilnya Alloh SWT. Bahwa Alloh SWT itu ada, Tuhan Maha Pencipta. jadi bukan glegernya jagad ini, tapi kemungkinannya glegernya jagad ini. Kemungkinan wujudnya
kesenangan nafsu. Itu semua bisa disalah gunakan. Dan otomatis kalau belum istiqomah batiniyah terhadap Allah SWT, otomatis disalah gunakan.
Secara umum. Segala nikmat baik yang luar biasa mampun yang biasa, kalau tidak sadar kepada Allah SWT, otomatis disalagunakan. Dan otomatis menjadi penglulu-istidroj ! Penglulu alat jebakan. Makin banyak nikmat yang diterimanya otomatis makin banyak menyalahgunakan !. Baik itu nikmat biasa atau nikmat yang luar biasa. Baik yang dapat diperhitungkan seperti karena usaha atau permohonannya maupun yang di luar perhitungan tak terduga-duga. Itu semua kalau tidak LILLAH BILLAH otomatis Linnafsi binnafsi. Kalau linafsi binnafsi, bukan nikmat lagi, tapi suatu jebakan, atau penglulu. Mari kita koreksi nikmat hidup kita ini, sanggup nikmatkah atau jebakan, mari terserah kita masing-masing.
Para hadirin hadirot, sekali lagi mudah-mudahan pengajian ini diberi manfaat yang, sebanyak-banyaknya. Dan kiranya pengajian cukup sekian, selanjutnya waktu dan tempat dipersilahkan kepada beliau dari Pusat.
SAMBUTAN-PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT
Disampaikan oleh Bapak A.F. Badri.
Pokok-pokok isi sambutan antara lain adalah mengenai persoalan penyiaran khususnya di daerah Samarinda di mana seseorang penyiar ditahan oleh yang pihak yang berwajib, karena mungkin bijaksana. Selanjutnya sambutan berisi pembacaan pengumuman ! Siaran Pusat mengenai mujahadah wuquf dalam musim haji 1397 H.
KEMBALI AMANAT ROMO YAHI
Mari para hadirin hadirot dawuh-dawuh atau instruksi dari pusat kita perhatikan ! Mujahadah-mujahadah yang baru dibacakan tadi mari kita perhatikan kita laksanakan ! Saudara-saudara yang ada persoalan
lebih-lebih tamu nglayoni kematian. Ini Mujahadah boleh ditinggal menemani tamu tadi. Tapi kalau tamunya. tamu anggon, sudah biasa, lebih-lebih biasanya hanya mengajak ngobrol saja, ini kalau dilayani ya tidak kober Mujahadah ! Ini mungkin saja malah mungkin kedatangan tamu. itu tidak membahas soal perjuangan atau soal Mujahadah, kalau perlu, ya tidak usah dilayani ! Sekali tempo harus begitu, kalau perlu !
Dus mudahnya, kita harus mengisi segala bidang “yukti kulla dzii haqqin haqqoh” dan “taqdimul aham fal aham”.
“Istiqomah”, ajeg, ini yang dimaksudkan terutama, ajeg batin ! Sedangkan ajeg atau istiqomah lahiriyah ya baik. Tapi kalau perlu ya ada tidak baiknya malahan. Umpamanya tiap jam sekian meski begini misaInya. Padahal pada jam itu ada yang aham, lha ini Ialu menyalahi. Umpamanya, menghormat tamu itu wajib misaInya. Sedangkan Mujahadah pada waktu itu tidak wajib misaInya. Lha ini namanya tidak bisa taqdimul aham fal aham. Yah, pokoknya terserah. Insya Allah dapat dilaksanakan taqdimul aham fal aham dan istiqomah , kalau bisa ya istiqomah dhiron wa batina !. kalau lahirnya dalam masjid, hatinya ya harus di dalam masjid, tapi kalau soal lahir kalau kalau terus menerus di dalam masjid, lah rumah tangganya kan bubar nanti. Ya harus kesawah, kepasar, tapi batinya harus tetap didalam masjid terus !. Dus istiqomah, terutama hatinya yang istikqomah senanntiasa LILLAH BILLAH !. Adapun lahirnya ya harus mengisi bidang dan taqdimul aham.
"WALAA TAKUN THOOLIBAL KAROOMAH".
Jangan mencari keramat !. sebab, keramat itu kesukaan “Nafsu”!. “Kramat” di dalam ilmu Tasafuf seperti di dalam kitab Al-Hikam ini, yang dimaksud adalah “Kemuliaan” Ada lagi “karom” artinya “loman”. Disini yang dimaksudkan adalah orang yang karuniai “Khoriqul 'adah” nulayani kebiasaan. Misalnya tahu hati kawannya, tahu persoalan yang akan datang, tahu perkara-perkara yang ghoib dan lain-lain. Atau tahu-tahu punya rizki yang di luar perhitungan, misalnya. Itu semua
jagad ini (kalau seandainya jagad ini tidak ada), kemungkinannya itu menjadi dalil bahwa Alloh itu ada. Seorang penjahit sekalipun tidak ada hasil jahitannya, tapi dia ada kemampuan menjahit. jadi mungkinnya jagad ini diwujudkaix menjadi tanda atau yang menunjukkan bahwa Alloh SWT itu ada.
Adapun “dalil” yang dimaksudkan dalam. pengajian ini, misalnya sekarang melihat tembok, temboknya yang kellhatan lebih dahulu, bukan Tuhannya. Ini yang dimaksud dalam pengajian ini Tahu, tembok... baru sadar kepada Tuhan. Itu yang dimaksudkan membuat dalil makhluk untuk menunjukkan kepada Aloh SWT. Tidak sadar kepada Alloh lebih dahulu. Lalu kita termasuk yang mana, mari ambil perhatian yang sebanyak-banyaknya para hadirin-hadirot. Tapi ya mungkin dalam tahap permulaan tahu tembok, ya tembok dahulu yang lebih merangsang dalam hatinya. Tapi kemudian sadar BILLAH. Dalam tahap pertama dalam latihan ya begitu, insya Allah lama-lama menjadi manakah menjadi terampil begitu melihat makhluk terus langsung BILLAH.
Para hadirin-hadirot, mudah-mudahan pengajian pagi hari ini benar-benar diridloi oleh Alloh SWT, dan mudah-mudahan “WALLOHU ALAKULLI SYAIIN QODIIR” bifadhlillahi wa rohmatih, wa bisya'faati rosulillahi saw wa tarbiyatih, mudah-mudahan kita semua dijadikan “minal waasiliina al muushiliin wa minal washilaati al muushilaat, wa minal kaamiliin al mukammiliin wa minal kaamilaat al mukammilaat”. mudah-mudahan dijadikan oleh Alloh SWT menjadi orang yang sadar dan menyadarkan orang lain.
Mudah-mudahan dijadikan manusia yang sempurna dan dapat menyempurnakan orang lain. Mudah-mudahan Disamping usaha. Para hadirin-hadirot, kiranya pengajian cukup sekian.
Dan sekarang waktu dan tempat dipersilahkan kepada Pusat.
SAMBUTAN DARI PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH PUSAT
Disampaikan oleh Bapak Moh. Ruhan Sanusi
Hubungan dengan pengajian ini beliau mengemukakan pendapat bahwa sesungguhnya kita sebagai pengamal Wahidiyah, kita diperkenankan ikut-ikut dalam perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW ini adalah juga di “jadhbu” ditarik dikehendaki oleh Alloh SWT, tidak karena syafa'at dari Rosuulilahi SAW, kalau tidak karena “Tarbiyah dan Nadhroh” dari Ghoutsi Hadzaz Zaman Rodiyallohu ‘anhu, pokoknya kalau tidak karena dikehendaki oleh yang menghendaki, ... Alloh SWT wa Rosuulihi SAW wa Ghoutsi Hadzaz Zaman r.a. tidak mungkin kita dapat ikut-ikut dalam perjuangan Fafirruu Ilallohi wa Rosuulihi SAW. Lebih-lebih diantara kita yang menjadi Panitia Penyiar Wahidiyah atau sponsor Wahidiyah dimanapun kita berada otomatis mendapat “tarikan” yang lebih besar, lebilt kuat. Oleh karena itu kita diperingatkan untuk senantiasa meningkatkan syukur kita. Syukur dan terima kasih kepada Alloh SWT wa Rosuulihi SAW wa Ghoutsi Hadzaz Zaman r.a. terima kasih kepada perjuangan Wahidiyah itu sendiri Terutama nuwun sewu kepada Hadrotul Mukarrom Romo Yahi yang telah memberi, membimbing mendidik kita dalam Wahidiyah ini. Yang telah dan senantiasa membimbing dan mendidik kita secara batiniyah dan lahiriyah, senantiasa memberi kita mutiara-mutiara ilmiah dan mutu Manikamnya Dhauqiyah. Beliau memberi dan membimbing kita kearah menjadi manusia Kaamil dan Mukammil tanpa mengharap sesuatu balas jasa sedikitpun dari kita! Malah justru segala pemberian dan bimbingan itu ... untuk kita. Amanat-amanat dan fatwa-fatwa beliau supaya kita terus meningkat terus meningkat dalam segala bidang, adalah justru untuk keselamatan dan, kebahagiaan kita semua! Tinggal kita masing-masing mau menyadari dan tahu diri atau tidak. Menyadari dengan sepenuh konsekwensi!. Tahu diri bahwa kita ini menerima soal-soal yang sangat kita butuhkan bagi kebahagiaan dunia akhirat.
Oleh karena itu mari kita tingkatkan konsekwensi dan rasa tanggung
... kecuali di bawah asuhan seseorang Guru Mursyid yang Kaamil yang memberi nasehat-nasehat. Itu pada umumnya. Lha dalam Wahidiyah insya Allah asal Mujahadah-Mujahadah dipergiat, disamping terus melatih hati, insya Allah akan ada kemajuan. Ya mudah-mudahan Para hadirin hadirot, kita semua dikaruniai fadlol oleh Allah SWT, syafa'at tarbiyah dam barokah karomah dari Rosululloh SAW. Ghoutsi Hadzaz Zaman wa A’waanihi wa saairi Ahbaabillahi rodiyatullohu Ta’ala’anhum yang sebanyak-banyaknya !. Amin !.
Dus yang harus diperhatikan, yaitu orang harus usaha menghilangkan akhlaknya hati yang bejat itu. Takabur, riya’ ujub dan lain-lain, akhlak-akhlak yang buruk yang berhubungan dengan Allah SWT maupun nyang berhubungan dengan sesama manusia dan makhluk, juga yang berhubungan dengan dirinya sendiri, ini yang harus, ini yang harus dicari dan diteliti ! kalau sudah ketemu harus dihapuskan harus dibuang, sedapat mungkin. Dan kalau memiliki akhlak yang baik, harus dipupuk. Dalam istilah LILLAH BILLAH, kalau tidak LILLAH BILLAH, harus dicari sebab atau sumbernya dan terus diganti LILLAH BILLAH ! sebab, otomatis kalau tidak LILLLAH BILLAH-LINAFSI BINAFSI dan kalau tidak LINNAFSI BINAFSI – LILLAH BILLAH.
Sekarang yang menjadi persoalan adalah saya ini sudah LILLAH BILLAH sungguh-sungguhkan atau baru imitasi Harus selalu ada koreksi. Otomatis kalau LILLAH BILLAH imitasi, masih banyak ujub riya' takabburnya. Perlu sekali selalu dikoreksi
كُنْ طَالِبَ اِلاِ سْتِقَامَةِ وَلاَ تَكُنْ طَالِبَ الْكَرَامَةِ
Carilah usahakanlah istiqomah, istiqomah batiniyah terutama hatinya selalu istiqomah LILLAH BILLAH ! Adapun lahiriyah sebisa-bisanya ya supaya istiqomah ! Kecuali “taqdimul aham fal aham” Umpamanya ini sedang Mujahadah kok ada kepentingan yang aham umpamanya, lha ini Mujahadah-nya boleh ditangguhkan “Kulo nuwun” misaInya ada tamu,
dirinya. Tahu dan menyadari bahwa dirinya senantiasa ujub, senantiasa riya’, senantiasa takabur senantiasa LINNAFSI BINNAFSI... Senantiasa pamrih, yang harus selalu dicari !. Diselidiki ! kalau sudah ketemu harus di,...dihapus ! Yah dalam ucapan kelihatannya mudah, tapi kalau tidak ada perhatian dalam prakteknya, ... yah pokoknya harus ada perhatian yang sebanyak-banyaknya.
Dus otomatis orang kalau tidak LILLAH BILLAH selalu ... selalu negatif !. Cukul nafsunya ! Senantiasa riya'. Sekalipun tidak melakulcan perbuatan atau beramal. Malah terkadang tidak merasa bahwa akhlaknya bejat. Tentu saja bejatnya akhlak itu bertingkat-tingkat. Ada yang parah ada yang tidak otomatis. Lha, ini harus selalu dikoreksi. Buruknya, negatifnya apa, harus selalu dicari Kalau tidak tahu harus disadari bahwa dirinya, mata hatinya buta. Harus diusahakan penyembuhannya. Sehingga sembuh dari penyakit buta, sehingga dapat mengetahui negatif atau keburukannya ! Ingin dihormat, ingin dimulyakan dan lain-lain. Ini semua harus diselidiki, diusahakan mengetahui dan menyadarinya, kalau sudah ketemu harus digempur disembuhkan dari penyakit-penyakit hati seperti itu.
Tapi, kalau soal ghoib, tahu sebelum terjadi “weruh sakdurungi winarah”, tahu hatinya orang lain, tahuhal-hal yang akan datang, ini tidak menjadi keharusan. Malah bisa mcrugikan, dan disalahgunakan. Kalau memang diparingi tahu, harus di manfaatkan, tetapi awas dapat disalahgunakan. Yaitu kalau tidak tepat “kalau tidak dimanfaatkan pasti disalahgunakan” ! Disalahgunakan untuk-takabbur, untuk lain-lain keuntungan nafsu, malah kemungkinan besar atau otomatis merugikan kepada orang lain.
Soal tersebut di atas, yaitu menggali menyelidiki sifat-sifat yang buruk tidak bisa
إِلاَ عَلَى يَدِ شَيْخٍ كَامَلٍ نَاصِحٍ
jawab kita sebagai pengamal wahidiyah, sebagai yang disebut sebagai pejuang kesadaran Fairruu Ilallohi wa Rosulihi SAW ! Mujahadah-mujahadah kita diberi amanat supaya meningkat! Baik mujahadah sendiri-sendiri secara perorangan maupun mujahadah-mujahadah berjamaah. Mujahadah dan usbu'iyah di kampung-kampung sekalipun dikampung itu hanya masih ada tiga glintir pengamal wahidiyah, harus kita bina dan kita tingkatkan. Begitu juga mujahadah-mujahadah Syahriyah dari seluruh pengamal se-Kecamatan, Mujahadah Triwulan bagi seluruh pengamal se-Kodya/Kabupaten. Dan terutama Mujahadah Kubro di Pusat Wahidiyah tiap bulan Muharrom dan bulan Rojab.
Selanjutnya Beliau memperingatkan Sifat “ADILNYA ALLOH SWT” yang baru diutarakan dalam pengajian ini. Kita sekarang masih aktif dalam perjuangan wahidiyah, aktif dalam segala kemampuan yang ada pada kita lahir batin moril dan materiil dan tenaga. Tapi mungkin di lain waktu menjadi penghambat dan penghianat Perjuangan Wahidiyah Malah, mungkin sekarang kelihatan lahirnya aktif dalam kegiatan-kegiatan Wahidiyah dalam Mujahadah-mujahadah dan lain-lain, tetapi sesungguhnya sudah diputus “tali penarik jadhbu” kita tidak merasa. Kita sudah terlempar jauh di “Naarul.Bi’aad” kita tidak merasa. Inilah yang harus kita takuti, kita sebagai Pengamal Wahidiyah lebih-lebih yang duduk dalam kepanitiaan Wahidiyah. Kita takut kepada sifat ADILNYA ALLOH SWT. Takut pada WEWENANG KEKUASAAN BELIAU GHOUTSI HADZAZ ZAMAN R.A. Beliau wenang menarik menghubungkan dan wenang pula memutus hubungan dan meninggalkan. Beliau diberi kekuasaan “JALLAB” dan “SALLAB”. Mengangkat dan menurunkan, malah melenyapkan kesadaran dan iman seseorang!. Dan yang bersangkutan tidak merasa. Masalah merasa sebaliknya. Baru besok di akhirat, baru besok ketika bertemu dengan Malaikat Izroil. ……..terkejut.
Tapi kita yakin sesuai dengan ajaran yang diberikan kepada kita, asal kita tidak keterlaluan nggelonjom dan serabrono, asal kita tidak berbuat
dan bersikap yang “SUUL ADAB” kita yakin beliau Ghoutsi Hadzaz Zaman r.a. bertakholluq biakhlaaqillahi wa akhlaqi Rosuulillaahi SAW.
Demikian antara lain sambutan dari Penyiar Shalawat Wahidiyah Pusat.
KEMBALI FATWA AMANAT ROMO YAHI
Mari para hadirin-hadirot apa-apa yang telah disampaikan oleh Pusat tadi kita perhatikan! Mari kita tingkatkan perhatian kita. Mari di dalam kita berjuang kita tingkatkan!. Kita usahakan yang lebih sungguh-sunggah didalam kita berdepe-depe dihadapan Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Didalam kita berjuang agar supaya Jami'aal alamin Fafirru Ilallohi wa Rosuulihi SAW kita tingkatkan dengan sungguh-sungguh!. Kemampuan kita mari kita tambah yang sebanyak-banyaknya!. Lahiriyah maupun batiniyah! Baik secara perorangan atau Mujahadah-mujahadah berjamaah! Mari para hadirin-hadirot, selagi masih ada. kesempatan yang luas sekali! mumpung masih ada kesempatan yang baik sekali!. Kalau sudah terlanjur tidak ada kesempatan para hadirin-hadirot, kita tidak bisa berkutik.
Mari para hadirin-hadirot pada kesempatan ini sungguh-sungguh di dalam kita nelongso di dalam kita merintih berdepe-depe dihadapan Alloh SWT wa Rosuulihi SAW. Demi untuk kita bersama!. Demi untuk kita sekeluarga, untuk kita sebangsa, ini untuk kita jami'al alamin.
Mari para hadirin-hadirot, mumpung masih ada kesempatan dan kemampuan! Mari para hadirin-hadirot, sungguh-sungguh di dalam berdepe-depe, di dalam kita merintih, di dalam kita nelongso kepada Alloh SWT.
AL FAATMAH ………………..!
AL FAATIHAH ……………….!
AL FAATIHAH ……………….!
( MUJAHADAH )
memandang Tuhan dengan seratus persen, otomatis makhluk tidak ada. Sebaliknya kalau memandang makhluk otomatis Tuhan tidak ada tidak kelihatan oleh mata hatinya orang yang tidak sadar. kalau hanya Allah SWT tok., otomatis lainnya tidak ada. Memandang hanya Allah SWT tok, itu di sini dikatakan HAQQUL-YAQIN. Haqqul-yaqin. Lha kita sudah HaqquI -yaqin atau belum, itu terserah kita masing-masing !.
“WA RUKYATU MAA SIWALLOH KHOUDUN WALA’IBUN”. Memandang atau terpengaruh oleh makhluk, oleh benda termasuk badannya sendiri. Ini dinamakan “khoudun wa Ia'ibun” hanya dolanan, main-main, hanya omong kosong. Dan ini setengah dari pada sifat yang terkecam !. Orang yang tidak sadar otomatis senantiasa begitu, senantiasa... terkecam. Pokoknya hanya Allah SWT saja yang tidak terkecam. Atau segala sesuatu yang bersangkutan dengan Allah SWT, umpamanya yaitu tadi, didasari LILLAH BILLAH otomatis segala sesuatu yang bersangkutan sekalipun soal wahidiyah, kalau didasari LILLAH BILLAH otomatis menjadi soal Tauhid Sebaliknya sekalipun soal abudiyyah lebih-lebih soal duniawiyah halau tidak didasari LILLAH BILLAH atau pengabdian diri dan taubat, otomatis akan membawa akibat merugikan ! Sekalipun soal-Amal kalau dihubungkan dengan pengabdian diri kepada Allah SWT. Dan didasari tauhid, lebih-lehih soal akhirat, ya otomatis diridloi Allah. SWT. Soal ini Para hadirin- hadirot, pertu adanya peningkatan dan penyempurnaan yang sebaik-baiknya !. Dalam segala bidang. Bidang pemeliharaan, barang peningkatan dan bidang kita di dalam penyiaran, lahiriyah dan batiniyah.
{تَشَوْفُكَ اِلَى مَا بَطَنَ فِيْكَ مِنَ الْعُيُوْبِ خَيْرً مِنْ تَشَوّْفِكَ اِلَى مَا حُجِبَ عَنْكَ مِنَ الْعُيُوْبِ}
Di sini diperingatkan, keinginanmu, brontomu kepada mengetahui soal-soal negatif yang ada di dalam dirimu, itu lebih baik dari pada keinginanmu untuk mengetahui barang-barang yang ghoib. “Weruh sakdurunge winarah” tahu apa yang akan terjadi. Ini masih lebih baik lagi yaitu usaha mengetahui keburukan-keburukan yang ada di dalam
bahaya akhirat !. Melainkan hanya kepada Tuhan saja !. Ini tidak berarti kita tidak boleh, berkeinginan atau takut bahaya !, melainkan keinginan kita pada nikmat atau takut kita pada bahaya itu harus kita dasari LILLAH !. Jadi sesungguhnya bukan ingin kepada suatu benda itu, tapi ingin kita itu karena LILLAH, diperintah supaya ingin. Begitu juga takut akan bahaya atau siksa. Takutnya itu karena diperintah takut. Boleh dikatakan andai kata tidak diperintah ingin atau diperintah takut, tentu tidak ingin dan tidak takut.
Jadi sekali lagi, di dalam apa saja mereka orang-orang yang sadar lakukan, senantiasa didasari LILLAH Didasari diperintah”. Mari kita masing-masing koreksi diri kita. Apakah kita sudah dapat mengecakkan dengan sesungguhnya LILLAH dan BILLAH itu ? Mari kita senantiasa ambil perhatian !.
Para hadirin hadirot, yah! kita sering mengatakan atau ngedoki mengakui berlarut-larut, ini ya sudah baru, tapi yang lebih baik harus ... tunjuk hidung. Ya sudah baik kita mengakui berlarut-larut menJadi sumber kedzoliman, sumber dari segala dosa dan sebagainya. Tapi, kalau tidak tunjuk hidung secara mendetail, ini masih gampang kabur, kita harus ... apa, ... apa, ... apa.... apa,..'. apa kesalahan saya, apa dosa saya, ... harus kita usahakan mendetail. Sehingga kita tahu betul-betul bahwa keadaan kita ini betul-betul negatif !. jadi jangan hanya secara global atau bongkokan, wah saya selalu berlarut-larut, banyak dosa begini begitu, dosa saya besar semua, kalau masih hanya begini pengakuan, harus di tingkatkan ! sehingga betul-betul njlimet.
فَإِفْرَادُ التَّوْحِيْدِ بَعْدَ فَنَآء ِالاَغْيَارِ هُوَ حَقُ الْيَقِيْنِ وَرُؤْيَةُ مَا سِوَى اللهُ حَوْضٌ وَلَعِبٌ وَذالِكَ مِنْ صِفَاتِ الْمَحْجُوْ بِيْنَ
Meng-Esakan Tuhan, men-Tauhidkan... Allah SWT disamping yaitu memfanakkan, menghapus makhluk atau ....Sesungguhnya otomatis kalau meng-Esakan Tuhan otomatis benar-benar makhluk. Kalau
AL - HIKAM HAL 27
ِبسْمِ اللهِ الرَّحمْنَ ِالرَّحِيْمِ
لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ الْوَصِلُوْنَ اِلَيْهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ السَّائِرُوْنَ اِلَيْهِ
Ini diambil dari Qur'an (Surat At-Tholaq ayat 7 lengkapnya seperti di bawah ini).
لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رَزَقُهُ لِيُنْفِقْ مِمَا آتَاهُ اللهُ ,لاَيُكَلِّفَ اللهُ نَفْسًا اِلَّامَا آتَاهَا سَيَجْعَلَ اللهُ بَعْدَعُسْرٍ يُسْرًا .الطلاق:٧
(Orang yang mampu hendaknya mem9beri nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberikan nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya, Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sepadan dengan apa yang Allah berikan kepadanya. Allah akan memberikan kelapangan sesudah kesukaran".
Jadi maksudnya, kalau dikaruniai rizki yang jembar supaya didalam menafkahkan kepada keluarga dan amal-amal kebaikan lain-lain supaya juga lebih banyak, seimbang dengan banyak kaya rizki yang diperolehnya. Dus kemampuan, banyak ya banyak, sedikit ya sedikit.
Disini Mushonnef atau mengartikan dengan istilah yang pertama "AL WAASILUUNA ILAIHI dan yang kedua “AS-SAAIRUUNA
ILAIHI”. Maksudnya orang mempunyai banyak, kejembaran dan keleluasaan dan keringanan mengeluarkan infaq dari apa yang telah diperolehnya adalah orang yang sudah wushul-sadar kepada Allah SWT. Orang yang mempunyai kemampuan banyak soal batiniyah adalah orang yang wusul kepada Allah Ta'ala.
أَىْاِشَارَةُ اِلَى حَالِ الْوَاصِلِيْنِ اِلَيْهِ :فَإِنَّهُمْ لِمَا خَرَجُوْا مِنْ سِجْنِ رُؤْيَةِ الاَغْيَارِ اِلى قَضَاءِ التَّوْحِيْدِ وَكَمَالِ اْلاِسْتِبْصَارِ اِتْسَعَتْ مَسَافَةُ نَظْرِهِمْ وَاُفِيْضَ عَلَيْهِمْ عُلُوْمٌ وَاَسْرَارِ الْهِيَةٌ فَصَارُوْا يَمُدُّوْنَ الْغَيْرَ وَيَتَصَرَفُوْنَ فِى عَوَالِمِهِمْ الْبَطِنَةِ كَيْفَ شَاءُوْا
Orang-orang yang wusul sadar kepada Allah SWT oleh karena mereka sudah bebas dari imperialis nafsunya, bebas dari imperialis makhluk, bebas karena mereka sudah terjun dalam lautan Tauhid, dan sudah melek, otomatis menjadi luas pandangannya. Pandangannya luas, bebas, tidak terpengaruh. Mereka terus mendapat sorotan bermacam-macam ilmu dan berbagai rahasia Tuhan. Maka mereka dapat menolong orang lain untuk membebaskan diri dari imperialis nafsu, untuk menjadi orang yang sadar kepada Allah SWT. Dan mereka mampu menguasai alam batin mereka sendiri, dan alam batin orang lain.
Alam batin yaitu sifat-sifatnya hati atau nafsu. Itu alam batin. Alam batin itu ada yang kasar ada yang halus. Umpamanya “ingin makan” itu juga alam batin. Keinginan itu tumbuh dari jiwa sesudah terpengaruh oleh keadaan fisik situasi luar. Jadi ingin, ingin ini, ingin itu, dinamakan “alam batin”. Ingin dihormati atau rasa dendam dan lain sebagainya. Orang sadar kepada Allah SWT menguasai alam batinya yang negatif, diarahkan yang dapat di ridloi oleh Allah SWT ,sehingga alam batin yang merugikan menjadi menguntungkan dan mereka dapat mengusai alam batin orang lain. Artinya dapat mengarah alam batin.
“maa siwalloh”, apa-apa selain Allah SWT. Dikuasai oleh Mujahadahnya. Terpengaruh, sehingga menjagakan mengandalkan Mujahadahnya. Orang begini kalau tidak bisa Mujahadah lalu putus asa. Kalau tidak bisa melakukan menjadi putus asa, tapi kalau bisa melakukan lalu menjagakan ini otomatis. Tapi orang yang sadar kepada Allah SWT pada ketika dia bisa mempeng dia tidak menjagakan kemempengannya. Dan ketika tidak bisa melakukan amal-amal itu atau Mujahadah dia tidak putus asa. Tetap menghadang fadlolnya Allah SWT. Mereka memiliki dan dapat menguasai “NUR” atau cahaya. Artinya tidak terpengarub oleb Mujahadahnya, oleh riyadlohnya, oleh ibadahnya, oleh ... perjuagannya, oleh jasanya. Sama sekali mereka tidak terpengaruh oleh soal-soal tersebut. melainkan hanya terpengaruh oleh Allah SWT. Yang dapat miliki dan menguasai mereka hanya Alloh SWT. “LIANNAHUM LILLAH LAA LISYAI’IN DUUNAHU”. Karena mereka hanya semata-mata LILLAH Lain tidak.
“QUL LILLAH…” ini asalnya “QULLILLAHU….” Kalam mereka bertanya begini begitu, “qulillahu”, katakanlah “Allah” “MAN KHOLAQOSSAMAAWAATI atau MAN ROBBUSSAMAAWAATI WAL ARDLO umpamanya, “QULILLAHU selanjutnya dawuh “TSUMMA. DRARRUM FII KHOUDLIRIM YAL UBUUNA” ini makna tafsir .yang dimaksud “mereka” yaitu orang-orang musyirik kalau orang-orang musyrik itu Tanya begini begitu, biarkanlah mereka mabuk di dalam alam materi kebendaan
tapi yang dimaksud di sini ,
{قُلِ اللهُ} أَىْ تَوَجَّهُ اِلَيْهِ وَلاَ تَمِلْ اِلَى اَنْوَارِ وَلاَغَيْرَهَا
Artinya : “Tawajjuhlah, madeplah hanya kepada Allah SWT melulu, dan jangan condong, jangan terpengaruh oleh Nur atau lainnya”. Jangan takut kepada nur, jangan takut terhadap gelap, jangan ingin nikmat dunia, lebih-lebih nikmat akhirat !. Jangan takut bahaya dunia lebih-lebih atau
Dus mudahnya, jangan sampai bosan-bosan senantiasa mengadakan koreksi pada gerak dan rasa hati. Dikoreksi BILLAH dan tidaknya terutama. Begitu juga LILLAH harus juga dikoreksi !. Jangan sampai menggampangkan sudah anu sudah anu harus terus kita perhatikan. Harus terus senantiasa kita saring, sekalipun sudah jernih umpamanya. “Alhamdulillah sekarang sudah jernih” misalnya. Ini harus terus disaring, apakah sudab sungguh sungguh jernih muluskah atau alhamdulillahnya itu imitasikah. “Apakah alhamdulillah” yang sungguh-sungguh BILLAH. Ini juga masib teka teki.
Sedangkan Nabi Yusuf Alaihis salam, seorang nabi yang ma'sum yang dijaga oleh Allah SWT, tapi senantiasa mawas diri (dengan kata-kata di dalam al-qur'an surat Yusuf ayat 53).
وَمَا اُبْرِّئُ نَفْسِى اِنَّ النَّفْسَ َلأَمَارَةٌ بِاسُوْءٍ .يوسف: ٥٣
‘'Saya tidak jemu-jemu mengoreksi nafsu, karena nafsu selalu mengajak kepada hal-hal yang negatif”.
Itu sedang Nabi begitu. Lebih-lebih selain nabi sekalipun bagaimana tetap bukan nabi dan justru itu jauh dari pada nabi. Mestinya kalau nabi pernyataannya begitu, seharusnya kita jauh lebih dari pernyataan Nabi Yusuf Alaihis salam itu ! terserah kita masing-masing bagaimana !
Ya mudah-mudahan para hadirin hadirot kita memperoleh fadlonya Allah SWT yang sebanyak-banyaknya. Tarbiyah Rosulillahi SAW. Dan Ghouts Hadzaz Zaman wa saairi ahbaabillaahi rodliyallohu ta’ala anhum ! yang sebanyak-sebanyaknya ! Amiin !.
{ وَهَؤُلاَءِ اْلاَنْوَارِ لَهُمْ ِلأَنَّهُمْ للهِ لَا لِشَئ ٍدُوْنَهُ,قُلْ الله ِثُمَّ ذَرْهُمْ فىِخَوَضِِهِمْ يَلْعَبُوْنَ }
Yang pertama tadi, karena belum sadar otomatis masib dikuasai oleh
orang lain yang negatif menjadi positif, menjadi bebas dari imperialis nafsu dan mereka orang sadar kepada Allah SWT. Mudahnya, dapat mengarahkan orang lain menjadi orang-orang sadar kepada Allah SWT. Alam batin negatif dari orang lain misaInya akhlaq yang bejat, dapat dirubah menjadi alam batin yang positif, sehingga orang tersebut menjadi orang yang baik yang berakhlaquI karimah dan sadar kepada Allah SWT.
Jadi oleh karena mereka mempunyai kemampuan yang luas, juga sewajarnya kemampuan yang luas. itu harus digunakan yang semestinya. Sebab kemampuan itu adalah nikmat dari Allah SWT. Apabila nikmat tidak digunakan semestinya berarti tidak mensyukuri nikmat. Dan siapa yang tidak mensyukuri nikmat otomatis terkecam dan harus bertanggung jawab.
Sayydinaa Ali pernah ditanya “Adakah keistimewaan-keistimewaan yang diberikan Rosululloh SAW kepada Tuan yang khusus ?”. Jawabnya : di dalam Qur'an atau Hadits hanya beberapa masalah saja. Tapi yang tidak putus-putus yaitu : ”TANAZZUUL, BATINI”, kitabulloh AI-batin. Dus ilmu yang dhohiri itu. terbatas sekali kata Sayyidinaa Ali karomallohu wajhahu. Prinsip-prinsipnya atau pokok-pokoknya ada di Qur’an atau Hadits. Tapi yang diterima Sayyidinaa Ali yang terutama, yaitu “FUYUUDLUN ROBBANIYAH”. Yaitu pancaran-pancaran Ilahi yang senantiasa memancar kepada beliau, karena beliau memang senantiasa mengusahakan soal itu senantiasa menaruh perhatian dengan sekuat kuatnya. Sehingga dikaruniai kemampuan yang banyak.
Para hadirin hadirot, pancaran Ilahi atau fadlol Ilahi terus senantiasa memancar kepada umat manusia kepada kita. Adanya kita tidak menerima atau tidak merasa menerima itu adalah karena kita buntu sendiri. Kita buntu dengan nafsu kita sendiri. Pancaran Ilahi atau fadlol Ilahi fadlolnya Allah SWT senantiasa memancar kepada kita kepada umat manusia. Tiap detik kalau manusia mau membuka sendiri pintunya lebar-lebar, otomatis senantiasa menerimanya yang sebanyak-
banyaknya. Tapi kalau “pintu” manusia ditutup, otomatis pancaran itu tidak bisa masuk, sebab ditutup. Seperti halnya matahari. Sinar matahari terus memancar memadangi. Kalau kita berada di tempat panasan. Tapi kalau kita berteduh atau ngiyup, otomatis tidak bisa mendapat pancaran sinar matahari atau rembulan atau lainnya. Begitu juga fadloInya Allah SWT senantiasa memancar kepada manusia. Adapun manusia kok tidak menerima fadlol, itu karena manusia itu sendiri. Kita semua juga senantiasa kepancaran fadlolnya Allah SWT setiap detik. Dan malah dari segala tempat, segala segi segala jurusan segala bidang. Dari kanan dari kiri dari depan dari belakang dari samping dari atas dari bawah dari dalam jauh lebih terang pancarannya. Tapi sekalipun begitu kalau pintu hati kita ini kita tutup, otomatis tidak bisa masuk itu pancaran. Sekalipun pancaran itu sudah di dalam. Lha ini kita masing-masing yang mengerti apakah kita tutup atau kita buka itu terserah kita masing-masing Para hadirin hadirot. Mestinya kalau kita buka, maka kita mendapat pancara-pancaran. Kalau kita mendapat pancaran-pancaran otomatis kita selalu sadar kepada Allah SWT terutama. Senantiasa bukannya dikuasai oleh imperialisme nafsu, tapi malah dapat menguasai imperialis nafsu. Bukannya kita dapat terpengaruh oleh luar, tapi malah dapat mempengaruhi pada luar. Bukannya kita terpengaruh oleh orang luar misaInya, melainkan orang lain itu dapat kita pengaruhi, kita arahkan. Lha ini tinggal terserah kepada kita masing-masing. Dan kita mampu untuk itu. Jangankan kita sekarang, misaInya dikuasai oleh imperialis kita sendiri, tapi kita mampu untuk membalik untuk menguasai imperialis nafsu. Sekarang dikuasai nafsu, tapi kita ada kemampuan untuk menguasai nafsu. Sekalipun kita selalu terpengaruh oleh luar, keadaan luar, tapi kita mampu usaha, sehingga kita malah dapat mempengaruhi atau mengarahkan keadaaan luar. Lha ini tinggal kita mau atau tidak Para hadirin, hadirot !
“WAMAN QUDIRO ‘ALAIHI RIZQUHU AS-SAAIRUUNA ILAIHI”
Yang dimaksud dalam Al-Qur’an “Waman ‘alaihi rizquhu falyunfiq mimmaaa ataahullohu …”, asalnya soal harta benda, soal rumah tangga
dari Allah SWT sebab lantaran Mujahadahnya, ini berarti mereka itu masih dikuasai oleh “Mujahadah”. Masih menjagakan Mujahadahnya artinya. Kalau saya tidak mempeng Mujahadah, tidak bisa hasil begini begitu. Lha yang begini ini yang namanya masih menjagakan Mujahadahnya. Tapi bagi mereka yang sudah wusul kepada Allah SWT mereka tidak menjaga kan atau mengandalkan Mujahadah mereka. Ini tidak berarti bahwa orang yang sudah wusul kepada Allah SWT itu tidak perlu Mujahadah, bukan begitu. Mereka ber-Mujahadah semata-mata LILLAH dan merasa BILLAH. Jadi tidak menjagakan Mujahadahnya atau ibadah-ibadahnya. Sedangkan golongan pertama tadi, yaitu mereka yang belum sadar, senantiasa menjagakan ibadahnya. “Kalau aku tidak mempeng... celaka”. “Kalau aku mau mempeng, menjadi bahagia”. Lha begini ini yang namanya menjagakan ibadah. Lain haInya dengan mereka yang sudah sadar. Sekalipun mereka kelihatan mempeng Mujahadah atau awal amal ibadah lain, mereka tidak mempunyai perasaan seperti itu. Semata-mata mereka hanya mengabdikan diri kepada Tuhan. Dan menjagakan hanya kepada Tuhan. Yakin dan khusnudzon bahwa Tuhan pasti … ‘FAL AWALUUNA LIL-ANWAAR. Lha ini diantara kita bagaimana, terserah kita masing -masing. Tapi sekalipun sudah sadar, seyogyanya harus kita akui bahwa kita ini belum sadar. Atau saya ini jauh dari pada sadar. Harus begitu, kalau orang merasa sadar, berarti belum sadar. Sebab orang merasa sadar, ini otomatis diakui. Tidak BILLAH. Kalau mengaku BILLAH ini belum sadar namanya. BILLAH tapi diakui. Jadi harus selalu ada saringan, harus selalu instropeksi. Mawas diri ! Saya ini sudah BILLAH senantiasa itu, justru merasa BILLAH ini tidak BILLAH senantiasa. Jadi jangan sampai segan-segan menaruh perhatian untuk senantiasa mengoreksi “Aku sudah LILLAH misalnya, “Aku sudah BILLAH, kalau ini ada rasa di dalam hati, dan terkadang “rasa” itu tidak terasa. tidak dapat diraba terkadang, kalau seperti itu namanya belum sungguh-sungguh BILLAH.
dilatih. Lupa kembali lagi, lupa kembali dan seterusnya, disamping Mujahadah. Siapa yang mau begitu, ya Mujahadah ya melatih hatinya, insya Allah berhasil.
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَهُمْ سُبُلَنَا. العكبوت : ٦٩
“Dan orang-orang banyak yang mau sungguh-sungguh menuju kepadaKU, pasti AKU tunjukkan jalan-KU”.
Siapa yang sungguh-sungguh di dalam usaha, pasti ditolong ditunjukkan oleh.Allah SWT.
Tapi “WAL WAASILUUNA LAHUM AN WAARUL MUWAAJAHAH”. Orang yang sudah sadar kepada Allah SWT itu menguasai “Cahaya muwaajahah" memiliki “nur muwaajahah”. Atau sadar kepada Allah SWT. Atau syuhud kepada Allah SWT. Atau ma’rifat kepada Allah SWT. Dus golongan yang pertama tadi sebabnya wusul dengan Mujahadah atau tawajjuh menghadap yaitu dengan memperbanyak Mujahadah, memperbanyak amal-amal ubudiyah lainnya. Tapi bagi mereka golongan “waasiluun” sudah sadar kepada Allah SWT memiliki Nur Cahaya Muwajahah. Atau sudah Muwajahah.
“Anwaarut-tawajjuh” dan “anwarul-muwajahah” menurut mereka yang belajar tata bahasa arab dinamakan “min idloofatil bayaaniyah”. Yang dimaksud Nur" ya tawajjuh atau Muwajahah itu. Insya Allah ini win baabil-majaz. Tawajjul kok disebut “nur”, ini kata-kata Majazi. Artinya sebabnya mereka memperoleb hidayah ialah memperbanyak “tawajjuh”. Mujahadah, Mujahadah lahiriyah dan batiniyah. Adapun mereka yang sudah. waasil, sudah sadar kepada Allah SWT, itu sudah, sudah muwajjahah.
{فَالاَوَّلُوْنَ لِلْاَنْوَارِ وَهَؤُلاَءِ اْلاَنْوَارِ لَهُمْ}
Oleh karena golongan yang pertama tadi sebabnya memperoleh ridlo
terutama jadi yang di mukhotobi, yang di dawuhi ini otomatis kepada rumah tangga. Pada waktu kejemberan ya jangan terlalu ngirit, tapi dalam keadaan sempit,…. Ya seadanya tapi yang di maksud disini sebagai isyarat, yang di maksud “Orang sempit” ialah mereka yang masih dipengaruhi oleh lahiriyah oleh imperialisme nafsunya terutama. Sekalipun masih dikuasai oleh imperialisme nafsunya. Tapi kalau masih ada kemampuan harus di samping usaha supaya bebas dari imperialisme nafsunya juga supaya saudara lain yang harus di tolong supaya sedapatnya mungkin di tolong sekalipun terbatas otomatis orang yang masih di kuasai oleh imperialisme nafsunya terbatas dan pandanganya paling-paling hanya berdasarkan perhitungan itu pada umunya tepat tapi jauh kalau di banding dengan alam ghoibiyah alam fuyuudlotiyah.
اِهْتَدَى الرَّاحِلُوْنَ اِلَيْهِ بِاَنْوَارِ التَّوَاجُّهِ وَ الْوَاصِلُوْنَ لَهُمْ اَنْوَارُ الْمُوَاجَهَةِ
Mereka orang yang sedang berjuang untak sadar kepda Allah SWT harus memiliki yaitu “lampu tawajjuh”. Dimar tawwajuh atau cahaya tawajjuh, atau Mujahadah Orang yang sedang berjuang untuk sadar kepada Alloh SWT harus berusaha dengan tawajjuh. Memperbanyak mungkin soal Mujahadah, soal-soal yang memperdekat hubungan kepada Allah SWT. Sebab ingin sadar kepada Allah SWT kok tidak usaha, ... itu mana mungkin ibaratnya seorang petani tidak mau nggaru, mluku, mengejakan sawahnya pokoknya kok mengharapkan panen, itu tidak mungkin jadi atau orang ingin kaya tidak mau bekerja dan memenuhi syarat-syarat atau cara-caranya menjadi kaya, itu tidak mungkin terjadi. Begitu juga orang ingin sadar kepada Allah SWT harus juga usaha, yang di sini disebut dengan “ANWARUUT-TAWAJJUH. Mujahadah pokoknya istilah Wahidiyah. Memperbanyak Mujahadah dan berdepe-depe kehadirat Allah SWT dan hatinya selalu disetir. lbarat anak yang belajar naik sepeda, hati-hati jatuh bangun, jatuh bangun lagi dan seterusnya selalu usaha begitu. Kalau tidak mau begitu ya tidak jadi bisa naik sepeda. Begitu juga menuju kesadaran. Hatinya harus senantiasa terus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar